Takhrij Hadits Maradh (Orang yang sakit)

بسم الله الرحمن الرحيم
25 Hadits
 Tentang Keutamaan Orang Yang Sakit
Muqaddimah
Makalah ini berisi 25 hadits tentang keutamaan orang yang sakit, semula  penulis akan menjadikannya 3 bab, Pertama, tentang keutamaan orang sakit, Bab ke dua, tentang keawjiban orang yang sakit, seperti, bersabar, ridha, berobat dll, dan bab  ke tiga, tentang  Adab menengok orang yang sakit.Namun setelah penulis mengumpulkan hadits-haditsnya ternyata sangat banyak sekali, sehingga penulis hanya mencukupkan pada bagian pertama saja, semoga ini merupakan langkah pertama yang dapat memberikan dorongan bagi penulis untuk lebih mendalami dan mengkaji wrisan suci dari Nabi Saw .
Sistematika pembahasannya  adalah sebagai berikut;  
1. Berupaya menuliskan judul yang merupakan kesimpulan secara umum bagi sebuah hadits.
2. Mencari hadits yang dianggap sesuai dengan judul tersebut.
3. Mentakhrij hadits tersebut
4. Menjelaskan derajat haditsnya
5. Jika diperlukan menjelaskan  kalimat-kalimat yang terdapat dalam matan hadits
5. Memberi kesimpulan tentang hadits tersebut
Sedangkan metodologi pembahasan adalah ;
1.Rujukan
Penulis merujuk kepada kitab-kitab hadits yang mu’tabar dalam hal ini penulis mengunakan cd Al-Maktabah Syamilah edisi ke dua.
2.Takhrij
Menuliskan, nama Imam, kitab, bab dan No hadits apabila memungkinkan, dalam hal ini No hadits bedasarkan  no CD Maktabah Syamilah.
3.Derajat hadits
1.Apabila hadits itu dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim, maka penulis langsung menghukuminya sebagai hadits yang shahih
2.Apabila tidak terdapat dalam Bukhari dan Muslim, maka berupaya mengutip penilaian para Ulama dalam hal ini penulis banyak mengutip penilaian Syeikh Al-Bani.
4.Kesimpulan
Penulis berupaya menyimpulkan setiap hadits dengan merujuk kepada kitan syarah hadits yang mu’tabar
Demikianlah yang dapat  penulis haturkan semoga bermanfaat , tidak lupa kami haturkan banyak terima kasih kepada Dr Lutfi Fathullah sebagai dosen pembimbing semoga Allah  senantiasa melimpahkan rahmat dan anugrah kepadanya.Amin
Wassalamu ‘Alaikum
Garut 3 Januari 2008

Keutamaan orang yang sakit/mendapat musibah

1.Allah Menghendaki Kebaikan Bagi Orang Tersebut.
1.عن أبي هُرَيْرَةَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ
Dari Abi Hurairah Ra, Rasulullah Saw telah bersabda : Barang siapa yang Allah Swt menghendaki kepadanya kebaikan, maka Ia akan menimpakan musibah kepadanya.
Takhrij Hadits
Hadits ini diriwayatkan oleh
1. Imam Mâlik dalam kitabnya Al-Muwatha, Kitab Al-Jâmi’, Bab Mâ Jâa Fi Ajr Al-Marîd, N0 1477
2. Imam Bukhari, Kitab Al-Mardhâ, Bab Kifârat Al-Mardh, No 5213.
3. Imam Ahmad dalam kitabnya Al-Musnad, No 6937
4. Imam Ibnu Hibban, Kitab Al-Janâiz, Bab Mâ Jâ’a Fi Al-Shabr Wa Tsawâb Al-Amrâdh Wa-l-‘Arâdh, No 2969.
Derajat Hadits.
Shahih
 Kesimpulan.
1. Musibah yang Allah berikan kepada manusia adalah pertanda baik dari Allah swt kepada orang tersebut.
2. Orang yang terkena musibah harus berprasangka baik kepada Allah Swt, karena dibalik musibah itu terdapat kebaikan yang dikehendaki Allah Swt , sebagaimana firman-Nya,
:وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
Bisa jadi kalian membenci sesuatu padahal itu sangat baik bagi kamu, dan bisa jadi kalian menyukai sesuatu padahal itu sangat jelek bagi kamu.dan Allah mengetahui sedangkan kalian tidak mengetahui.(Al-Baqarah[2]:216).
3. Kebaikan yang akan ia terima dibalik musibah itu banyak dan beragam, diantaranya akan dicintai Allah, mendapatkan pahala yang besar, dihapuskan dari dosa-dosa, ditinggikan derajat di sisi Allah, doanya akan dikabulkan, sebagai jalan menuju surga, menjadi tanda husunul khatimah apabila ia meninggal karena musibah itu dan yang lainnya sebagaimana akan dijelaskan dalam hadits-hadits yang akan datang.
2.عَنْ صُهَيْبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ
 إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Dari Suhaib , Rasulullah Saw bersabda : Alangkah mengagumkannya urusan seorang mukmin, semua urusannya  adalah baik, dan itu tidak terjadi bagi siapapun kecuali bagi seorang mukmin, jika  mendapatkan kebaikan kemudian ia bersukur maka itu adalah kebaikan baginya, dan jika mendapatkan kesulitan kemudian ia berabar itupun menjadi kebaikan baginya.
Takhrij
Hadits itu diriwayatkan oleh
1. Imam Muslim,bab Al-Mukmin Kulluhu Khairun, No 5318
2. Imam Baihaqi dalam Syu’abul Iman No 4309
3. mam Ahmad, No 18171, 18175, 22798
Derajat hadits
Shahih
Syarah Kalimat
1. Sarrâ (kebaikan) : kesenangan dan kenikmatan
2. Dharrâ : Kesulitan dan bencana seperti sakit, kepakirana tau yang lainnya.
Kesimpulan
Musibah yang menimpa seorang mukmin kalau disikapi dengan sabar maka akan menjadi kebaikan baginya.
2.Dicintai Oleh Allah Swt.

3.عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ   عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ عِظَمُ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ
Dari Anas Ra, dari Nabi Saw beliau bersabda : Sesungguhnya besarnya balasan( pahala) sesuai dengan besarnya ujian, sesungguhnya Allah Swt apabila mencintai suatu kaum, Ia akan mengujinya.Barang siapa yang rida ia akan mendapatkan keridaan (Allah), barang siapa yang murka ia akan dapat kemurkaan (dari Allah)”
Takhrij Hadits.
Hadits ini diriwayatkan oleh beberapa orang ahli hadits yaitu ;
1. Imam Tirmidzi dalam Al-Zuhd ‘an Rasulillah, Bab Mâ Jâa Fî Al-Shabr ‘Ala-l-Balâ, No hadits 2340.
2. Imam Ibnu Mâjah, dalam Kitab Al-Fitan, Bab Al-Shabr ‘Ala-l-Balâ,No 4021.
3. Musnad Ahmad, hadits Mahmûd Bin lubaid , No 22517.
4. Mushannaf ‘Abdurrazaq jld 11 hal 197, hadits No 20311.
5. Imam Baihaqi dalam kitab Su’abul Iman, Fashl Fi Ayyi Al-Nas Asyaddu Balaan, Jilid  20, hal 261 No 9444. dan hal 267 hal 9450.
6. Musnad Al-Syihâb  Al-Qudhai, bab ‘Azhamu-l-Jazai ma’a ‘Azhami-l-Balâ Jilid 4 hal 205 No 1041.
 Derajat Hadits .
Syeikh Al-Bani menilainya sebagai hadits hasan..( Misykât Al-Mashâbih I: 353 No 1566, Shahih Targhîb Wa Tarhîb No 3407, Shahih Wa Dhaif Ibnu Mâjah  No 403, Shaih Wa Dhaif Jami Shagir No 3873)
Kesimpulan.   
1. Musibah seperti sakit atau yang lainnya adalah ujian dari Allah swt .
2. Ujian dari Allah adalah tanda cinta Allah kepada hamba-Nya.
3. Wajib rida menerima cabaan atau musibah dari Allah Swt.
4. Haram murka terhadap musibah  yang Allah turunkan.
5. Balasan terhadap orang yang ridha terhadap ujian dari Allah adalah akan mendapatkan keridaan Allah.
6. Besarnya ganjaran tergantung beratnya ujian
7. Hukuman orang yang murka terhadap cobaab dari Allah adalah akan mendapatkan kemurkaan dari Allah swt.
3.Mendapatkan Pahala.

4.عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ ك:دَخَلْتُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يُوعَكُ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ لَتُوعَكُ وَعْكًا شَدِيدًا قَالَ أَجَلْ إِنِّي أُوعَكُ كَمَا يُوعَكُ رَجُلَانِ مِنْكُمْ قُلْتُ ذَلِكَ أَنَّ لَكَ أَجْرَيْنِ قَالَ أَجَلْ ذَلِكَ كَذَلِكَ مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى شَوْكَةٌ فَمَا فَوْقَهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا (البخاري)
Dari Abdillah Ra ia berkata : Aku masuk (menengok) kepada Rasulullah Saw, dia sedang demam, aku berkata : “Engkau sedang demam yang sangat tinggi!”Beliau berkata : Ya, sesungguhnya aku apabila  sakit maka seperti sakitnya dua orang diantara kamu”.Aku berkata : “ Apakah hal itu berarti engkau akan mendapatkan dua kali lipat pahala?.Ya itu benar, tidak ada rasa sakit yang menimpa seorang muslim, tertusuk duri atau lebih dari itu kecuali dengannya (musibah itu) Allah Swt akan menghapuskan dosa-dosanya seperti  daun-daun yang berjatuhan dari pohon.
Takhrij.
1. Imam Bukhâri, KitabAl-Mardhâ, Bab Syiddatul-Maradh No 5215
2. Imam Muslim,Kitab Al-Birr wa Al-Shillah  Bab Tsawâb Al-Mukmin Fî Mâ Yuhîbuhu Min Maradh No : 4663
3. Imam Ahmad dalam kitabnya Musnad 3436
Derajat hadits
Shahih.
Kesimpulan
1. Nabi Muhammad saw adalah manusia biasa sehingga terkena penyakit seperti pada umumnya manusia.
2. Dilipat gandakannya penyakit bagi Nabi saw yaitu  dua kali lipat dari orang biasa.
3. Penyakit dapat mendatangkan pahala
4. Besarnya pahala tergantung dari beratnya penyakit.


5.Penyakit dapat menghapuskan dosa-dosa

5.عن جابر ، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم «يَوَدُّ أَهْلُ الْعَافِيَةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حِينَ يُعْطَى أَهْلُ الْبَلاءِ الثَّوَابَ لَوْ أَنَّ جُلُودَهُمْ كَانَتْ قُرِضَتْ فِي الدُّنْيَا بِالْمَقَارِيضِ»
Dari Jâbir Ra ia berkata, Rasulullah Saw bersabda : “Orang yang sehat wal afiat, pada hari kiyamat mengharapkan agar kulit mereka dipotong-potong dengan gunting, saat mereka melihat (besarnya) ganjaran orang yang terkena musibah.
Takhrij Hadits
Hadits ini diriwayatkan oleh
1. Imam Tirmidzi, Kitab Al-Zuhd ‘An Rasulillah, Bab Mâ Jâ Fi Dzihab Al-Bashar
2. Ibnu Abi Dunya dalam kitabnya, Kitab Mardh Wal Kafârât, Jld 1 hal 200, No 199
Derajat Hadits
Syeikh Al-Bani menilainya shahih dalam kitabnya Shahih Al-Jami, No 8177
Kesimpulan
1.Pahala yang besar di hari kiyamat bagi orang yang mendapatkan musibah di dunia.
2.Kalaulah orang-orang tahu besarnya ganjaran itu mereka siap mendapatkan musibah yang sangat berat di dunia walaupun mesti kulitnya dipotong-potong oleh gunting.

4. Dosa-Dosa Dihapuskan .

6.أَنَّ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ :قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :
مَا مِنْ مُصِيبَةٍ تُصِيبُ الْمُسْلِمَ إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا عَنْهُ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا
Dari Siti ‘Aiysah ( istri Nabi Saw) Bahwa Rasulullah saw bersabda : Tidak ada satu musibah yang menimpa seorang muslim , kecuali (dengannya) Allah Swt akan menghapuskan dosa-dosanya, walaupun hanya duri yang menusuknya.
Takhrij Hadits
1. Imam Bukhâri, Kitan Al-mardhâ, Bab Mâ Jâ’a Fi Kaffârat Al-Mardh, No 5209
2. Imam Muslim,Kitab Al-Birr wa Al-Shillah  Bab Tsawâb Al-Mukmin Fî Mâ Yuhîbuhu Min Maradh No : 4668
3. Imam Ahmad dalam kitabnya Musnad No 23424.23684,23738.
Derajat Hadits.
Shahih
Kesimpulan
Mushibah seperti sakit , sekecil apapun juga dapat menghapsukan dosa.
7.عن أبي هريرة : عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حُزْنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
Dari Abu Hurairah Ra , dari Nabi Saw beliau bersabda : Tidak ada sesuatu yang menimpa seorang muslim, baik itu rasa cape, penyakit menahun, bingung, sedih, rasa sakit , rasa susah sampai duri yang menusuknya  kecuali dengannya (musibah itu) Allah swt akan menghapuskan dosa-dosanya.” 
Takhrij Hadits
1. Imam Bukhâri, Kitan Al-mardhâ, Bab Mâ Jâ’a Fi Kaffârat Al-Mardh, No 5210
2. Imam Muslim,Kitab Al-Birr wa Al-Shillah  Bab Tsawâb Al-Mukmin Fî Mâ Yuhîbuhu Min Maradh No : 4670
Derajat Hadits
Shahih
Syarah Kalimat
1.Nashab : Rasa cape atau letih yang disebabkan oleh bekerja atau yang lainnya.
2.Washab : penyakit ada juga yang mengatakan Washab adalah penyakit menahun ( Al-Mardh Al-Lâzim)
3.Ham wa hazn (bingung dan sedih) : Dua penyakit bathin/jiwa.
4.Adza ( rasa sakit ) : lebih umum dari yang sebelumnya, ada juga yang mengatakan Al-Adzâ adalah rasa sakit yang lebih husus, yaitu rasa sakit yang diakibatkan penganiayaan atau kedzalima oang lain kepada seseorang.
Ham, Huzn, Gham, adalah penyakit bathin (jiwa) yaitu sesuatu yang membuat sempit dan supek hati atau perasaan, namun para ulama secara lebih khusus membedakan  perbedaan ketiga kalimat,  
Hamm : ditimbulkan karena memikirkan kesulitan atau sesuatu buruk yang akan menimpanya.
Ghamm : perasaan tidak enak dalam hati karena peristiwa yang tidak dinginkannya itu  telah menimpanya .
Huzn : adalah perasaan tidak enak karena kehilangan sesuatu yang sangat berati bagi seeorang. (Fathul Bâri 16 : 129)  
Kesimpulan
1.Semua musibah yang menimpa besar atau kecil dapat menghapuskan dosa.
2.Rasulullah menjelaskan berbagai bentuk musibah yang dapat menghapuskan dosa
1.Rasa sakit pada tubuh : yaitu rasa cape (nashab) dan karena penyakit (washab)
2. Rasa sakit pada hati atau perasaan : yaitu Ham,gham dan hazn
3.Rasa sakit karena kezaliman orang lain.
8 عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا يَزَالُ الْبَلَاءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي نَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَمَالِهِ حَتَّى يَلْقَى اللَّهَ  وَمَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ
Dari Abû Hurairah Ra , Rasulullah Saw bersabda: Ujian akan terus menerus menimpa seorang mukmin atau mukminah, (baik itu) pada jiwa, anak atau hartanya  sampai ia berjumpa  dengan Allah Swt  dan ia tidak membawa dosa.
Takhrij Hadits
1. Imam Tirmidzi, Kitab Zuhd ‘An Rasulullah, Bab Mâ Jâ’a Fi Al-Shabr ‘Alal Balâ, No 2323
2. Imam Hakim dalam kitabnya Al-mustadrak ‘Ala-sh-Shahihain, Bab Mâ Yazâlu-l-Balâ Bil Mu;mini Fi Jasadihi, No 7992.
Derajat Hadits.
Hasan atau shahih .
Imam Tirmidzi mengatakan Hadits Hasan shahih,
menurut Imam Hakim,Shahih Ala Syarth Muslim
Demikian juga Syeikh Al-bani menilainya hasan atau shahih (Shahihah  2280, Shahih Targhib wa Tarhib no 3414)
Kesimpulan
1. Musibah akan terus menurus menimpa kepada seorng mukmin
2. Musibah terkadang menimpa dirinya sendiri , atau kepada anaknya atau kepada hartanya.
3. Musibah akan membersihkan seorn muslim dari dosa.
9.عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ  دَخَلَ عَلَى أُمِّ السَّائِبِ أَوْ أُمِّ الْمُسَيَّبِ،
فَقَالَ: مَا لَكِ يَا أُمَّ السَّائِبِ أَوْ يَا أُمَّ الْمُسَيَّبِ تُزَفْزِفِينَ ؟! قَالَتْ: الْحُمَّى؛ لا بَارَكَ اللَّهُ فِيهَا، فَقَالَ:
«لا تَسُبِّي الْحُمَّى؛ فَإِنَّهَا تُذْهِبُ خَطَايَا بَنِي آدَمَ كَمَا يُذْهِبُ الْكِيرُ خَبَثَ الْحَدِيدِ»
Dari Jâbir Bin Abdillah Sesungguhnya Rasulullah Saw berkunjung ke Ummu Sâib (atau Ummu Musayyb) Beliau berkata ,(Tubuhmu)menggigil/bergetar, Apa yang kau rasakan wahai Ummu Sâib atau Ummu Musayyib?Ia menjawab : demam, semoga Allah tidak memberikan berkah pada penyakit ini!, Rasulullah berkata : ‘Jannganlah kau memaki penyakit demam!Karena demam itu dapat  menghilangkan  kesalahan anak Adam, sebagai mana api dapat menghilangkan kotoran dalam besi

Takhrij
1. Imam Muslim,Kitab Al-Birr  Wa Al-Shillah, Bab Tsawâb Al-Mukmin Fî Mâ Yushîbuhu Min Maradh, No 4672.
2. Imam Tirmidzi No 225
Derajat Hadits
Shahih
Kesimpulan
1. Perhatian besar Nabi kepada sahabatnya, yaitu menengok orang yang sakit dan menanyakan keluhannya.
2. Diantara adab menengok orang yang sakit adalah menanyakan keluhannya,
3. Kemuadian memberikan nasihat sesuai dengan yang diperlukan
4. Tidak boleh memaki atau mencela penyakit.
5. Demam atau penyakit lainnyadapat menghapuskan dosa

10.عَنْ مُصْعَبِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلَاءً قَالَ الْأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الصَّالِحُونَ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ مِنْ النَّاسِ يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ فَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ صَلَابَةٌ زِيدَ فِي بَلَائِهِ وَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ رِقَّةٌ خُفِّفَ عَنْهُ وَمَا يَزَالُ الْبَلَاءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَمْشِيَ عَلَى ظَهْرِ الْأَرْضِ لَيْسَ عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ

 Dari Mush’ab Bin Sa’ad dari ayahnya ia berkata ,”Wahai Rasulullah!,Siapakah  orang yang paling berat ujiannya?Rasulullah Saw bersabda : ‘Manusia yang paling berat ujiannya adalah para Nabi, kemudian orang-orang yang shalih kemudian orang-orang yang terbaik berikutnya, seseorang akan diuji sesuai dengan  kekuatan agamanya, jika agamnya kuat akan ditambah  ujiannya, jika dalam agamanya lemah akan dikurangi  cobaannya itu, ujian akan terus menerus  menimpa pada seorang hamba  sampai ia berjalan di muak bumi tidak ada lagi dosa pada dirinya
Takhrij Hadits
1. Imam Ahmad, No 1400,25832
2. Imam Tirmidzi., Kitab Zuhd, Bab Mâ Jâa Fi Shabr ‘Alal Balâ, No 2322
Derajat Hadits
Syeikh menilainya shahih (shahih Jami, No 992)
Kesimpulan
1. Semuanya oang akan diberikan ujian.
2. Beratnya ujian tergantung kekuatan agamanya
3. Orang yang paling berat ujiannya adalah para Nabi kemudian orang-orang yang shalih dan seterusnya.
4.Ujian akan terus menimpa sampai bersih dari dosanya.

11.قَالَ رَجُلٌ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرَأَيْتَ هَذِهِ الْأَمْرَاضَ الَّتِي تُصِيبُنَا مَا لَنَا بِهَا قَالَ كَفَّارَاتٌ قَالَ أُبَيّ وَإِنْ قَلَّتْ قَالَ وَإِنْ شَوْكَةً فَمَا فَوْقَهَا قَالَ فَدَعَا أُبَيّ عَلَى نَفْسِهِ أَنْ لَا يُفَارِقَهُ الْوَعْكُ حَتَّى يَمُوتَ فِي أَنْ لَا يَشْغَلَهُ عَنْ حَجٍّ وَلَا عُمْرَةٍ وَلَا جِهَادٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا صَلَاةٍ مَكْتُوبَةٍ فِي جَمَاعَةٍ فَمَا مَسَّهُ إِنْسَانٌ إِلَّا وَجَدَ حَرَّهُ حَتَّى مَاتَ

Dari Abi Said Al-Khudriyyi Ra, ia berkata ,”Ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah,”Bagaimana menurut baginda, mengenai macam-macam penyakit yang menimpa kami, apa yang akan kami dapatkan dari penyakit itu?Beliau menjawab : “(penyakit itu ) akan menjadi penghapus dosa (kaffarat).Ubay Bin Ka’ab berkata : “Bagaimana kalau penyakitnya itu ringan? Rasulullah Saw menjawab: Sesungguhnya rasa sakit karena terutsuk duri atau yang lebih ringan dari itu (akan menghapus dosa)
Kata Abu Said,”Ubay berdoa untuk  dirinya agar selamanya terkena penyakit demam sampai ia mati, namun ia memohon agar penyakitnya itu tidak menghalanginya dari menunaikan  haji, umrah, jihad di jalan Allah, dan salat wajib berjamaah.Kata Abu sa’id : “ Tida seorangpun  yang bersentuhan dengan Ubay kecuali akan merasakan panas penyakitnya sampai beliau meniggal dunia. 
Takhrij
1. Imam Ahmad No 10754.
2. Abu Ya’ala Al-Maushilî, 2/4 N0 960
2. Imam Al-Haitsami dalam kitabnya Majma Al-Zawâid wa Manba’ul Fawâid, kitab Janâiz,bab Kaffârah Saii’ât Al-Marîd wa mâ lahu mina-l-ajr 2/301-302 beliu berkata : diriwayatkan oleh Ahmad dan abu ya’la semua rawinya tsiqat (terpercaya)
Kesimpulan
1. Penyakit dapat menghapus dosa sekecil apapun bentuk penyakitnya.
2. Dihapusnya dosa adalah anugrah terbesar dari Allah yang mesti dicari dengan sekuat tenaga.
3. Kesungguhan Ubay Bin Ka’ab untuk meraih ampunan dan penghapusan dosa.
4. Seseorng boleh memilih sesuatu yang berat bagi dirinya apabila dia merasa yakin mampu memikulnya.
5. Sakit tidak boleh menjadi penghalang dari amal ibadah yang rutin.

5.Meraih derajat yang tinggi disisi Allah .

12.عن أبي هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إن الرجل ليكون له عند الله المنزلة فما يبلغها بعمل فما يزال يبتليه بما يكره حتى يبلغه إياها
Dari Abu Hurairah Ra, Rasulullah Saw bersabda : “Sesungguhnya seseorang di sisi Allah Swt memiliki suatu kedudukan yang tidak akan dicapai dengan amal perbuatannya, maka Allah swt akan senantiasa mengujinya dengan sesuatu yang tidak disukainya sehingga dengan (ujian itu) Allah swt menjadikan orang itu sampai pada kududukannya tersebut.

Takhrij Hadits
1.Imam Abu Ya’la Al-Mushili, No 5961 dan 5966
2.Imam Ibnu Hibban, Kitab Al-Janâiz, Bab Mâ Jâa Fi Shabr Wa Tsawâb Al-Amrâdh, 12 hal 205 No 2970

Derajat Hadits
Syeikh Al-Bani menilinya hasan ( Shahihah No 1599, Shahih Jami No 1625)

13.عن محمد بن خالد عن أبيه عن وَكَانَتْ لَهُ صُحْبَةٌ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا سَبَقَتْ لَهُ مِنْ اللَّهِ مَنْزِلَةٌ لَمْ يَبْلُغْهَا بِعَمَلِهِ ابْتَلَاهُ اللَّهُ فِي جَسَدِهِ أَوْ فِي مَالِهِ أَوْ فِي وَلَدِهِ ثُمَّ صَبَّرَهُ عَلَى ذَلِكَ ثُمَّ اتَّفَقَا حَتَّى يُبْلِغَهُ الْمَنْزِلَةَ الَّتِي سَبَقَتْ لَهُ مِنْ اللَّهِ تَعَالَى
Dari Muhammad Bin Khalid dari ayahnya dari kakeknya ( beliau pernah berjumpa dengan Rasulullah) , ia berkata : “ Saya mendengar Rasulullah Saw bersabda: “ Sesungguhnya seorang hamba apabila telah memiliki kedudukan di sisi Allah Swt yang tidak akan bisa dicapai dengan amalnya, maka Allah Swt akan menguji orang itu pada jasad, harta, atau pada anaknya, kemudian bersabar akan hal itu, sehingga Allah Swt menjadikan orang itu mencapai keudukan yang telah ditentukan baginya oleh Allah Swt.
Takhrij Hadits
1. Imam Abu Daud, Bab Al-Amrâd Al-Mukaffirah Liddzunûb, No 2682
2. Imam Ahmad, No 2136
Dalam riwayat lain kecuali Allah swt akan mengangkat derajat dan dihapuskan dosanya.
Derajat Hadits
Syeikh Al-Bani menilainya shahih (Shahihah 2599)
Kesimpulan 12 dan 13
1.Segala sesuatu telah ditentukan oleh Allah Swt termasuk derajat seseorang di surga.
2.Derajat di surga bisa dicapai dengan amal shalih.
3.Musibah atau bencana dapat membawa seseorang kepada derajat di surga yang telah Allah Swt tentukan
4.Musibah adalah bentuk kasih sayang Allah kepada seorang mukmin, yaitu bila ternyata dengan amal shalih tida dapat mengangkat derjat seorang mukmin di surga maka dengan Allah menganugarahkan kepadanya musibah
5.Bentuk musibahnya terkadang menimpa jasad , anak atau hartanya.

14.عن عَائِشَةَ قالت : سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُشَاكُ شَوْكَةً فَمَا فَوْقَهَا إِلَّا كُتِبَتْ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ وَمُحِيَتْ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ
Aisyah berkata : “aku mendengar Rasulullah  bersabda: “Tidak seorang muslim pun yang terkena duri atau lebih dari itu  kecuali akan dicatatkan baginya derajat, dan dihapuskan dengannya dosa.
Takhrij
1. Imam Muslim, Bab Tsawâb Al-Mukmin Fi Mâ Yushîbuhu Min Maradh, No 4664
Derajat Hadits
Shahih
Kesimpulan
1.Rasa sakit yang disebabkan oleh tertusuk duri atau yang lebih ringan dari itu akan meninggikan derajat seorang mukmin dan juga akan menghapuskan dosa.

6 Jalan Menuju Surga.

15.عن عَطَاءُ بْنُ أَبِي رَبَاحٍ قَالَ قَالَ لِي ابْنُ عَبَّاسٍ أَلَا أُرِيكَ امْرَأَةً مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ قُلْتُ بَلَى قَالَ هَذِهِ الْمَرْأَةُ السَّوْدَاءُ أَتَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ إِنِّي أُصْرَعُ وَإِنِّي أَتَكَشَّفُ فَادْعُ اللَّهَ لِي قَالَ إِنْ شِئْتِ صَبَرْتِ وَلَكِ الْجَنَّةُ وَإِنْ شِئْتِ دَعَوْتُ اللَّهَ أَنْ يُعَافِيَكِ فَقَالَتْ أَصْبِرُ فَقَالَتْ إِنِّي أَتَكَشَّفُ فَادْعُ اللَّهَ لِي أَنْ لَا أَتَكَشَّفَ فَدَعَا لَهَا
Dari ‘Atha Bin Rabâh, telah berkata kepadaku Ibnu ‘Abbas,”Maukah aku tunjukan kepada seorang wanita ahli surga, aku berkata : Ya, tentu .Ia berkata : Itulah seorang wanita yang hitam yang telah datang kepada Nabi Saw, lalu ia berkata : “ Aku suka terkena epilepsi dan (auratku) suka tersingkap, maka doakanlah aku!, Rasul berkata : “ Jika engkau menghendaki, keu bersabar pasti engkau akan mendapatkan surga.
Kesimpulan
Ibnu Hajar memberikan beberpa kesimpulan terhadap hadits tersebut sebagai berikut;
1.Keutamaan orang yang terkena penyakit ayan/epilepsi.
2.Sabar terhadap ujian dunia akan mendapatkan surga.
3.Mengambil sesuatu yang berat lebih baik dari pada mengambil yang ringan(rukhshah) bagi orang yang mengetahui bahwa pada dirinya ada kemampuan melakukan itu tampa merasa lemah  untuk mengambil yang berat itu.
4.Dalil bolehnya meninggalkan  berobat.
5.Mengobati penyakit dengan berdoa dan meminta perlindungan kepada Allah lebih baik dari pada berobat dengan obat-obatan.
6.Pengaruh doa terhadap dan reaksi tubuh terhadap doa lebih baik dari pengaruh obat-obatan terhadap tubuh, namun  hal itu dengan dua syarat ;
Pertama : Dari orang yang saki yaitu ada tujuan yang benar.
Kedua : dari yang mengobati adanya kekuatan hati dan konsentrasi dengan tawakal dan taqwa kepada Allah Swt (Fathul Bâri X : 143)  
16.عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ :سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ اللَّهَ قَالَ إِذَا ابْتَلَيْتُ عَبْدِي بِحَبِيبَتَيْهِ فَصَبَرَ عَوَّضْتُهُ مِنْهُمَا الْجَنَّةَ يُرِيدُ عَيْنَيْهِ
Dari Anas Bin Mâlik Ra, aku mendengar  bahwa Rasulullah Saw bersabda : Sesungguhnya  jika aku memberikan ujian kepada hambaku dengan (hilang) kedua kekasihnya lalu ia sabar maka akau akan memberikan ganti kepadanya dari kehilangan (kedua kekasihnya) dengan surga”.maksunya adalah (kehilangan) kedua matanya)
Takhrij Hadits
Hadits ini diriwayatkan oleh;
1.Imam Bukhâri, Kitab Al-Mardhâ, Bab Fadl Man Dzahaba Basharahu, No 5221
2.Imam Ahmad, No 12012
3.Imam Abu Ya’la Al-Mushili, No 3611
Kesimpulan .
1.Kedua mata adalah salah satu nikmat yang sangat besar dari Allah, dengan kedua mata dapat melihat keindahan alam semesta, semua orang pasti mencintai kedua matanya, sehingga sangat tepat sekali kalau Nabi Saw  mennyebut kedua mata dengan kedua kekasihnya.
2.Sakit mata sampai menyebabkan kebutaan adalah musibah yang besar yang membutuhkan kesebaran yang besar pula.
3.Pahala yang besar yaitu surga bagi orang yang sabar ketika dapat musibah kehilangan kedua matanya, dalam riwayat  Al-bazzâr dijelaskan  sebagai berikut ;
“Tida ada ujian paling berat yang menimpa seorang hamba setelah kehilangan agama selain hilangnya penglihatan, barang siapa diuji dengan hilangnya penglihatan kemudian ia sabar sampai ia berjumpa dengan Allah, maka pasti ia akan berjumpa dengan Allah  dan tidak ada hisab baginya” ( HR Al-Bazzâr, Ahmad dengan sanad yang jayid dan Thabrani) lihat Fathul Bâri X : 142.

7.Doanya Mustajab

.حدثني عبد الله بن أبي صالح ، قال : دخل علي طاوس وأنا مريض ، فقلت : يا أبا عبد الرحمن ادع لي
قال : « ادع لنفسك فإنه يجيب المضطر إذا دعاه »
Abdullah Bin Abi Shalih  menceritakan kepadaku, ia berakta : Ketika aku sakit Thawus datang kepadaku, maka aku berkata : Wahai Abu Abdurrahman! Doakanlah aku!, ia berkata : Berdoalah kamu untuk diri kamu sendiri, karena Allah  pasti akan mengabulkan  orang yang berada dalam kesulitan apabila  ia berdoa kepada-Nya.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya dalam kitabnya Al-Kifârat wal Amrâdh
Kesimpulan :
1.Sakit adalah termasuk saat mustajabnya doa.
2.Dorongan agar memperbanyak berdoa saat sakit.
3.Barangkali diantara sebab orang yang sakit itu mustajab doanya adalah karena orang yang sakit itu dirinya merasa lemah tidak berdaya ia mendapatkan bahwa  ada kekuatan yang maha dahsyat yaitu Allah sehingga ia akan selalu dekat dengan Allah, mengingat dan menyebut-nyebut nama-Nya, saat itulah jarak yang paling dekat antara hamba dan Tuhanya.Sebagaimana dalam kisah berikut ini;

Penulis mendapatkan beberapa hadits marfu yang menunjukan bahwa doanya orang yang sakit itu  mustajab (pasti dikabulkan), namun hadits itu dinyatakan palsu oleh Syeikh Al-Bani dalam kitabnya Silsilah Ahâdits Dhaifah wal Maudhu’ah, berikut salah satu contoh hdits terebut
. عن ابن عباس ، قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « لا ترد دعوة المريض حتى يبرأ (1) »رواه ابن أبي الدنيا
Dari Ibnu ‘Abbs Ra ,Rasulullah Saw bersabda: Doanya orang yang sakit tidak akan ditolak sampai ia sembuh (dari sakitnya)

8.Pahala Amal Shalih Yang Terus Mengalir .

17.عن إِبْرَاهِيمُ أَبي إِسْمَاعِيلَ السَّكْسَكِيُّ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا بُرْدَةَ وَاصْطَحَبَ هُوَ وَيَزِيدُ بْنُ أَبِي كَبْشَةَ فِي سَفَرٍ فَكَانَ يَزِيدُ يَصُومُ فِي السَّفَرِ فَقَالَ لَهُ أَبُو بُرْدَةَ سَمِعْتُ أَبَا مُوسَى مِرَارًا يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا
Dari Ibrahim yaitu Abu Ismail Al-Saksaki, ia berkata : “Aku mendengar Abu Bardah dia bersama-sama dengan Yazîd Bin Abi Kabsyah dala suatu perjalanan , Yazid puasa dalam perjalanan itu, Maka Abu Barda berkata,”Aku mendengar Abu Musa berkali-kali berkata , bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda:”Apabila seorang hamba sakit atau bepergian, Allah akan mencatat baginya seperti yang biasa ia lakukan saat dirinya muqim dan sehat”.
Takhrij
Hadits ini diriwayatkan oleh
1.Imam Bukhari, dalam Kitab…,Bab Yuktabu Lilmusâfir Mitsl Mâ Kâna Y’amal, No 2274
2.Imam Ahmad, No 18848 dan 18918
3.Imam Thabrani dalam Mu’jam Kabir, No 1576.
Deraj Hadits
Shahih
Kesimpulan
1.Sakit dan bepergian adalah diantara yang menyebabkan seseorang meninggalkan amal salih yang biasa ia lakukan.
2.Rahmat dan kasih sayang Allah yang sangat luas, orang yang biasa melakukan amal shalih kemudian meninggalkannya karena ada halangan sakit atau bepergian akan tetap mendapatkan pahala.
3.Dorongan memeperbanyak dan mendawamkan  amal shalih saat sehat dan leluasa agar saat sakit mendapat pahala dari amal yang di dawamkan tersebut.

9. Meniggal Karena Tertimpa Musibah Atau Pnyakit Adalah sebagai Tanda Husnul Khatimah.

Kematian dikarenakan suatu musibah yang menimpa seseorang seperti, kebakaran, tenggelam, tertimpa reruntuhan demikian juga dikarenakan karena penyakit seperti thaun, penyakit perut dan yang lainnya adalah sebagai tanda husnul khaimah , Rasulullah Saw menjadikannya sebagai mati syahid, sebagaimana yang terdapat dalam hadits-hadits berikut ini.;
1.Penyakit Thâ’un.

18 - عن حفصة حَفْصَةُ بِنْتُ سِيرِينَ قَالَتْ قَالَ لِي أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَحْيَى بِمَ مَاتَ قُلْتُ مِنْ الطَّاعُونِ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الطَّاعُونُ شَهَادَةٌ لِكُلِّ مُسْلِمٍ
Dari Hafshah Binti Sîrîn, ia berkata ,””Anas  Bin Mâlik telah berkata kepadaku,”Apa penyebab kematian Yahya Bin Abî ‘Amrah?aku menjawab : “Oleh (penyakit)Tha’un”, lalu ia berkata : Rasulullah Saw bersabda:”Thâun penyebab  mati syahid bagi setiap muslim”.
Takhrij Hadits.
Hadits ini diriwayatkan oleh beberapa orang ahli hadits yaitu ;
1.Imam Bukhari,  dalam Kitab Al-Thib, Bab Mâ Yudzkar Fi-th-Tha’ûn, hadits No 5291.
2.Imam Thayâlisiy 2113
3.Imam Ahmad 3/150

Derajat Hadits
Shahih
 Keterangan
Thaun adalah penyakit yang mematikan dan menular dengan cepat sehingga apabila di sebuah tempat terjangkit wabah penyakit thaun memerintahkah mengisolasi tempat tersebut.
Penulis belum bisa memastikan  maksud dari penyakit thaun terebut, dalam buku-buku terjemahan sering diterjemahkan dengan kolera dan campak, namun penulis kurang setuju dengan terjemahan tersebut karena melihat berbagai penjelasan para ulama tentang penyakit tersebut, berikut ini penjelasan para ulama yang dimuat oleh Imam Ibnu Hajar;
1.Menurut Al-Khalil : Tha’un adalah wabah penyakit yang menular
2.Menurut Ibnu Atsir : Adalah wabah penyakit yang dapat mencemarkan udara, kemudain dapat merusak daya tahan/kekbalan dan tubuh manusia.
3.Qâdhi Iyâdh : Thaun pada asalnya adalah luka atau borok yanterdapat pada tubuh.Sedangkan Wabah adalah penyakit yang merata menimpa manusia.Wabah dianamakan thaun karena  sama-sama dapat membinasakan
4.Ibnu Abdil Barr : Thaun adalah borok atau bisul yang muncul pada ketiak atau kuli yang sensitif namun terkadang  bisul itu keluar pada tangan dan pada jemari.
5.Al-Mutawalli menjelaskan : Thaun itu hampir sama dengan kusta atau lepra, orang yang terkena thaun seluruh anggota tubuhnya membusuk kemudian dagingnya berjatuhan
6.Al-Ghazali : Memebengkaknya seluruh tubuh karena tersumbatnya aliran darah disertai dengan demam atau  mengalirnya darah kepda kakiatau tangan kemudian membengkak dan memerah, terkadang bagian terkadang tubuh itu membusuk.
7.Imam Nawawi : Thaun adalah Borok atau bengkak yang terasa sangat sakit, borok itu keluar dengan rasa panas yang membakar, yang menyebabkan menghitam daerah sekitarnya, atau membiru atau memerah ..(Fathul Bari  16: 349)

19.عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهَا أَخْبَرَتْنَا أَنَّهَا سَأَلَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الطَّاعُونِ فَأَخْبَرَهَا نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ عَذَابًا يَبْعَثُهُ اللَّهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ فَجَعَلَهُ اللَّهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِينَ فَلَيْسَ مِنْ عَبْدٍ يَقَعُ الطَّاعُونُ فَيَمْكُثُ فِي بَلَدِهِ صَابِرًا يَعْلَمُ أَنَّهُ لَنْ يُصِيبَهُ إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ إِلَّا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ الشَّهِيدِ
Dari Aisyah Ra, sesungguhnya ia bertanya kepada Rasulullah Saw tentang thâun? Maka Nabi Saw menceritakan kepadanya : “Sesungguhnya thâ’un itu siksaan yang Allah Swt kirimkan kepada yang Ia kehendaki.Kemudian Allah Swt menjadikannya sebagai rahmat bagi orang-orang yang beriman.Tidak ada seorangpun  hamba yang terkena thâ’un, lalu ia tetap tinggal di negrinya sambil bersabar, dan dia yakin bahwa tidak akan menimpa kepadanya kecuali yang telah Allah tuliskan baginya, maka ia akan mendapatkan ganjaran mati syahid
Takhrij Hadits
Hadits ini diriwayatkan oleh ;
1.Imam Bukhari,  dalam Kitab Al-Thib, Bab Ajri-sh-Shâbir Fi-th-Thâ’ûn, hadits No 5293
2.Imam Baihaqi(3/376)
3.Imam Ahmad(6/64,145,252)

20.عَنْ عُتْبَةَ بْنِ عَبْدٍ السُّلَمِيِّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَأْتِي الشُّهَدَاءُ وَالْمُتَوَفَّوْنَ بِالطَّاعُونِ
فَيَقُولُ أَصْحَابُ الطَّاعُونِ نَحْنُ شُهَدَاءُ فَيُقَالُ انْظُرُوا فَإِنْ كَانَتْ جِرَاحُهُمْ كَجِرَاحِ الشُّهَدَاءِ تَسِيلُ دَمًا رِيحَ الْمِسْكِ فَهُمْ شُهَدَاءُ فَيَجِدُونَهُمْ كَذَلِكَ
Dari ‘Uthbah Bin Abd Al-Sulamiy, dari Nabi saw beliau besabda : Orang-orang yang mati syahid dan mati karena penykit thâ’ub datang (pada hari kiyamat).Orang-orang  yang mati karena penyakit Thaun itu berkata : “Kami adalah syuhada (mati syahid)”.Lalu ada yang berkata: “Perhatikan dulu oleh kamu(wahai para malaikat)!Jika luka mereka seperti lukanya orang-orang yang mati syahid, (yaitu) darahnya mengalir namun baunya seperti minyak kesturi, maka mereka adalah para syuhada (orang-orang yang mati syahid).Maka mereka (para malaikat) itu mendapatkan mereka (yang mati karena tha’un) seperti para syuhada.

Takhrij
1.Imam Ahamd dalam kitab Musnad No 16993
2.Thabrani dalam Mu’jam Kabir 12/54, No 13739
Derajat hadits
Syeikh Al-Bani menilai hadits tersebut hasan karena banyak syawahidnya.(Ahkâmu Al-Janaiz,halaman 52)

2.Penyakit di Dalam Perut.

21.حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ عَنْ مَالِكٍ عَنْ سُمَيٍّ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
 قَالَ الْمَبْطُونُ شَهِيدٌ وَالْمَطْعُونُ شَهِيدٌ
Dari Abu Hurairah Ra, dari Nabi Saw belua bersabda : Orang yang mati karena penyakit  perutnya ia adalah syahid dan orang yang mati karena penyakit tha’aun dia adalah syahid.

Takhrij Hadits.
1.Imam Bukhari,  dalam Kitab Al-Thib, Bab Mâ Yudzkar Fi-th-Tha’ûn, hadits No 5292.
Derajat Hadits
Shahih
22.عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا تَعُدُّونَ الشَّهِيدَ فِيكُمْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَهُوَ شَهِيدٌ قَالَ إِنَّ شُهَدَاءَ أُمَّتِي إِذًا لَقَلِيلٌ قَالُوا فَمَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ مَاتَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ مَاتَ فِي الطَّاعُونِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ مَاتَ فِي الْبَطْنِ فَهُوَ شَهِيدٌ
Dari Abi Hurairah Ra ia berkata :Rasulullah Saw bertanya  ( kepada para sahabatnya),”Siapakah orang yang mati syahid menurut kalian?Mereka menjawab,”Orang yang terbunuh di jalan Allah, dialah yang mati syahid”.Rasulullah berkata,”Kalau demikian, maka orang-orang yang mati syahid  pada umatku itu sangat sedikit”.Para sahabat bertanya :”Wahai Rasulullah!,”Siapakah merkeka itu?.Beliau besabda : “Barangsiapa yang terbunuh di jalan Allah dia adalah syahid, dan barang siapa mati di jalan Allah dia adalah syahid, barang siapa  yang mati karena tha’un dia adalah syahid, dan barang siapa yang mati karena penyakit dalam perutnya dia adalah syahid.
Takhrij
1.Imam Muslim, Kitab Imârah, Bab Bayân Al-syuhada, No 3539
2.Imam Ahmad dalam Musnad 2/522
Derajat Hadits.
Shahih
23.عَبْدَ اللَّهِ بْنَ يَسَارٍ قَالَ  :كُنْتُ جَالِسًا وَسُلَيْمَانُ بْنُ صُرَدٍ وخَالِدُ بْنُ عُرْفُطَةَ فَذَكَرُوا أَنَّ رَجُلًا تُوُفِّيَ مَاتَ بِبَطْنِهِ فَإِذَا هُمَا يَشْتَهِيَانِ أَنْ يَكُونَا شُهَدَاءَ جَنَازَتِهِ فَقَالَ أَحَدُهُمَا لِلْآخَرِ أَلَمْ يَقُلْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
 مَنْ يَقْتُلْهُ بَطْنُهُ فَلَنْ يُعَذَّبَ فِي قَبْرِهِ فَقَالَ الْآخَرُ بَلَى
Dari Abdillah Bi Yassâr Ra, ia berkata : “Aku sedang duduk bersama  Sulaiman Bin Shurad dan Khalid Bin ‘Urfuthah, mereka menyebutkan  bahwa ada seseorang  yang meninggal dikarenakan penyakit dalam perutnya, dan kedua oang itu menginginkan untuk melihat jenazahnya, maka salah seorang dari keduanya  berkata kepada yang lain,”Bukankah Rasulullah Saw bersabda : Barangiapa yang meninggal karena penyakit dalam perutnya, maka ia tidak akan disiksa dalam kuburnya?Maka tematnya itu menjawab,”Benar (Rasulullah telah mengatakan hal itu).
Takhrij
1.Imam Al-Nasai, Kitab Al-Janaiz, Bab Man Qatalahu Bathnuhu, No, 5020
1.Imam Tirmidzi,(2/120) menilainya hasan
3.Ibnu Hibban
4.Thayalisi 1288
5.Ahmad 4/262)

Derajat Hadits
Shahih, Syeikh Al-Bani menilainya shahih dalam kitab  Shahih Nasai No 2052 dan Shahih Tirmidzi  No 1076
3. Penyakit Dzatil Janbi (Radang Selaput Dada/Empysema)

24.قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدْ أَوْقَعَ أَجْرَهُ عَلَى قَدْرِ نِيَّتِهِ وَمَا تَعُدُّونَ الشَّهَادَةَ قَالُوا الْقَتْلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ تَعَالَى قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الشَّهَادَةُ سَبْعٌ سِوَى الْقَتْلِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ الْمَطْعُونُ شَهِيدٌ وَالْغَرِقُ شَهِيدٌ وَصَاحِبُ ذَاتِ الْجَنْبِ شَهِيدٌ وَالْمَبْطُونُ شَهِيدٌ وَصَاحِبُ الْحَرِيقِ شَهِيدٌ وَالَّذِي يَمُوتُ تَحْتَ الْهَدْمِ شَهِيدٌ وَالْمَرْأَةُ تَمُوتُ بِجُمْعٍ شَهِيدٌ
Rasulullah Saw bersabda : “Mati syahid ada tuju golongan selain terbunuh di jalan Allah;”Orang yang mati karena penyakit tha’un adalah syahid, orang yang mati karena  tenggelam adalah syahid, orang yang mati karena radang selaput dada adalah syahid, orang yang  mati karena penyakit di dalam perut adalah syahid, orang yang mati karena terbakat adalah syahid, orang yang mati karena tertimpa reruntuhan adalah syahid, seorang wanita  yang mati saat melahirkan bersama anaknya adalah syahid.
Takhrij
1.Imam Abu Daud, Kitab Janâiz, Bab Fadl man Mâta fi-th-Thâ’un VIII : 266 No 2704
2.Imam Ibnu Mâjah,Bab Mâ Yurjâ Fihi-sy-Syahâdah No 2799
3.Imam Hakim dalam kitabnya Al-Mustadrak ‘Ala-sh-Shahîhain, Bab Al-Syahâdah Sab’un Siwa-l-Qatl, Fi  Sabilillah 3/327 No 1248
Derajat Hadits.
Shahih, dinyatakan shahih oleh Al-Bani dalam kitab Shaih Ibnu Mâjah No 2803, Shahih Abu Dâud 3877.

4. Penyakit paru-paru (TBC)

25. قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ القَتْلُ فِي سَبِيلِ اللهِ شَهَادَةٌ والنُّفَسَاءُ شَهَادَةٌ والحَرَقُ شَهَادَةٌ
 والغَرَقُ شَهَادَةٌ والسِّلِّ شَهَادَةٌ والبَطْنُ شَهَادَةٌ
Rasulullah bersabda: Terbunuh di jalan Allah adalah syahid, Wanita yang meniggal karena melahirkan adalah syahid, orang yang meninggalkarena terbaka adalah syahid, oang yang meninggal karena tenggelama dalah syahid, orang yang meninggal karena TBC adalah syahid, orang yang meninggal karena penyakit perut adalah syahid.
Takhrij Hadits
Dalam Majma Al-Zawâid (2/301-317) beliau mengatakan , hadits ini diriwayatkan oleh Thabrani dalam  Mu’jam Al-Aushath , demikian juga dalam  salah satu Riwayat Imam Ahmad terdapat tambahan  Wa Sill (dan penyakit paruparu)


Derajat Hadits
Dalam sanadnya terdapat  Mindil Bin Ali, banyak keritikan pada orang tersebut, namu ia juga dinilai tsiqat, dan para perawinya pun tsiqat, Imam Mundziri menilainya sebagai hadits hasan , juga terdapat syahid lain bagi hadits tersebut yang terdapat dalam kitab Majma (Ahkâmul janâiz, Al-Bani hal 40)
Kesimpulan hadits No 18 sampai 25
1.Terdapat dalil khusus yang menjelaskan bahwa orang yang meninggal karena  penyakit  Thaun, penyakit dalam perut, radang selaput dada, dan TBC dianggap sebagai orang yang mati syahid.
2.Barangkali ganjaran yang besar itu dikarenakan mereka telah melakukan jihad yang besar yaitu melawan hawa nafsunya agar selalu sabar, ridha, ikhlas juga berbaik sangka kepada Allah dalam menerima penyakitnya.
3.Para ulama menjelaskan bahwa syuhada itu ada dua bagian
Pertama, Syahid di dunia dan dikhirat yaitu mereka yang mati di medan perang, mak pengurusan jenazahnya berbeda dengan yang lain, tidak perlu dimandikan, pakain yang melekatnya di dibk tetapi dibalu langsung denga kain kafan, boleh tidak disalatkan .
Dua , syahid fi akhirah : Artinya dia hanya mendapatkan ganjaran mati syahid adapu dalam pengurusan jenazahnya seperti pada umumnya  yang meninggal, merka itu adalah yang  mati karena pnyakit (Thaun,TBc, Penyakit dalam perut), musibah (kebakaran, tenggelam, terkena reruntuhan dll) karena melahirkan dll.








Daftar Pustaka
Al-Bani,Muhammad Nashiruddin, Ahkâm Al-Janâiz wa Bida’uha, Maktabah Ma’arif
Al-Asqalani, Ibnu Hajar, Fath Al-Bârî Syarh  Shahih Al-Bukhâri, Dârul Kutub Ilmiyah
Hani Sa’ad Gunaim, Al-Ibtilâ Tathhîrun wa Ni’matun Min Rabbil Ardi Was Sama,
CD Matabah Syamilah edisi ke 2














































Bab II
Kewajiban orang yang sakit
  Kewajiban Orang Yang sakit.
A.Sabar dan Ridha terhadap takdir dari Allah.
B.Menuliskan wasiat.
C.Berobat.
D.Tidak mengharapkan kematian .
5239 - حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ حَدَّثَنَا ثَابِتٌ الْبُنَانِيُّ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدُكُمْ الْمَوْتَ مِنْ ضُرٍّ أَصَابَهُ فَإِنْ كَانَ لَا بُدَّ فَاعِلًا فَلْيَقُلْ اللَّهُمَّ أَحْيِنِي مَا كَانَتْ الْحَيَاةُ خَيْرًا لِي وَتَوَفَّنِي إِذَا كَانَتْ الْوَفَاةُ خَيْرًا لِي البخاري
5241 - حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبُو عُبَيْدٍ مَوْلَى عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ قَالَ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَنْ يُدْخِلَ أَحَدًا عَمَلُهُ الْجَنَّةَ قَالُوا وَلَا أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ لَا وَلَا أَنَا إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ بِفَضْلٍ وَرَحْمَةٍ فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَلَا يَتَمَنَّيَنَّ أَحَدُكُمْ الْمَوْتَ إِمَّا مُحْسِنًا فَلَعَلَّهُ أَنْ يَزْدَادَ خَيْرًا وَإِمَّا مُسِيئًا فَلَعَلَّهُ أَنْ يَسْتَعْتِبَ
e. Berbaik sangka kepada Allah Swt.
F. Optimis, Sesudah Kesulitan, Pasti datang Kemudahan.
وعن عبد الله بنِ مَسْعُودٍ قَالَ([1]): دَخَلْتُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ S وَهُوَ يُوعَكُ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ؛ إِنَّكَ لَتُوعَكُ وَعْكًا شَدِيدًا، قَالَ: أَجَلْ، إِنِّي أُوعَكُ كَمَا يُوعَكُ رَجُلانِ مِنْكُمْ، قُلْتُ ذَلِكَ أَنَّ لَكَ أَجْرَيْنِ، قَالَ: «أَجَلْ.. ذَلِكَ كَذَلِكَ، مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيبُهُ أَذًى شَوْكَةٌ فَمَا فَوْقَهَا إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا» وَهَذَا حَدِيثٌ آخَرُ:
صحيح): مسلم 2575، الترمذى 2250.
وَقَالَ النَّوَوِيّ أَيْضًا فِي تَهْذِيبه : هُوَ بَثْر وَوَرَم مُؤْلِم جِدًّا ، يَخْرُج مَعَ لَهَب ، وَيَسْوَدّ مَا حَوَالَيْهِ أَوْ يَخْضَرّ أَوْ يَحْمَرّ حُمْرَة شَدِيد بَنَفْسَجِيَّة كَدُرَّةٍ ، وَيَحْصُل مَعَهُ خَفَقَان وَقَيْء ، وَيَخْرُج غَالِبًا فِي الْمَرَاقّ وَالْآبَاط ، وَقَدْ يَخْرُج فِي الْأَيْدِي وَالْأَصَابِع وَسَائِر الْجَسَد . وَقَالَ جَمَاعَة مِنْ الْأَطِبَّاء مِنْهُمْ أَبُو عَلِيّ بْن سِينَا : الطَّاعُون مَادَّة سُمَيَّة تُحْدِث وَرَمًا قِتَالًا يَحْدُث فِي الْمَوَاضِع الرَّخْوَة وَالْمَغَابِن مِنْ الْبَدَن ؛ وَأَغْلَب مَا تَكُون تَحْت الْإِبْط أَوْ خَلْف الْأُذُن أَوْ عِنْد الْأَرْنَبَة . قَالَ : وَسَبَبه دَم رَدِيء مَائِل إِلَى الْعُفُونَة وَالْفَسَاد يَسْتَحِيل إِلَى جَوْهَر سُمِّيّ يُفْسِد الْعُضْو وَيُغَيِّر مَا يَلِيه وَيُؤَدِّي إِلَى الْقَلْب كَيْفِيَّة رَدِيئَة فَيُحْدِث الْقَيْء وَالْغَثَيَان وَالْغَشْن وَالْخَفَقَان ، وَهُوَ لِرَدَاءَتِهِ لَا يَقْبَل مِنْ الْأَعْضَاء إِلَّا مَا كَانَ أَضْعَف بِالطَّبْعِ ، وَأَرْدَؤُهُ مَا يَقَع فِي الْأَعْضَاء الرَّئِيسِيَّة ، وَالْأَسْوَد مِنْهُ قَلَّ مَنْ يَسْلَم مِنْهُ ، وَأَسْلَمه الْأَحْمَر ثُمَّ الْأَصْفَر . وَالطَّوَاعِين تَكْثُر عِنْد الْوَبَاء فِي الْبِلَاد الْوَبِئَة ، وَمِنْ ثَمَّ أُطْلِقَ عَلَى الطَّاعُون وَبَاء وَبِالْعَكْسِ ، وَأَمَّا الْوَبَاء فَهُوَ فَسَاد جَوْهَر الْهَوَاء الَّذِي هُوَ مَادَّة الرُّوح وَمَدَده .
قُلْت : فَهَذَا مَا بَلَغَنَا مِنْ كَلَام أَهْل اللُّغَة وَأَهْل الْفِقْه وَالْأَطِبَّاء فِي تَعْرِيفه . وَالْحَاصِل أَنَّ حَقِيقَته وَرَم يَنْشَأ عَنْ هَيَجَان الدَّم أَوْ اِنْصِبَاب الدَّم إِلَى عُضْو فَيُفْسِدهُ ، وَأَنَّ غَيْر ذَلِكَ مِنْ الْأَمْرَاض الْعَامَّة النَّاشِئَة عَنْ فَسَاد الْهَوَاء يُسَمَّى طَاعُونًا بِطَرِيقِ الْمَجَاز لِاشْتِرَاكِهِمَا فِي عُمُوم الْمَرَض بِهِ أَوْ كَثْرَة الْمَوْت ، وَالدَّلِيل عَلَى أَنَّ الطَّاعُون يُغَايِر الْوَبَاء مَا سَيَأْتِي فِي رَابِع أَحَادِيث الْبَاب " أَنَّ الطَّاعُون لَا يَدْخُل الْمَدِينَة " وَقَدْ سَبَقَ فِي حَدِيث



([1]) (صحيح): البخاري5648، مسلم 2571، أحمد 3611.

Sonie Elbalarjani Muta'alim, Mahasiswa, Santri

0 Response to "Takhrij Hadits Maradh (Orang yang sakit)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel