ARTI WAHYU
Monday, August 24, 2015
Add Comment
Materi Kajian :
1. Arti Wahyu
2. Proses Wahyu Allah pada Malaikat
3.
Proses
Turunnya Wahyu Kepada Nabi
4.
Beberapa
Tuduhan & Jawaban seputar Wahyu
1. ARTI WAHYU
a. Pengertian Wahyu secara Bahasa
Dikatakan wahaitu ilaih dan auhaitu,
bila kita berbicara kepadanya agar tidak diketahui orang lain. Wahyu adalah
isyarat yang cepat. Itu terjadi melalui pembicaran yang berupa rumus dan
lambang, dan terkadang melalui suara semata, dan terkadang pula melalui isyarat
dengan sebagian anggota badan.
Al-wahy atau wahyu adalah kata
masdar ( infinitif ); dan materi kata itu menunjukkan dua pengertian dasar,
yaitu ; tersembunyi dan cepat. Oleh sebab itu maka dikatakan bahwa wahyu
adalah : pemberitahuan secara
tersembunyi dan cepat dan khusus ditujukan kepada orang yang diberitahu tanpa
diketahui orang lain.
b. Pengertian Wahyu dalam Istilah Syar'i
Secara
istilah wahyu didefinisikan sebagai : kalam Allah yang diturunkan kepada
seorang Nabi`. Definisi ini menggunakan pengertian maf`ul, yaitu al muha (
yang diwahyukan ).
Ustadz
Muhammad Abduh membedakan antara wahyu dengan ilham . Ilham itu intuisi yang
diyakini jiwa sehingga terdorong untuk mengikuti apa yang diminta, tanpa
mengetahui dari mana datangnya. Hal sepeti itu serupa dengan rasa lapar, haus
sedih da senang.
2. CARA WAHYU TURUN PADA MALAIKAT
Didalam
Al- Quranul Karim terdapat nash mengenai kalam Allah kepada para malaikatnya :
diantaranya :
1) `Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada para Malaikat: `Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi.` Mereka berkata: `Mengapa Engkau hendak menjadikan di bumi itu orang
yang akan membuat kerusakan padanya .`( al-Baqarah : 30 ).
2) Juga terdapat nash tentang wahyu Allah
kepada mereka : `Ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat : `Sesungguhnya
Aku bersama kamu, maka teguhkan orang-orang yang telah beriman`.( al-Anfal : 12
).
3) Disamping itu ada pula nash tentang para
malaikat yang mengurus urusan dunia menurut perintah-Nya. `Demi malaikat yang
mebagi-bagi urusan.`( ad-dzariyat : 4 ).
Nash-nash
diatas dengan tegas menunjukkan bahwa Allah berbicara kepada para malaikat
tanpa perantaraan dan dengan pembicaraan yang dipahami oleh para malaikat itu.
Hal itu diperkuat oleh hadis dari Nawas bin Sam`an r.a yang mengatakan :
Rasulullah SAW berkata :
`Apabila
Allah hendak memberikan wahyu mengenai suatu urusan, Dia berbicara melalui
wahyu; maka langitpun tergetarlah dengan getaran- atau Dia mengatakan dengan
goncangan-yang dahsyat karena takut kepada Allah Azza wa jalla. Apa bila
penghuni langit mendengar hal itu, maka pingsan dan bersujudlah mereka itu
kepada Allah. Yang pertama sekali mengangkat muka diantara mereka itu adalah
jibril, maka Allah membicarakan wahyu itu, kepada jibril menurut apa yang
dikehendaki-Nya. Kemudian jibril berjalan melintasi para malikat, setiap kali
dia melalui satu langit, maka bertanyalah kepadanya malaikat langit itu; apa
yang telah dikatakan oleh Tuhan kita wahai jibril ? jibril menjawab : Dia
mengatakan yang hak. Dan Dialah yang maha tinggi lagi Maha Besar. Para
malikatpun mengatakan seperti apa yang dikatakan jibril. Lalu jibril
menyampaikan wahyu itu seperti apa yang diperintahkan Allah azza wajalla.`
Hadits
di atas menjelaskan bagaimana wahyu turun. Pertama Allah berbicara, dan para
malikatnya mendengar-Nya. Dan pengaruh wahyu itupun sangat dahsyat; apa bila
pada lahirnya- didalam perjalanan jibril untuk menyampaikan wahyu-hadis diatas
menunjukkan turunnya wahyu khusus mengenai Quran, akan tetapi hadis tersebut
juga menjelaskan cara turunnya wahyu secara umum.
3. CARA WAHYU ALLAH TURUN KEPADA PARA RASUL
Allah
memberikan wahyu kepada para rasul-Nya ada yang melalui perantaraan dan ada
yang tidak.
CARA PERTAMA : TANPA MELALUI
PERANTARAAN.
Diantaranya ialah dengan :
1) Mimpi yang benar didalam tidur.
`Dari
Aisyah r.a dia berkata : sesungguhnya apa yang mula-mula terjadi pada
Rasulullah SAW adalah mimpi yang benar diwaktu tidur, beliau tidaklah melihat
mimpi kecuali mimpi itu datang bagaikan terangnya di waktu pagi hari.`
Di
antara alasan yang menunjukkan bahwa mimpi yang benar bagi para Nabi adalah
wahyu yang wajib diikuti, ialah mimpi Nabi Ibrahim agar menyembelih anaknya,
Ismail. (as-Saffat : 101-112).
Mimpi
yang benar itu tidaklah khusus bagi para rasul saja, mimpi yag demikian itu
tetap ada pada kaum mukminin, sekalipun mimpi itu bukan wahyu.hal itu seperti
dikatakan oleh Rasulullah SAW : `Wahyu telah terputus, tetapi berita-berita
gembira tetap ada, yaitu mimpi orang mukmin.`
Mimpi
yang benar bagi para nabi diwaktu tidur itu merupakan bagian pertama dari
sekian macam cara Allah berbicara seperti yang disebutkan didalam firman- Nya:
وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ
أَنْ يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ
رَسُولًا فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ
`Dan tidak mungkin bagi seorang
manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu
atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan lalu diwahyukan
kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha
Tinggi lagi Maha Bijaksana.`(as-Syuraa
: 51 ).
2) Kalam ilahi dari balik tabir tanpa
melalui perantara.
Yang
demikian itu terjadi pada Nabi Musa a.s. Sebagaimana firman Allah SWT :
لَمَّا جَاءَ مُوسَى
لِمِيقَاتِنَا وَكَلَّمَهُ رَبُّهُ قَالَ رَبِّ أَرِنِي أَنْظُرْ إِلَيْكَ
Artinya :Dan tatkala Musa datang
untuk pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman kepadanya,
berkatalah Musa: `Ya Tuhanku, nampakkanlah kepadaku agar aku dapat melihat
kepada Engkau`.( al-Araaf : 143 ).
Demikian
pula menurut pendapat yang paling sah, Allah pun telah berbicara secara
langsung kepada Rasul kita Muhammad saw. Pada malam isra` dan mi`raj. Yang
demikian ini yang termasuk bagian kedua dari apa yang disebutkan oleh ayat
diatas ( atau dari balik tabir ).
CARA KEDUA MELALUI PERANTARAAN MALAIKAT
Ada dua cara penyampaian wahyu oleh
malaikat kepada Rasul :
1) Cara pertama : Datang kepadanya suara seperti
dencingan lonceng dan suara yang amat kuat yang mempengaruhi faktor-faktor
kesadaran, sehingga ia dengan segala kekuatannya siap menerima pengaruh itu.
Cara ini yang paling berat baat Rasul.
Apa
bila wahyu yang turun kepada Rasulullah SAW dengan cara ini maka ia
mengumpulkan semua kekuatan kesadarannya untuk menerima, menghafal dan
memahaminya. Dan mungkin suara itu sekali suara kepakan sayap-sayap malaikat,
seperti diisyaratkan didalam hadis .
2) Cara kedua : Malaikat menjelma kepada rasul
sebagai seorang laki-laki dalam bentuk manusia. Cara ini lebih ringan dari pada
yang sebelumnya. Karena ada kesesuaian antara pembicara dan pendengar. Rasul
meraa senang sekali mendengar dari utusan pembawa wahyu itu. Karena merasa
seperti manusia yang berhadapan saudaranya sendiri.
Keduanya
cara di atas disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan dari Aisyah Ummul
Mu`minin r.a bahwa haris bin Hisyam r.a bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai
hal itu dan jawab Nabi : ` Kadang-kadang ia datang kepadaku bagaikan
dencingan lonceng, dan itulah yang paling berat bagiku, lalu ia pergi, dan aku
telah menyadari apa yang dikatakannya. Dan terkadang malaikat menjelma kepadaku
sebagai seorang laki-laki, lalu dia berbicara kepadaku, dan akupun memahami apa
yang ia katakan`.
Aisyah
juga meriwayatkan apa yang dialami Rasulullah SAW berupa kepayahan , dia
berkata : `Aku pernah melihatnya tatkala wahyu sedang turun kepadanya pada
suatu hari yang amat dingin, lalu malaikat itu pergi. Sedang keringatpun
mengucur dari dahi Rasulullah`.
4. TUDUHAN
& JAWABAN SINGKAT SEPUTAR WAHYU
Permasalahan
wahyu sering menjadi sasaran tuduhan kaum jahiliyan dari dulu hingga sekarang (
kafir qurays hingga orientalis masa kini ) dalam rangka mengkaburkan keyakinan
kaum muslimin dan menjauhkan mereka dari Al-Quran, diantaranya sebagai berikut
:
Pertama : Meraka
mengira bahwa Qur`an dari pribadi Muhammad; dengan menciptakan maknanya dan dia
pula yang menyusun ` bentuk gaya bahasanya` ; Qur`an bukanlah wahyu.
Kita jawab dengan, bagaimana dengan
ayat-ayat Al-Quran yang jelas-jelas 'memperingatkan' & 'menyalahkan'
Rasulullah SAW dalam beberapa momentum, seperti ketika Rasulullah SAW
mendahulukan mendakwahi pembesar quraiys dan tidak mempedulikan Abdullah bin
Ummi Maktum ? (QS Abasa 1-10), atau saat Rasulullah SAW memutuskan untuk
menyerahkan tawanan perang Badr dengan tebusan ?. Maka jika itu benar buatan
Nabi, sungguh mustahil Nabi berbuat sesuatu lalu menegur dirinya sendiri.
Begitu pula saat momentum lain,
dengan peristiwa yang dikenal sebagai haditsul ifki, dimana kehormatan
keluarga nabi tercoreng dengan isu yang melanda seisi kota tentang
ketidaksetiaan ibunda Aisyah. Kasus ini cukup lama membuat Madinah bergejolak,
tapi Rasulullah SAW bergeming dan menunggu jawaban tuntas dari Al-Quran untuk
membebaskan ibunda Aisyah dari tuduhan tersebut. Sekiranya nabi sendirilah yang
membuat al-Quran, maka mestinya ia tidak perlu repot-repot menunggu turunnya
wahyu dengan kondisi yang segenting itu.
Kedua : Mereka menyangka bahwa Rasulullah SAW
mempunyai ketajaman otak, kedalaman penglihatan, kekuatan firasat, kecerdikan
yang hebat, kejernihan jiwa dan renungan yang benar, yang menjadikannya
memahami ukuran ukuran yang baik dan yang buruk, benar dan salah melalui ilham
( inspirasi ), serta mengenali perkara-perkara yang rumit melalui kasyaf.
Sehingga Qur`an itu tidak lain dari pada hasil penalaran intelektual dan
pemahaman yang diungkapkan oleh Muhammad dengan gaya bahasa dan retorikanya.
Kita Jawab, bahwa segi berita yang merupakan bagian
terbesar dalam Quran tidak diragukan oleh orang yang berakal bahwa apa yang
diterimanya hanya berdaarkan kepada penerimaan dan pengajaran. Qur`an telah
menyebutkan berita-berita tentang umat terdahulu, golongan-golongan dan
perisiwa sejarah dengan kejadian-kejadiannya yang benar dan cermat, seperti
halnya yang disaksikan oleh saksi mata. Sekalipun masa yang dilalui oleh
sejarah itu sudah amat jauh. Bahkan sampai pada kejadian pertama alam semesta
ini. Begitu pula ayat yang menjelaskan tentang hari kiamat, serta gambaran
surga dan neraka dengan lengkap. Hal demikian tentu tidak dapat memberikan
tempat bagi penggunaan pikiran dan kecermatan firasat. Secerdas apapun manusia,
bahkan hingga hari ini dengan zaman yang penuh teknologi, tetap tidak bisa
menyentuh pemberitaan-pemberitaan ghaib tersebut.
Ketiga :
Mereka menyangka
bahwa Muhammad telah menerima ilmu-ilmu Quran dari seorang guru.
Kita jawab bahwasanya Muhammad SAW tumbuh dan hidup dalam keadaan buta huruf
dan tak seorang pun diantara masyarakatnya yang membawa simbol ilmu dan
pengajaran, ini adalah kenyataan yang disaksikan oleh sejarah, dan tidak dapat
diragukan. Bahkan kita juga menyaksikan bahwa beliau di masa kecilnya tidak
tumbuh dengan bimbingan khusus dari ayahandanya dan juga kakeknya. Oleh
pamannya Abu Tholib, Muhammad SAW justru lebih diarahkan untuk menjadi
pedagang, hingga ikut serta dalam perjalanan dagangnya ke negri Syam yang
akhirnya bertemu dengan pendeta Bukhaira. Tetapi meskipun dengan pendeta
tersebut, Muhammad SAW yang masih kecil waktu itu tidak sekalipun menimba ilmu
apapun dari pendeta tersebut.[]
0 Response to "ARTI WAHYU"
Post a Comment