KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING PERKEMBANGAN
Friday, August 28, 2015
1 Comment
KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN
KONSELING PERKEMBANGAN
Oleh Prof. Dr. Ahman, M.Pd.
A.
Pengantar
Penyajian materi dalam bagian
ini membekali guru bimbingan dan konseling (konselor) untuk mengubah paradigma
kerja dari konselor yang sekadar menunggu klien yang bermasalah, menjadi
konselor yang proaktif untuk mengembangkan tugas-tugas perkembangan siswa.
Dalam materi konsep dasar bimbingan dan konseling perkembangan terlingkup
penjelasan tentang definisi dan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling
perkembangan, asumsi bimbingan dan konseling perkembangan, tugas perkembangan
sebagai dasar layanan bimbingan dan konseling, karakteristik perkembangan siswa
SMP, faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan siswa SMP, dan tugas-tugas
perkembangan siswa SMP.
B.
Kompetensi
Materi ini dirancang untuk
mendukung pengembangan kompetensi sebagai berikut:
K.3. Menguasai konsep perilaku dan perkembangan
individu.
K.5. Menguasai konsep dan praksis bimbingan dan
konseling.
C.
Indikator
Subkompetensi dan indikator
yang diharapkan dicapai para konselor dari kajian materi ini, antara lain:
K.3.3. Memahami konsep dan prinsip-prinsip perkembangan
individu
Indikator K.3.3.a. Menjelaskan prinsip-prinsip perkembangan
K.3.3.b. Menjelaskan proses perkembangan individu
K.3.3.c. Menjelaskan aspek-aspek perkembangan
K.3.3.d. Menjelaskan fase dan tugas perkembangan
K.3.3.e. Menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan
K.5.1.
Memahami konsep dasar, landasan, asas, fungsi, tujuan, dan prinsip-prinsip
bimbingan dan konseling
Indikator K.5.1.a.
Menjelaskan konsep dasar bimbingan dan konseling
K.5.1.c.
Menjelaskan asas-asas bimbingan dan
konseling
K.5.1.e.
Menjelaskan prinsip-prinsip bimbingan dan
konseling
D.
Strategi
Strategi pokok yang digunakan
didalam mengkaji materi dalam upaya mengembangkan kompetensi di atas ialah:
1. Ekspose tentang konsep dasar bimbingan dan
konseling perkembangan
2. Dialog
3. Analisis kasus
4. Refleksi diri
E.
Deskripsi Materi
1.
Definisi dan Prinsip-prinsip Bimbingan dan
Konseling Perkembangan
Bimbingan dan konseling
perkembangan adalah pemberian bantuan kepada siswa yang dirancang dengan
memfokuskan pada kebutuhan, kekuatan, minat, dan isu-isu yang berkaitan dengan
tahapan perkembangan siswa dan merupakan bagian penting dan integral dari keseluruhan
program pendidikan. Bimbingan perkembangan mengutamakan pertumbuhan aspek
positif dari setiap individu, ketimbang menekankan pada orientasi krisis. Model
ini melibatkan guru kelas, dan kepala sekolah, serta melibatkan orangtua dalam
kerja sama yang merupakan suatu tim bimbingan.
Model bimbingan perkembangan
memungkinkan guru/konselor untuk memfokuskan tidak sekadar terhadap gangguan
emosional siswa, melainkan lebih mengupayakan pencapaian tujuan dalam kaitan penguasaan
tugas-tugas perkembangan, menjembatani tugas-tugas yang muncul pada saat
tertentu, dan meningkatkan sumber daya serta kompetensi dalam memberikan
bantuan terhadap perkembangan murid secara optimal. Isi program bimbingan dan
konseling perkembangan dilaksanakan melalui komponen layanan dasar bimbingan,
layanan responsif, layanan perencanaan individual, dan pendukung sistem.
Kebutuhan akan layanan
bimbingan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) muncul dari karakteristik dan
masalah-masalah perkembangan peserta didik. Pendekatan perkembangan dalam
bimbingan merupakan pendekatan yang tepat digunakan di SMP, karena pendekatan
ini lebih berorientasi pada pengembangan ekologi perkembangan peserta didik.
Guru bimbingan dan konseling (konselor) yang menggunakan pcndekatan
perkembangan melakukan identifikasi keterampilan dan pengalaman yang diperlukan
siswa agar berhasil di sekolah dan dalam kehidupannya.
Dalam pelaksanaan bimbingan
perkembangan, guru dapat melibatkan tim kerja atau berbagai pihak yang terkait
terutama orangtua siswa, sehingga akan lebih efektif ketimbang bekerja sendiri.
Bimbingan perkembangan dirancang secara sistem terbuka, dengan demikian penyempurnaan
dan modifikasi dapat dilakukan setiap saat sepanjang diperlukan. Bimbingan
perkembangan mengintegrasikan berbagai pendekatan, dan orientasinya
multi-budaya, sehingga tidak mencabut klien dari akar budayanya. Tidak fanatik
menolak suatu teori, melainkan meramu apa yang terbaik dari masing-masing
terapi; dan yang lebih penting lagi mengkaji bagaimana masing-masing terapi
bermanfaat bagi klien atau keluarga.
Menurut Muro dan Kottman (1995:50-53)
bimbingan dan konseling perkembangan adalah program bimbingan yang didalamnya
mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut.
a. Bimbingan dan konseling diperlukan oleh
seluruh siswa
Dalam program perkembangan
kegiatan bimbingan dan konseling diasumsikan diperlukan oleh seluruh siswa,
termasuk di dalamnya siswa yang memiliki kesulitan. Seluruh siswa ingin
memperoleh pemahaman diri, meningkatkan tanggung jawab terhadap kontrol diri, memiliki
kematangan dalam memahami lingkungan, dan belajar membuat keputusan. Setiap
siswa memerlukan bantuan dalam mempelajari cara pemecahan masalah, dan memiliki
kematangan dalam rnemahami nilai-nilai. Semua siswa memerlukan rasa dicintai
dan dihargai, memiliki kebutuhan untuk meningkatkan kemampuannya, dan memiliki
kebutuhan untuk memahami kekuatan pada dirinya.
b. Bimbingan dan konseling perkembangan memfokuskan
pada pembelajaran siswa
Sekolah saat ini memerlukan
tenaga-tenaga yang spesialis. Spesialis untuk membantu siswa membaca, memainkan
instrumen musik, dan membantu perkembangan fisik. Guru bimbingan dan konseling
(konselor) dapat dipandang sebagai spesialis dalam pertumbuhan dan perkembangan
siswa, dalam mempelajari dan memahami dunia dalam diri siswa. Guru bimbingan
dan konseling (konselor) juga bekerja sebagai perancang dan pengembang
kurikulum dalam pengembangan kognitif, afektif, dan perkembangan serta
pertumbuhan fisik. Kurikulum yang dikembangkan konselor menitikberatkan pada
pembelajarann manusia dan pemanusiaan peserta didik. Secara operasional,
konselor merupakan anggota tim yang terdiri atas orangtua, guru, pengelola, dan
spesialis lainnya. Tugas mereka membantu siswa untuk belajar. Siswa yang
memiliki kesulitan hendaknya tetap belajar, dan siswa yang lambat belajar
hendaknya dibantu untuk belajar sebanyak mungkin, dengan demikian semua siswa
terlibat dalam. proses pembelajaran. Tujuan sekolah adalah pembelajaran. Sedangkan
tujuan bimbingan dan konseling perkembangan adalah membantu siswa untuk
belajar.
c. Guru bimbingan dan konseling (konselor)
dan guru merupakan fungsionaris bersama dalam program bimbingan perkembangan
Pendidikan di Sekolah Menengah
Pertama (SMP) lebih berorientasi pada siswa ketimbang pada pelajaran. Oleh
karena itu, konselor dan guru bekerja sama membantu menyelesaikan masalah
siswa. Guru bimbingan dan konseling (konselor) membantu guru dalam menelusuri
permasalahan siswa, mendengarkan sungguh-sungguh perasaan yang dicurahkan guru,
memperjelas, menentukan pendekatan yang akan digunakan, dan membantu
mengevaluasi kegiatan pengajaran yang baru.
d. Kurikulum yang diorganisasikan dan direncanakan
merupakan bagian penting dalam bimbingan perkembangan
Seluruh program bimbingan perkembangan
hendaknya berisi perencanaan dan pengorganisasian kurikulum yang matang. Sama
halnya dengan kurikulum sekolah yang biasa seperti matematika, IPA dan IPS,
layanan dasar bimbingan perkembangan berisi tujuan dan sasaran imiuk membantu
siswa dalam pertumbuhan dan perkembangan yang normal. Kurikulum menekankan pada
aspek kognitif, afektif, dan pertumbuhan yang normal. Materi program berupa
kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan self-esteem,
motivasi berprestasi, kemampuan pemecahan masalah, perumusan tujuan,
perencanaan, efektivitas hubungan antarpribadi, keterampilan berkomunikasi,
keefektifan lintas budaya, dan perilaku yang bertanggung jawab.
e. Program bimbingan perkembangan peduli
dengan penerimaan diri, pemahaman diri, dan pengayaan diri (self-enhancement)
Kegiatan dalam bimbingan
perkembangan dirancang untuk membantu siswa mengetahui lebih banyak tentang
dirinya, menerima dirinya, serta memahami kekuatan pada dirinya.
f. Bimbingan dan konseling perkembangan
memfokuskan pada proses mendorong perkembangan (encouragement)
Metode encouragement diarahkan untuk: (a) menempatkan nilai pada diri
siswa sebagaimana dirinya sendiri; (b) percaya pada dirinya, (c) percaya akan
kemampuan diri siswa; membangun penghargaan akan dirinya; (d) pengakuan untuk
bekerja dan berusaha dengan sungguh-sungguh; (e) memanfaatkan kelompok untuk
mempermudah dan meningkatkan perkembangan siswa; (f) memadukan kelompok sehingga
siswa merasa memiliki tempat dalam kelompok; (g) membantu pengembangan
keterampilan secara berurutan dan secara psikologis memungkinkan untuk sukses; (h)
mengakui dan memfokuskan pada kekuatan dan aset siswa; dan (i) memanfaatkan
minat siswa sebagai energi dalam pengajaran.
g. Bimbingan perkembangan mengakui pengembangan
yang terarah ketimbang akhir perkembangan yang definitif
Guru bimbingan dan konseling
(konselor) perkembangan mengakui bahwa perkembangan siswa sebagai suatu proses ”menjadi”,
sehingga pertumbuhan fisik dan psikologisnya memiliki berbagai kemungkinan sebelum
mencapai masa dewasa.
h. Bimbingan perkembangan sebagai tim
oriented-menuntut pelayanan dari konselor profesional
Keberhasilan program bimbingan
perkembangan memerlukan upaya bersama seluruh staf di sekolah. Untuk memperoleh
keefektivan maksimum dari program, sekolah hendaknya memiliki akses terhadap
pengetahuan dan keterampilan konselor yang terlatih antara lain dalam konseling
individual, konseling kelompok, pengukuran, dan perkembangan siswa.
i.
Bimbingan
perkembangan peduli dengan indentifikasi awal akan kebutuhan-kebutuhan khusus dari
siswa
Guru bimbingan dan konseling
(konselor) bekerja sama dengan guru untuk menemukan kebutuhan siswa yang jika
tidak terpenuhi akan menjadi kendala dalam kehidupan siswa selanjutnya.
Melakukan pendekatan dengan siswa baik secara kelompok maupun individual.
Menjalin hubungan erat dengan orangtua merupakan bagian yang tak terpisahkan
dalam melaksanakan indentifikasi kebutuhan siswa.
j.
Bimbingan
perkembangan peduli dengan penerapan psikologi
Guru bimbingan dan konseling
(konselor) perkembangan tidak sekadar peduli pada asesmen kemampuan anak untuk
belajar, melainkan pada bagaimana anak menggunakan kemampuannya.
k. Bimbingan perkembangan memiliki kerangka dasar
dari psikologi anak, psikologi perkembangan, dan teori-teori pembelajaran
Dalam implementasi bimbingan
perkembangan mengaplikasi prinsip-prinsip dari psikologi anak, psikologi
perkembangan, dan dari teori-teori belajar.
l.
Bimbingan
perkembangan mempunyai sifat mengikuti urutan dan lentur
Lentur dalam arti program
hendaknya disesuaikan dengan perbedaan individual. Berurutan berarti bahwa
program bimbingan dirancang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.
Bertolak dari penjelasan
tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling perkembangan
adalah upaya pemberian bantuan yang dirancang dengan memfokuskan pada
kebutuhan, kekuatan, minat, dan isu-isu yang berkaitan dengan tahapan perkembangan
siswa dan merupakan bagian penting dan integral dari keseluruhan program
pendidikan.
2.
Asumsi Bimbingan dan Konseling
Perkembangan
Model bimbingan perkembangan
memungkinkan konselor untuk memfokuskan tidak sekadar terhadap gangguan
emosional klien, melainkan lebih mengupayakan pencapaian tujuan dalam kaitan
penguasaan tugas-tugas perkembangan, menjembatani tugas-tugas yang muncul pada
saat tertentu, dan meningkatkan sumber daya dan kompetensi dalam memberikan
bantuan terhadap pola perkembangan yang optimal dari klien (Blocher, 1987:79).
Menurut Myrick (Muro dan Kottman, 1995:49):
“developmental guidance and counseling are
based on the premise that human nature moves individuals sequentially and
positively toward self enhancement”
Pendekatan ini juga memiliki
asumsi bahwa potensi individu merupakan aset yang berharga bagi kemanusiaan.
Dorongan dari dalam ini memerlukan kesepakatan dengan kekuatan dalam
lingkungan. Pengembangan kemanusiaan merupakan interaksi individual di mana ia berpijak
dengan peraturan, perundangan, dan nilai-nilai yang saling melengkapi.
Menurut Blocher (1974:5)
asumsi dasar bimbingan perkembangan, yaitu perkembangan individu akan
berlangsung dalam interaksi yang sehat antara individu dengan lingkungannya.
Asumsi ini membawa dua implikasi pokok bagi pelaksanaan bimbingan di sekolah,
yaitu:
a. Perkembangan adalah tujuan bimbingan; oleh
karena itu para petugas bimbingan di sekolah perlu memiliki suatu kerangka
berpikir konseptual untuk memahami perkembangan siswa sebagai dasar perumusan
isi dan tujuan bimbingan.
b. Interaksi yang sehat merupakan suatu iklim
perkembangan yang harus dikembangkan oleh petugas bimbingan. Oleh karena itu,
petugas bimbingan perlu menguasai pengetahuan dan keterampilan khusus untuk
mengembangkan interaksi yang sehat sebagai pendukung sistem peluncuran
bimbingan di sekolah (Sunaryo Kartadinata, 1996:10).
Perkembangan perilaku yang efektif
dapat dilihat dari tingkat pencapaian tugas-tugas perkembangan dalam setiap tahapan
perkembangan. Oleh karena itu, untuk memahami karakterisfik murid SMP sebagai
dasar untuk pengembangan program bimbingan di SMP difokuskan kepada pencapaian
tugas-tugas perkembangannya. Mengkaji tugas-tugas perkembangan merupakan hal
yang penting dan menjadi dasar bagi pengembangan dan peningkatan mutu layanan
bimbingan.
3.
Tugas Perkembangan Sebagai Dasar Layanan
Bimbingan dan Konseling
Pemahaman terhadap tugas-tugas
perkembangan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) sangat berguna bagi pendidik.
Havighurst (1961:5) mengajukan dua alasan pentingnya pemahaman terhadap konsep
tugas-tugas perkembangan bagi pendidik, yaitu:
First, it helps in discovering and stating
the purposes of education in school. Education may be conceived as effort of
the society, through the school, to help the individual achieve certain of his
developmental tasks.
The second use of concept is in the timing
of educational efforts. When body is ripe, and society requires, and the self
is ready to achieve a certain tasks, the teachable moment has come.
Mengacu pada dua alasan
Havighurst tersebut di atas, dalam kacamata bimbingan pemahaman tugas-tugas
perkembangan siswa SMP sangat berguna bagi pengembangan program bimbingan dan
konseling karena sangat membantu dalam: (a) menemukan dan menentukan tujuan
program bimbingan dan konseling di SMP, (b) menentukan kapan waktu upaya
bimbingan dapat dilakukan.
Bimbingan dan konseling
perkembangan bertolak dari premise bahwa
positif regard dan respek terhadap
martabat manusia (human dignity) merupakan aspek yang amat penting dalam
masyarakat. Guru bimbingan dan konseling (konselor) memiliki tugas untuk mengembangkan
potensi dan keunikan individu secara optimal dalam perubahan masyarakat yang
global. Dalam program bimbingan yang komprehensif siswa diharapkan memperoleh
keterampilan yang penting dalam memberikan kontribusi terhadap masyarakat yang
memiliki aneka budaya.
Dalam konteks bimbingan
perkembangan, maka perkembangan perilaku yang efektif sebagai tujuan pelaksanaan
bimbingan dapat dilihat dari tingkat pencapaian tugas-tugas perkembangan.
Memahami karakteristik murid SMP sebagai dasar untuk pengembangan program bimbingan
di SMP difokuskan kepada pencapaian tugas-tugas perkembangan murid SMP.
Mengkaji tugas-tugas perkembangan merupakan hal yang penting dan menjadi dasar
bagi pengembangan dan peningkatan mutu layanan bimbingan. Secara konseptual
tugas-tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang muncul pada saat atau suatu periode
tertentu dari kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa
bahagia dan membawa ke arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas
berikutnya, sementara kegagalan dalam melaksanakan tugas tersebut menimbulkan
rasa tidak bahagia, ditolak oleh masyarakat dan kesulitan dalam menghadapi
tugas-tugas berikutnya (Havighurst, 1961:2).
Mengingat bimbingan merupakan
bagian integral dari pendidikan, maka tujuan pelaksanaan bimbingan merupakan
bagian tak terpisahkan dari tujuan pendidikan. Tujuan Pendidikan Nasional
adalah menghasilkan manusia yang berkualitas yang dideskripsikan dengan jelas dalam
UU No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal I Ayat 1. ”Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.”
Pada jenjang pendidikan dasar,
pendidikan memiliki tujuan untuk memberikan bekal kemampuan dasar kepada
peserta didik untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota
masyarakat, warga negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan peserta
didik untuk mengikuti pendidikan menengah (UUSPN, dan PP No. 29 Tahun 1990).
Pengembangan kehidupan siswa sebagai pribadi sekurang-kurangnya mencakup upaya
untuk: (a) memperkuat dasar keimanan dan ketakwaan; (b) membiasakan untuk
berperilaku yang baik; (c) memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar; (d) memelihara
kesehatan jasmani dan rohani; (e) memberikan kemampuan untuk belajar, dan
membentuk kepribadian yang mantap dan mandiri, Pengembangan sebagai anggota
masyarakat mencakup: (a) memperkuat kesadaran hidup beragama dalam masyarakat;
(b) menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam lingkungan hidup; dan (c) memberikan
pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk berperan serta dalam
kehidupan bermasyarakat. Pengembangan sebagai warga negara mencakup upaya
untuk: (a) mengembangkan perhatian dan pengetahuan hak dan kewajiban sebagai
warga negara RI; (b) menanamkan rasa ikut bertanggung jawab terhadap kemajuan
bangsa dan negara; (c) memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang
diperlukan untuk berperan serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pengembangan sebagai umat manusia mencakup upaya untuk: (a) meningkatkan harga
diri sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat; (b) meningkatkan kesadaran
tentang HAM; (c) memberikan pengertian tentang ketertiban dunia; (d)
meningkatkan kesadaran tentang pentingnya persahabatan antarbangsa; dan (e)
mempersiapkan peserta didik untuk menguasai isi kurikulum.
Bertolak dari rumusan Tujuan Pendidikan
Nasional, dan tujuan pendidikan dasar dirumuskan seperangkat tugas-tugas
perkembangan yang seyogianya dicapai oleh siswa SMP. Secara operasional tugas-tugas perkembangan siswa
SMP adalah pencapaian perilaku yang seyogianya ditampilkan siswa SMP yang
meliputi: (1) Landasan Kehidupan Religius, (2) Landasan Perilaku Etis, (3) Kematangan
Emosional, (4) Kematangan Berpikir, (5) Kesadaran Tanggungjawab, (6) Peran
Sosial sebagai Pria atau Wanita, (7) Penerimaan Diri dan Pengembangannya (8)
Kemandirian Perilaku Ekonomi, (9) Wawasan dan Persiapan Karier, dan (10)
Kematangan Hubungan dengan Teman Sebaya.
Secara khusus
layanan.bimbingan di SMP bertujuan untuk membantu siswa agar dapat memenuhi
tugas-tugas perkembangan yang berkaitan dengan aspek pribadi sosial,
pendidikan, dan karier sesuai dengan tuntutan lingkungan. Dalam aspek
perkembangan pribadi sosial layanan bimbingan membantu siswa agar:
a. Memiliki pemahaman diri
b. Mengembangkan sikap positif
c. Membuat pilihan kegiatan secara sehat
d. Mampu menghargai orang lain
e. Memiliki rasa tanggungjawab
f. Mengembangkan ketrampilan hubungan
antarpribadi
g.
Dapat menyelesaikan
masalah
h. Dapat
membuat keputusan secara baik.
Dalam aspek perkembangan pendidikan,
layanan bimbingan membantu siswa agar dapat:
a. Melaksanakan cara-cara belajar yang benar
b. Menetapkan tujuan dan rencana pendidikan
c. Mencapai prestasi belajar secara optimal
sesuai bakat dan kemampuannya
d. Memiliki keterampilan untuk menghadapi
ujian.
Dalam aspek perkembangan
karier, layanan bimbingan membantu siswa agar dapat:
a. Mengenali macam-macam dan ciri-ciri dari
berbagai jenis pekerjaan
b. Menentukan cita-cita dan merencanakan masa
depan
c. Mengeksplorasi arah pekerjaan
d. Menyesuaikan keterampilan, kemampuan, dan
minat dengan jenis pekerjaan.
4.
Karakteristik Perkembangan Siswa Sekolah
Menengah Pertama
Pada usia SMP berada pada masa
remaja, masa pubertas atau adolesen. Pada masa ini keadaan fisik, kemampuan
berpikir, kondisi emosi, dan perilaku sosial anak berbeda dengan pada masa
sebelumnya. Masa remaja merupakan masa peralihan atau transisi antara masa anak
dengan dewasa. Meskipun perkembangan aspek-aspek kepribadian telah diawali pada
masa-masa sebelumnya, tetapi puncaknya boleh dikatakan terjadi pada masa ini,
sebab setclah melewati masa ini, remaja telah berubah menjadi seorang dewasa.
Pada masa transisi ini terjadi perubahan-perubahan yang sangat cepat, terutama
dalam perkembangan fisik dan berpikir. Pertambahan tinggi badan remaja sangat
cepat, disertai dengan adanya perubahan atau munculnya ciri-ciri kelamin
sekunder seperti tumbuhnya bulu-bulu, perkembangan buah dada dan pinggul, serta
datangnya menstruasi pada wanita, tumbuhnya jakun serta perubahan suara pada
laki-laki.
Sejalan dengan perkembangan
fisik, kemampuan berpikir remaja juga berkembang pesat, mereka telah mampu berpikir
tahap tinggi, berpikir logis dan rasional. Dalam perkembangan sosial remaja
mulai ingin mandiri, mereka ingin melepaskan diri dari ikatan keluarga dan membentuk
ikatan dengan teman sebaya. Perubahan-perubahan yang sangat cepat dalam segi
fisik dan intelektual (berpikir) rupanya menimbulkan goncangan-goncangan dalam
kehidupan emosi remaja. Suasana emosi remaja, terutama remaja awal (usia SMP)
mudah sekali berubah, suasana yang riang gembira mudah sekali berubah menjadi rasa
sedih yang mendalam, kemanjaan kepada orangtua dengan persoalan sepele bisa
berubah menjadi rasa antipati.
a. Perkembangan Fisk
Salah satu segi perkembangan
yang cukup pesat dan tampak dari luar adalah perkembangan fisik. Pada masa
remaja perkembangan fisik mereka sangat cepat dibandingkan dengan masa-masa
sebelumnya. Pada masa remaja awal (usia SMP) anak-anak ini tampak tinggi-tinggi
tetapi kurus, lengan, kaki dan leher mereka panjang-panjang, baru kemudian
berat badan mereka mengikuti dan pada akhir masa remaja, proporsi tinggi dan
berat badan mereka seimbang. Pada usia 11-12 tahun tinggi badan anak laki-laki
dan wanita tidak jauh berbeda, pada usia 12-13 tahun pertambahan tinggi badan
anak wanita lebih cepat dibandingkan dengan anak laki-laki, tetapi pada usia 14
-15 tahun anak laki-laki akan mengejarnya, sehingga pada usia 18-19 tahun
tinggi badan anak laki-laki jauh dari wanita, lebih tinggi sekitar 7 sampai
dengan 10 cm. Rata-rata pertambahan tinggi badan masih dapat diperkirakan, tetapi
pertambahan berat lebih sulit diperkirakan. Hal itu disebabkan karena besarnya
pengaruh faktor luar, seperti kondisi sosial ekonomi, pengaruh komposisi dan
gizi makanan. Perubahan yang sangat cepat dalam tinggi ini, tidak berjalan
sejajar dengan kekuatan dan keterampilannya. Keduanya agak tertinggal
dibandingkan dengan tinggi badan. Anak yang pada usia SD jagoan dalam olahraga,
pada usia SMP mengalami sedikit kemunduran karena belum ada penyesuaian dengan
perubahan-perubahan fisik yang dialami, gerak-gerik mereka pun tampak kaku dan
canggung.
Selain terjadi pertambahan
tinggi badan yang sangat cepat, pada masa remaja berlangsung perkembangan
seksual yang cepat pula. Perkembangan ini ditandai dengan munculnya ciri-ciri
kelamin primer dan sekunder. Ciri-ciri kelamin primer berkenaan dengan
perkembangan alat-alat produksi, baik pada pria maupun wanita. Pada awal masa
remaja anak wanita mulai mengalami menstruasi dan laki-laki mengalami mimpi
basah, dan pengalaman ini merupakan pertanda bahwa mereka telah memasuki masa
kematangan seksual. Pengalaman pertama menstruasi pada wanita, seringkali
dirasakan oleh remaja sebagai sesuatu yang mengagetkan, menakutkan, menimbulkan
rasa cemas, takut dan malu. Adakalanya mereka menutup-nutupi atau menyembunyikan
pengalaman tersebut. Penerangan dan bimbingan dari orangtua terutama dari ibu
sangat diperlukan menjelang mereka memasuki masa remaja. Pengalaman mimpi basah
pertama pada anak pria, juga menimbulkan kekagetan walaupun tidak sebesar pada
anak wanita. Setelah pengalaman tersebut biasanya terjadi perubahan perhatian
dan perasaan terhadap lawan jenis. Ciri-ciri kelamin sekunder, berkenaan dengan tumbuhnya bulu-bulu pada
seluruh badan (pada bagian tertentu lebih cepat dan lebat), perubahan suara
menjadi semakin rendah-besar (lebih-lebih pada pria), membesarnya buah dada dan
puting susu pada wanita, tumbuhnya jakun pada pria. Dengan perkembangan
ciri-ciri kelamin sekunder ini, secara fisik remaja mulai menampakkan ciri-ciri
orang dewasa.
Masih dalam kaitan dengan
perkembangan fisik, pada masa remaja juga terjadi perkembangan hormon seksual
yang dihasilkan oleh kelenjar endocrine yang
masuk dalam darah. Hormon yang terpenting yang berkaitan dengan perkembangan
kehidupan seksual adalah testoterone dan
estrogen. Keduanya ada, baik pada
pria maupun wanita, tetapi konsentrasi yang tinggi dari testosterone ada pada pria, sehingga sering disebut sebagai hormon
kepriaan dan estrogen terkonsentrasi
tinggi pada wanita disebut hormon kewanitaan. Memang kedua jenis hormon tersebut
memengaruhi perkembangan karakteristik kepriaan dan kewanitaan. Hormon tersebut
tidak hanya memengaruhi perkembangan seksual, tetapi juga pertumbuhan fisik.
Testosterone merangsang
pertumbuhan otot dan tulang-tulang, baik pada pria maupun wanita. Sampai dengan
usia sekolah dasar pertumbuhan otot dan tulang keduanya sama, tetapi pada masa
remaja terdapat perbedaan. Pertumbuhan otot-otot dan tulang-tulang pria lebih
besar dan panjang dibandingkan wanita. Perbedaan keduanya diperbesar oleh
pengaruh dari lingkungan. Pria dituntut dan mereka mengerjakan pekerjaan dan
latihan-latihan yang banyak menggunakan otot, sehingga pertumbuhan otot dan
tulang-tulang mereka menjadi lebih pesat.
Estrogen merangsang
pertambahan penyimpanan lemak di bawah kulit, dan mendorong pematangan
tulang-tulang sehingga mencapai bentuk dan kekuatan sebagai orang dewasa. Dalam
usia sekolah dasar pria dan wanita dengan rangsangan estrogen memiliki jumlah
lemak yang hampir sama, sekitar seperlima dari tubuhnya, tetapi pada masa pubertas,
pertambahannya menjadi berbeda. Pertambahan timbunan lemak pada wanita lebih
banyak dibandingkan pria. Hal itulah yang menimbulkan penampilan pria berbeda
dengan wanita. Pria tampil lebih kekar, otot dan kulitnya lebih kasar, sedang
wanita lebih lembut, licin, dan halus. Sudah tentu kelembutan dan kehalusan
otot dan kulit wanita akan berkurang apabila dia melakukan pekerjaan dan latihan-latihan
kekuatan otot yang keras. Demikian juga halnya pada pria, kekuatan dan
kekasaran otot dan kulitnya akan berkurang apabila dia jarang sekali melakukan
pekerjaan dan latihan-latihan kekuatan otot.
Bertolak dari perkembangan
fisik ini, maka karakteristik profil perkembangan fisik dan perilaku
psikomotorik siswa SMP (remaja awal) adalah sebagai berikut: (Abin Syamsuddin
Makmun, 1996: 92):
Tabel 3.1 Karaktieristik Perkembangan Fisik Siswa
SMP
No
|
Siswa SMP (Remaja Awal)
|
Keterangan
|
1
|
Laju perkembangan secara umum berlangsung secara pesat
|
|
2
|
Proporsi ukuran tinggi dan berat badan sering kurang seimbang (termasuk
otot dan tulang belulang)
|
|
3
|
Munculnya ciri-ciri sekunder (tumbuh bulu pada pubic region, otot mengembang pada baglan-bagian tertentu),
disertai mulai aktifnya sekresi kelenjar jenis (menstruasi pada wanita &
polasi pada pria pertama kali)
|
|
4
|
Gerak-gerik tampak canggung dan kurang terkoordinasikan
|
|
5
|
Aktif dalam berbagai jenis cabang permainan yang dicobanya
|
b. Perkembangan Intelek
Sejalan dengan perkembangan
fisik yang cepat, berkembang pula kemampuan berpikirnya. Pada usia sekolah
dasar, kemampuan berpikir anak masih berkenaan dengan hal-hal yang konkret atau
berpikir konkret, pada masa SMP mulai berkembang kemampuan berpikir abstrak,
remaja mampu membayangkan apa yang akan dialami bila terjadi suatu peristiwa
umpamanya perang nuklir, kiamat, dan sebagainya. Remaja telah mampu berpikir jauh
melewati kehidupannya baik dalam dimensi ruang maupun waktu. Berpikir abstrak
adalah berpikir tentang ide-ide, yang oleh Jean Piaget seorang ahli Psikologi
dari Swiss disebutnya sebagai berpikir formal operasional.
Berkembangnya kemampuan
berpikir formal operasional pada remaja ditandai dengan tiga hal penting. Pertama,
anak mulai mampu melihat (berpikir) tentang kemungkinan-kemungkinan. Kalau pada
usia sekolah dasar anak hanya mampu melihat kenyataan, maka pada usia remaja mereka
telah mampu berpikir tentang kemungkinan-kemungkinan. Kedua, anak telah mampu
berpikir ilmiah. Remaja telah mampu mengikuti langkah-langkah berpikir ilmiah,
dari mulai merumuskan masalah, membatasi masalah, menyusun hipotesis,
mengumpulkan dan mengolah data sampai dengan menarik kesimpulan-kesimpulan.
Ketiga, remaja telah mampu memadukan ide-ide secara logis. Ide-ide atau pemikiran
abstrak yang kompleks telah mampu dipadukan dalam suatu kesimpulan yang logis.
Secara umum kemampuan berpikir
formal mengarahkan remaja kepada pemecahan masalah-masalah berpikir secara
sistematik. Dalam kehidupan sehari-hari para remaja demikian juga orang dewasa
jarang menggunakan kemampuan berpikir formal, walaupun mereka sebenarnya rnampu
melaksanakannya. Mereka lebih banyak berbuat berdasarkan kebiasaan, perbuatan
atau pemecahan rutin. Hal itu mungkin disebabkan karena tidak adanya atau
kurangnya tantangan yang dihadapi, atau mereka tidak melihat hal-hal yang
dihadapi atau dialami sebagai tantangan, atau orangtua dan masyarakat tidak
membiasakan remaja menghadapi tantangan atau tuntutan yang harus dipecahkan.
Kemampuan berpikir tentang
kemungkinan ke depan, mengarahkan remaja kepada pemikiran tentang pekerjaan. Pemikiran
tentang pekerjaan berkembang sesuai dengan pertambahan usia. Pada remaja muda (usia
SMP) pemikiran tentang pekerjaan masih diwarnai oleh fantasinya, sedang pada
remaja dewasa (usia SLTA) telah lebih realistik.
Pada usia sekolah dasar anak sudah
memiliki kemampuan mengingat informasi dan keterampilan memproses informasi
tersebut. Dengan telah dikuasainya kemampuan berpikir formal, maka keterampilan
memproses informasi ini berkembang lebih jauh. Pemrosesan informasi yang
mencakup penerimaan informasi oleh alat dria ditahan sebentar kemudian
dilanjutkan ke terminal ingatan singkat (TIS) dan diproses lebih lanjut dalam
suatu bentuk yang dapat disimpan dalam terminal ingatan lama (TIL).
Keterampilan memproses informasi ini pada remaja lebih cepat dan kuat, dan ini
sangat memegang peranan penting dalam penyelesaian tugas-tugas pengajaran
maupun pekerjaan. Sesuai dengan pelajaran dan tugas-tugas yang mereka hadapi,
para remaja mempunyai keunggulan keterampilan, umpamanya mereka sudah mengerti dan
dapat mengerjakan dengan benar bentuk tes objektif tanpa penjelasan lagi dari
guru, mereka telah mampu mencari hal-hal penting pada waktu membaca buku,
mereka telah mempunyai minat terhadap hal-hal khusus umpamanya mata pelajaran
atau bidang tertentu. Penguasaan keterampilan memproses informasi ini menyempurnakan
atau membulatkan penampilan penguasaan kognitif mereka.
Karakteristik perkembangan
intelektual siswa SMP dapat diuraikan dalam tabel 3.2 berikut ini.
Tabel 3.2 Karakteristik Perkembangan Intelektual
Siswa SMP
No
|
Siswa SMP (Remaja Awal)
|
Keterangan
|
1
|
Proses berpikirnya sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal
(asosiasi, diferensiasi, komparasi, dan kausalitas) dalam ide-ide atau
pemikiran abstrak (meskipun relatif terbatas)
|
|
2
|
Kecakapan dasar umum (general
intelligence) menjalani laju perkembangan yang terpesat (terutama bagi
yang belajar di sekolah)
|
|
3
|
Kecakapan dasar khusus (bakat atau aptitude)
mulai menunjukkan kecenderungan-kecenderungan lebih jelas.
|
c. Pemikiran Sosial dan Moralitas
Ketrampilan berpikir baru yang
dimiliki remaja adalah pemikiran sosial. Pemikiran sosial ini berkenaan dengan
pengetahuan dan keyakinan mereka tentang masalah-masalah hubungan pribadi dan
sosial. Remaja awal telah mempunyai pemikiran-pemikiran logis, tetapi dalam pemikiran
logis ini mereka sering kali menghadapi kebingungan antara pemikirannya sendiri
dengan pemikiran orang lain. Menghadapi keadaan ini berkembang pada remaja
sikap egosentrisme, yang berupa pemikiran-pemikiran
subjektif logis dirinya tentang masalah-masalah sosial yang dihadapi dalam
masyarakat atau kehidupan pada umumnya. Egosentrisme remaja sering kali muncul
atau diperlihatkan dalam hubungan dengan orang lain, mereka tidak dapat
memisahkan perasaan dia dan perasaan orang lain tentang dirinya. Remaja sering
berpenampilan atau berperilaku mengikuti bayangan atau sosok gang-nya. Mereka sering membuat
trik-trik atau cara-cara untuk menunjukkan kehebatan, kepopuleran atau
kelebihan dirinya kepada sesama remaja. Para remaja seringkali membuat atau
memiliki cerita atau dongeng pribadi, yang menggambarkan kehebatan dirinya.
Cerita-cerita yang mereka baca atau dengar coba diterapkan atau dijadikan
cerita dirinya.
Secara berangsur-angsur remaja
mengurangi sifat egosentrisme-nya, dalam hubungan pribadinya berkembang etika
pribadi mereka, berkenaan dengan pengetahuan dan penghayatan tentang apa yang baik
dan yang jahat. Ada dua aspek nilai yang menjadi perhatian utama para remaja,
yaitu nilai-nilai keadilan dan kesejahteraan. Pada wanita dan pria walaupun tidak
terlalu ekstrem ada sedikit perbedaan mengenai nilai-nilai tersebut. Kedua jenis
mengembangkan kedua nilai, tetapi pria lebih peduli terhadap nilai-nilai
keadilan dan kejujuran sedangkan wanita terhadap nilai-nilai kesejahteraan,
baik dalam lingkup keluarga, hubungan sebaya maupun masyarakat.
Dalam perkembangan nilai-nilai
keadilan dan kejujuran, remaja kurang oportunistik dibandingkan dengan masa
sebelumnya. Secara berangsur telah berkurang penilaian yang didasarkan atas
ganjaran dan hukuman langsung atas dasar pengalaman dirinya, walaupun masih
dalam tahap konvensional (Kohlberg). Para remaja umumnya dalam memberikan
penilaian terhadap suatu situasi masih berpegang pada prinsip-prinsip yang
berlaku dalam kehidupan kekerabatan dan sebaya serta peraturan-peraturan
kenegaraan. Baru pada menjelang akhir masa remaja, mereka mampu berpegang pada
nilai-nilai yang lebih tinggi (pasca konvensi Kohlberg).
Pada masa remaja rasa
kepedulian terhadap kepentingan dan kesejahteraan orang lain cukup besar,
tetapi kepedulian ini masih dipengaruhi oleh sifat egosentrisme. Mereka belum
bisa membedakan kebahagiaan atau kesenangan yang dasar (hakiki) dengan yang
sesaat, memerhatikan kepentingan orang secara umum atau orang-orang yang dekat
dengan dia. Sebagian remaja sudah bisa menyadari bahwa membahagiakan orang lain
itu perbuatan mulia, tetapi itu hal yang sulit, mereka mencari keseimbangan
antara membahagiakan orang lain dengan kebahagiaan dirinya. Pada masa remaja
juga telah berkembang nilai moral berkenaan dengan rasa bersalah, telah tumbuh
pada mereka bukan saja rasa bersalah karena berbuat tidak baik, tetapi juga bersalah
karena tidak berbuat baik. Dalam
perkembangan nilai moral ini, masih tampak adanya kesenjangan. Remaja sudah
mengetahui nilai atau prinsip-prinsip yang mendasar, tetapi mereka belum mampu
melakukannya, mereka sudah menyadari bahwa membahagiakan orang lain itu adalah
baik, tetapi mereka belum mampu melihat bagaimana merealisasikannya.
Profil perkembangan pemikiran
sosial dan moralitas siswa SMP dipetakan seperti tampak pada tabel 3.3 berikut
ini:
Tabel 3.3 Karakteristik Perkembangan Pemikiran
Sosial dan Moralitas Siswa SMP
No
|
Siswa SMP (Remaja Awal)
|
Keterangan
|
1
|
Diawali dengan kecenderungan ambivalensi keinginan menyendiri dan
keinginan bergaul dengan banyak tetapi bersifat temporer
|
|
2
|
Adanya ketergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya disertai semangat komformitas yang tinggi
|
|
3
|
Adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi pengaruh orangtua
dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orangtuanya
|
|
4
|
Dengan sikapnya dan cara berpikirnya yang kritis mulai menguji
kaidah-kaidah atau sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku
sehari-hari oleh para pendukungnya (orang dewasa)
|
|
5
|
Mengidentifikasi dirinya dengan tokoh-tokoh moralitas yang dipandang
tepat dengan tipe idolanya
|
d. Perkembangan Pemikiran Politik
Perkembangan pemikiran politik
remaja hampir sama dengan perkembangan moral, karena memang keduanya berkaitan
erat. Remaja telah mempunyai pemikiran-pemikiran politik yang lebih kompleks dari
anak-anak sekolah dasar. Mereka telah memikirkan ide-ide dan pandangan politik
yang lebih abstrak, dan telah melihat banyak hubungan antar hal-hal tersebut.
Mereka dapat melihat pembentukan hukum dan peraturan-peraturan legal secara demokratis,
dan melihat hal-hal tersebut dapat diterapkan pada setiap orang di masyarakat, dan
bukan pada kelompok-kelompok khusus. Pemikiran politik ini jelas menggambarkan
unsur-unsur kemampuan berpikir formal operasional dari Piaget dan pengembangan
lebih tinggi dari bentuk pemikiran moral Kohlberg. Remaja juga masih
menunjukkan adanya kesenjangan dan ketidakajegan dalam pemikiran politiknya. Pemikiran
politiknya tidak didasarkan atas prinsip ”seluruhnya atau tidak sama sekali”,
sebagai ciri kemampuan pemikiran moral tahap tinggi, tetapi lebih banyak didasari
oleh pengetahuan-pengetahuan politik yang bersifat khusus. Meskipun demikian pemikiran
mereka sudah lebih abstrak dan kurang bersifat individual dibandingkan dengan
usia anak sekolah dasar.
e. Perkembangan Agama dan Keyakinan
Perkembangan kemampuan
berpikir remaja memengaruhi perkembangan pemikiran dan keyakinan tentang agama.
Kalau pada tahap usia sekolah dasar pemikiran agama ini bersifat dogmatis,
masih dipengaruhi oleh pemikiran yang bersifat konkret dan berkenaan dengan
sekitar kehidupannya, maka pada masa remaja sudah berkembang lebih jauh, didasari
pemikiran-pemikiran rasional, menyangkut hal-hal yang bersifat abstrak atau
gaib dan meliputi hal-hal yang lebih luas. Remaja yang mendapatkan pendidikan
agama yang intensif, bukan saja telah memiliki kebiasaan melaksanakan kegiatan
peribadatan dan ritual agama, tetapi juga telah mendapatkan atau menemukan kepercayaan-kepercayaan
khusus yang lebih mendalam yang membentuk keyakinannya dan menjadi pegangan
dalam merespons terhadap masalah-masalah dalam kehidupannya. Keyakinan yang
lebih luas dan mendalam ini, bukan hanya diyakini atas dasar pemikiran, tetapi
juga atas keimanan. Pada masa remaja awal gambaran Tuhan masih diwarnai oleh
gambaran tentang ciri-ciri manusia, tetapi pada masa remaja akhir gambaran ini
telah berubah ke aiah gambaran sifat-sifat Tuhan yang sesungguhnya.
Karakteristik perkembangan
agama dan keyakinan siswa SMP adalah sebagai berikut.
Tabel 3.4 Karakteristik Perkembangan Agama dan
Keyakinan Siswa SMP
No
|
Siswa SMP (Remaja Awal)
|
Keterangan
|
1
|
Mengenai eksistensi (keberadaan), sifat kemurahan dan keadilan Tuhan
mulai dipertanyakan secara kritis dan skeptis
|
|
2
|
Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan mungkin didasarkan
atas pertimbangan adanya semacam tuntutan yang memaksa dari luar dirinya
|
|
3
|
Masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidupnya
|
5.
Faktor-faktor yang Memengaruhi
Perkembangan Siswa SMP
“Ma ... tolong saya. Saya ... kecanduan putauw”.
Cuma dua kalimat pendek itulah
yang meluncur dari bibir Gambit. Selebihnya ia menangis sesenggukan, memeluk
lutut ibunya dengan tangan gemetar. Sejurus Ibu Suryani, Ibu Gambit, terpaku.
Tak adasatu pun yang dapat dilakukan selain diam mematung. Sementara tangis
Gambit semakin hebat. ”Tidak mungkin! Hatiku meronta dan sibuk menolak
perkataan Gambit,” ucap Suryani. Masih dalam. Keadaan limbung Gambit dipeluk
erat. Dia memanggil putra sulungnya, Ambi. Ambi cuma membelalakkan matanya
mendengar igauan adiknya, ”Benar .... Saya enggak bohong. Saya sudah terjerat
putauw ... Saya sudah tidak tahan,” tangis Gambit meledak lagi. ”Di depan mataku
dua kakak-beradik berangkulan, Ya Tuhan ...! Ini sebuah bencana.” Air mata
Suryani pun membanjir. Bayangkan saja, Gambit, bocah 15 tahun yang sebelumnya
ia lihat berperilaku normal dan berprestasi stabil di sekolah, ternyata telah
terjerat serbuk putih yang memabukkan itu (Suara Republika, 28 Agustus 1999).
Itulah sekelumit kisah yang
sengaja dicuplik, untuk memberikan gambaran betapa rawannya usia remaja
terhadap pengaruh dari lingkungan? Apakah perilaku remaja itu hanya dari
lingkungan saja? Atau dengan pertanyaan lain faktor-faktor apakah yang memengaruhi
perkembangan anak usia sekolah menengah?
Menjawab pertanyaan
faktor-faktor apakah yang memengaruhi perkembangan anak usia sekolah menengah,
pada dasarnya bukan hal yang mudah. Karena di balik pertanyaan itu, tersirat
pertanyaan yang lebih mendasar, apakah perilaku manusia itu dipengaruhi oleh faktor
bawaan atau faktor lingkungan. Sekiranya dipengaruhi faktor lingkungan,
lingkungan yang mana yang paling berpengaruh, apakah lingkungan rumah atau
lingkungan di luar rumah?
Pertanyaan seperti itu, pada dasarnya
telah menjadi pertanyaan para ahli sejak abad ke-17 yang lalu. Thomas Hobbes
(1588-1679 dalam Sigelman dan Shaffer, 1995:29) berpendapat bahwa anak-anak
secara alamiah adalah berperilaku nakal, pengganggu, dan sebagainya. Menjadi
tugas masyarakatlah untuk mengontrol perilaku anak, dan mengajar mereka
sehingga berperilaku baik. Sebaliknya, Jean Jacques Rousseau (1712-1778)
berpendapat bahwa anak secara alamiah adalah baik, sejak lahir secara naluriah
anak mampu membedakan mana perilaku yang baik dan yang buruk. Lingkungan
bertugas untuk memberikan arahan agar anak berperilaku baik. Dalam perkembangan
lebih lanjut pandangan yang beranggapan bahwa perilaku anak dipengaruhi oleh
faktor pembawaan (heredity) dikenal
dengan mazhab nativisme.
Filosof dari Inggris, John
Locke (1632-1704) terkenal dengan teori tabula
rasa. Anak bagaikan kertas putih yang menunggu untuk ditulisi melalui
pengalamannya. Locke menyangkal bahwa anak itu sejak lahir baik atau buruk,
tetapi ia akan berkembang bergantung pada pengalaman yang ia peroleh. Saat ini
pandangan ini dikenal dengan mazhab empirisme.
Di antara. dua poros nativisme dan empirisme akhirnya muncul poros tengah yang berupaya
mengakomodasikan kedua mazhab. Mazhab ini dikenal dengan konvergensi. Menurut penganut konvergensi bahwa. perilaku manusia
dipengaruhi baik oleh pembawaan maupun oleh lingkungan. Tokoh yang
mengembangkan teori konvergensi adalah
William James (1742-1804). Teori inilah yang dianut oleh kebanyakan ahli saat
ini, dan mewarnai pembahasan selanjutnya dalam modul ini. Untuk lebih jelasnya
Anda dapat membuka-buka kembali materi pada Modul 1.
Menurut Papalia dan Olds
(1992:7-8) faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan individu dapat
dikategorikan ke dalam faktor internal melawan faktor eksternal, dan pengaruh
normatif melawan pengaruh bukan normatif. Faktor internal adalah faktor pembawaan
sejak lahir yang disebut heredity.
Faktor heredity ini adalah segala yang
dibawa sejak lahir, yang diterima anak dari orangtuanya. Sementara itu, yang
dimaksud dengan faktor eksternal adalah faktor yang berpengaruh terhadap diri
individu yang berasal dari lingkungan (environment
influences). Faktor lingkungan ini diperoleh individu berdasarkan pengalamannya
selama berperilaku dalam lingkungan di luar dirinya.
Beberapa peneliti seperti
Baltes, Reese, dan Lipsitt (Papalia dan Olds, 1992:8) mencoba memilahkan
pengaruh terhadap perkembangan individu itu menjadi pengaruh normatif dan
pengaruh non-normatif. Disebut pengaruh normatif jika pengaruh terhadap
kebanyakan orang dalam kelompok tertentu adalah sama. Sebagai contoh pengaruh
tingkatan usia disebut pengaruh normatif karena pengaruh lingkungan dan
pengaruh biologis terhadap perkembangan adalah sama terhadap sekelompok manusia
pada tingkatan usia yang sama, kapan pun dan di mana pun individu hidup.
Pengaruh-pengaruh tersebut termasuk peristiwa biologis seperti masa puber dan
masa menopause.
Peristiwa kehidupan yang non-normatif
adalah peristiwa yang luar biasa yang memberikan pengaruh besar terhadap
kehidupan manusia. Kejadian-kejadian seperti meninggalnya orangtua pada saat
anak masih muda, sakit parah, dan kelainan dalam kelahiran akan berpengaruh
terhadap kehidupan anak.
Baik pengaruh normatif maupun
pengaruh non-normatif terhadap individu terjadi pada tingkatan lingkungan
tertentu. Pandangan seperti ini dikenal dengan pendekatan ekologis terhadap
perkembangan (ecological approach to
development). Menurut Urie Bronfenbrenne (Papalia dan Olds, 1992:9)
terdapat empat tingkatan pengaruh lingkungan yang merentang dari lingkungan
yang paling intim sampa lingkungan yang sangat global. Dengan demikian, untuk
memahami perkembangan individual, hendaknya memahami masing-masing individu
dalam konteks lingkungan yang ganda. Keempat tingkatan pengaruh lingkungan
tersebut mencakup:
Pertama, pengaruh
lingkungan sistem mikro (micro system),
yaitu lingkungan kehidupan sehari-hari, seperti lingkungan sekolah, lingkungan
rumah, dan Lingkungan tempat kerja. Termasuk di dalamnya suasana pergaulan
dengan orangtua, guru-guru, lingkungan teman sebaya, dan sebagainya. Sikap guru
dalam mengajar akan berpengaruh terhadap perilaku siswa di sekolah. Sering
dijumpai siswa yang membenci mata pelajaran Fisika, Kimia, dan sebagainya,
disebabkan ia memperoleh pengalaman kurang menyenangkan dari guru pengajar mata
pelajaran yang bersangkutan. Kita cukup getir mendengar pengakuan salah scorang
pelajar di Jakarta yang suka tawuran, karena dikondisikan oleli kakak-kakak
seniornya. Ketika terjadi tawuran, ia bagaikan tameng bagi kakak-kakak senior,
terjepit di antara dua kekuatan besar, di depan menghadapi musuh dari sekolah
lain, di belakang ada kakak-kakak senior yang siap menyergap jika ia berusaha
mundur.
Kedua, pengaruh
lingkungan sistem meso (mezzo system),
yaitu keterkaitan antarvariasi tingkatan sistem yang melibatkan individu didalamnya.
Perilaku siswa sekolah menengah akan dipengaruhi oleh keterkaitan antara
lingkungan rumah dengan lingkungan sekolah, pengaruh keterkaitan lingkungan
rumah dengan lingkungan masyarakat. Meskipun aturan tata tertib di sekolah
dilaksanakan dengan ketat, toh tidak sedikit siswa yang menyalahgunakan obat
terlarang, karena terpengaruh oleh kelompok gang siswa yang bersangkutan di masyarakat.
Ketiga, pengaruh
lingkungan sistem exo (exo system)
adalah pengaruh institusi lingkungan yang lebih besar, seperti pengaruh
sekolah, pengaruh media massa, bahkan pengaruh lingkungan pemerintahan. Masih
segar dalam ingatan kita bagaimana perilaku seks bebas di kalangan pelajar
telah melanda tidak saja remaja di kota-kota besar, namun telah merambah pula
ke kota-kota pinggiran bahkan ke desa. Biang keladi yang ditenggarai banyak
meracuni perilaku remaja ini adalah media massa yang terlalu vulgar.
Keempat, pengaruh
lingkungan yang paling luas adalah pengaruh sistem makro (macro system). Ada keterkaitan erat pengaruh dari kebudayaan,
pengaruh agama, pendidikan, politik dan pengaruh keadaan sosial ekonomi
terhadap perkembangan individu. Kita menjadi prihatin mencermati perilaku
siswa-siswa sekolah menengah di Timor-Timur (ketika masih menjadi bagian dari
RI) yang begitu tega menganiaya guru, hanya karena pengaruh perbedaan politik.
Pandangan ekologis dalam perkembangan
menekankan peranan sistem baik di dalam keluarga maupun sistem di luar keluarga
yang berpengaruh terhadap perkembangan anak.
Dalam pola pandangan yang
konvensional, diyakini bahwa terdapat tiga faktor dominan yang memengaruhi
proses perkembangan anak usia sekolah menengah. Ketiga faktor itu adalah:
faktor pembawaan (heredity), faktor
lingkungan (environment), dan faktor
waktu (time). Faktor pembawaan adalah
faktor yang bersifat alamiah (nature),
faktor lingkungan yang memungkinkan proses perkembangan (nurture), sedangkan faktor waktu adalah saat tibanya masa peka atau
kematangan (maturation).
Ketiga faktor dominan yang
memengaruhi perkembangan pribadi anak usia sekolah menengah dapat dirumuskan
secara fungsional sebagai berikut:.
P = f (H, E, T)
P adalah Person, yaitu perilaku atau pribadi anak sekolah menengah sebagai
perwujudan dari perkembangan. f adalah fungsi dari H = Heredity atau pembawaan, E = Environment
yaitu lingkungan sekitar individu, dan T = Time, yaitu saat tibanya masa peka atau kematangan. Dengan
demikian, perkembangan pribadi anak merupakan fungsi dari pembawaan,
lingkungan, dan kematangan aspek perkembangan itu sendiri.
Upaya belajar akan mendapatkan
hasil yang optimal sekiranya dilakukan pada saat kematangan dalam perkembangan
fisik dan psikologis tiba. Sebagai contoh: pada usia sebelum memasuki masa remaja
(kurang lebih 12-14 tahun) merupakan masa yang sangat peka untuk memulai
mengajarkan bahasa (Lonnerberg, dalam Papalia dan Olds, 1992:10).
Di pihak lain, pada usia
sekolah menengah dalam pengembangan kemampuan berbahasa ini dapat menimbulkan
masalah lain. Bagi individu-individu tertentu, mempelajari bahasa asing
bukanlah merupakan hal yang menyenangkan. Keinginan untuk berbahasa asing sangat
tinggi, sementara kemampuan tidak menunjang, akhirnya mereka cas-cis-cus
menggunakan bahasa prokem yang hanya dipahami oleh kalangan mereka sendiri.
Kelemahan-kelemahan dalam fonetik bahasa asing, juga dapat merupakan bahan
cemoohan kawan-kawannya. Akhirnya, mereka memiliki sikap negatif kepada
pelajaran bahasa asing. Tidak mengherankan jika relatif banyak siswa sekolah menengah
yang alergi terhadap pelajaran bahasa asing.
Pada usia remaja lingkungan
yang sangat berpengaruh adalah kelompok. Dari pergaulannya dengan kelompok
sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi,
seperti: belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar
tidak tergantung pada orang dewasa, belajar bekerja sama, mempelajari perilaku
yang dapat diterima oleh lingkungannya, belajar menerima tanggung jawab,
belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), mempelajari olahraga
dan permainan kelompok, belajar keadilan demokrasi.
Faktor pengaruh kelompok ini
ditenggarai sebagai faktor dominan yang berpengaruh terhadap perilaku remaja.
Remaja lebih patuh terhadap aturan dan norma kelompok sebaya, bahkan jika
dibandingkan dengan kepatuhan terhadap peraturan di dalam keluarga. Simak kasus
Gambit seperti yang dikisahkan pada awal kegiatan belajar kedua ini. Di rumah Gambit
menunjukkan perilaku yang baik, namun karena pengaruh kelompok sebaya ia
terjerumus ke dalam penyalahgunaan narkoba (narkotika dan obat bius).
Bertolak dari gambaran di atas
tampak bahwa keterikatan hidup siswa sekolah menengah dalam kelompok, rawan
untuk menimbulkan kenakalan remaja, seperti perkelahian antarsekolah, tindak
pencurian, perilaku seks bebas, penyalahgunaan obat bius, dan bentuk-bentuk perilaku
anti sosial lainnya. Namun, sekiranya pada masa ini mendapat bimbingan yang
memadai justru akan menjadikan remaja yang berguna. Seperti siswa sekolah
menengah yang bisa menjadi juara Olimpiade Fisika. Oleh karena itu, pada masa
sekolah menengah ini merupakan masa krisis yang disebut the best of time atau the worst of time (Conger dalam Abin
Syamsuddin M, 1996:91). Kalau individu mampu mengatasi berbagai tuntutan yang
dihadapi secara integratif, ia akan menemukan identitasnya yang akan dibawanya
menjelang masa dewasanya. Sebaliknya, kalau gagal ia akan berada pada krisis
identitas (identity crisis) yang
berkepanjangan.
Pemahaman terhadap
faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan anak usia sekolah menengah, dapat menambah
wawasan bagi calon guru sekolah menengah untuk memahami perilaku siswa sekolah
menengah. Perkembangan perilaku dan pribadi siswa sekolah menengah merupakan
perwujudan pengaruh dari ketiga faktor dominan, yaitu faktor bawaan,
kematangan, dan faktor lingkungan termasuk belajar dan latihan. Ketiga faktor
tersebut berpengaruh terhadap siswa secara khas dan bervariasi yang mungkin
dapat menguntungkan atau menghambat laju proses perkembangan.
6.
Tugas-tugas Perkembangan Siswa Sekolah
Menengah Pertama
Tugas-tugas perkembangan
adalah tugas-tugas yang muncul pada saat atau suatu periode tertentu dari
kehidupan individu, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan
membawa ke arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya, sementara
kegagalan dalam melaksanakan tugas tersebut menimbulkan rasa tidak bahagia,
ditolak oleh masyarakat dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya. Havighurst,
(1961:2) menyatakan bahwa:
A developmental task is a task which arises
at or abouttainc period in the life of the individual, successful achievement
of which leads to his happiness and to success with later tasks, while failure
leads to unhappyness in the individual, disapproval by the society, and
difficult with later tasks.
Tugas-tugas tersebut bersumber dari kematangan fisik, lingkungan
kebudayaan, keinginan, aspirasi, dan nilai-nilai kepribadian yang sedang tumbuh.
Bertolak dari rumusan Tujuan Pendidikan Nasional, dan tujuan pendidikan
dasar dirurnuskan seperangkat tugas-tugas perkembangan yang seyogianya dicapai
oleh siswa SMP. Secara operasional tugas-tugas perkembangan siswa SMP adalah
pencapaian perilaku yang seyogianya ditampilkan siswa SMP yang meliputi: (1)
Landasan Kehidupan Religius, (2)
Landasan Perilaku Etis, (3) Kematangan Emosional, (4) Kematangan Berpikir, (5)
Kesadaran Tanggung Jawab, (6) Peran Sosial sebagai Pria atau Wanita, (7) Penerimaan
Diri dan Pengembangannya, (8) Kemandirian Perilaku Ekonomi. (9) Wawasan dan
Persiapan Karier, dan (10) Kematangan Hubungan dengan Teman Sebaya.
Rincian dari perilaku pada masing-masing
tugas perkembangan adalah sebagai berikut.
a. Keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa
1) Berdoa kepada Tuhan
2) Belajar Agama
3) Sabar
4) Syukur
b. Etika
1) Menyayangi orang lain
2) Rendah hati
3) Kejujuran
4) Disiplin
c. Kemandirian emosional
1) Suasana emosional menghadapi kekecewaan
2) Suasana emosional dalam interaksi sosial
3) Suasana emosional menghadapi ancaman
4) Menghargai orangtua tanpa bergantung
padanya
d. Kematangan intelektual
1) Berpikir kritis
2) Membuat keputusan
3) Musyawarah (Demokratis)
4) Memahami hak dan kewajiban siswa
e. Perilaku yang bertanggung jawab
1) Berpartisipasi dalam kegiatan sosial di
sekolah
2) Berpartisipasi dalam kegiatan sosial di
masyarakat
3) Menolong orang lain
4) Menjalin persahabatan dengan teman
f. Peran sosial sebagai pria atau wanita
1) Berpenampilan sesuai dengan jenis kelamin
sendiri
2) Bekerja sesuai dengan jenis kelamin sendiri
3) Mempersiapkan karier sesuai dengan jenis
kelamin sendiri
4) Mempelajari peranan pria atau wanita di
masyarakat
g. Penerimaan diri dan pengembangannya
1) Keadaan fisik
2) Bakat (kemampuan khusus)
3) Sifat
4) Prestasi
h. Kemandirian ekonomi
1) Menabung
2) Mengatur uang
3) Bekerja keras (sungguh-sungguh)
4) Mengatur waktu
i.
Persiapan
karier
1) Informasi sekolah lanjutan
2) Informasi kursus
3) Informasi syarat-syarat pekerjaan
4) Kegiatan ekstra kurikuler yang mendukung
pekerjaan
j.
Kematangan
hubungan dengan teman sebaya
1) Bekerja sama
2) Hubungan antarpribadi
3) Berperan dalam kelompok
4) Penempatan diri sesuai dengan jenis
kelamin dalam kelompok
F.
Soal-soal Latihan
Bubuhkan tanda silang pada
salah satu alternatif jawaban yang paling benar!
1. Ciri-ciri perkembangan fisik pada masa
remaja adalah:
a. pertambahan tinggi badan yang sangat cepat
b. munculnya ciri-ciri kelamin sekunder
c. perubahan suara pada laki-laki
d. tidak ada yang benar
e. semua benar
2. Matangnya organ reproduksi pada remaja merupakan
ciri perkembangan fisik yang :
- primer
- sekunder
- tersier
- semua
benar
- semua
salah
3. Ciri perkembangan berpikir pada masa
remaja:
- berpikir
konkret
- berpikir
logis
- telah
mampu berpikir tahap tinggi
- a dan b
benar
- b dan c
benar
4. Ciri perkembangan sosial masa remaja
- mulai
ingin mandiri
- membentuk
ikatan dengan keluarga
- membentuk
ikatan dengan teman sebaya
- a dan b
benar
- a dan c
benar
5. Hormon kewanitaan disebut:
- estrogen
- testosterone
- endokrin
- hemaglobin
- endurance
6. Yang termasuk operasi kaidah-kaidah logika
berpikir formal pada remaja adalah:
- asosiasi
- diferensiasi
- komparasi
- kausalitas
- semua
benar
7. Alur pemrosesan informasi yailg benar
adalali:
- penerimaan
oleh alat dria-terminal informasi singkat (TIS) terminal informasi lama
(TIL)
- alat
dria-TIL-TIS
- TIS-TIL-alat
dria
- TIL-TIS-alat
dria
- TIL-alat
dria-TIS
8. Pengembangan nilai-nilai yang lebih
menonjol pada pria adalah:
- kejujuran
- kesejahteraan
- keadilan
- a dan c
benar
- semua
benar
9. Ciri perkembangan politik masa remaja
adalah:
- memikirkan
ide-ide dan pandangan politik yang lebih abstrak,
- melihat
banyak hubungan antarhal
- melihat
pembentukan peraturan-peraturan legal secara demokratis
- melihat
hukum dapat diterapkan pada setiap orang di masyarakat
- semua
benar
10. Ciri perkembangan agama anak usia sekolah
menengah adalah:
- pemikiran
agama bersifat konkret
- pemikiran
agama didasari pemikiran rasional
- pemikiran
agama bersifat dogmatis
- semua
benar
- semua
salah
11. Profil perkembangan agama remaja akhir
(siswa sekolah menengah) adalah:
- keadilan
Tuhan mulai dipertanyakan secara kritis
- penghayatan
kehidupan keagamaan dilakukan atas pertimbangan dari luar dirinya
- mulai
menemukan pegangan hidup yang definitif
- semua
benar
- semua salah
12. Tokoh yang memiliki anggapan bahwa sejak
lahir anak adalah pengganggu dan berperilaku nakal, adalah:
- John
Locke
- Thomas
Hobbes
- Jacques
Rousseau
- William
James
- Pestalozzi
13. Aliran pendidikan yang berpendapat bahwa
lingkungan sangat berpengaruh terhadap pendidikan anak disebut:
- naturalisme
- tabularasa
- empirisme
- heredity
- konvergensi
14. Tokoh aliran pendidikan konvergensi
adalah:
- John Locke
- Thomas Hobbes
- Jacques Rousseau
- William
James
- Pestalozzi
15. Pengaruh lingkungan terhadap kebanyakan
orang dalam kelompok tertentu adalah sama disebut pengaruh:
- introvert
- internal
- eksternal
- normatif
- non-normatif
16. Sistem pengaruh lingkungan terhadap
perkembangan anak usia sekolah menengah adalah:
- sistem
mikro (micro system)
- sistem mezo
(mezzo system)
- sistem
exo (exo system)
- sistem
makro (macro system)
- semua
benar
17. Masa individu remaja mampu mengatasi
berbagai tuntutan yang dihadapi secara integratif disebut:
- the worst of
time
- the best of time
- identity
crisis
- Sturm und Drang
- semua
betul
G.
Daftar Rujukan
Abin Syamsuddin
Makmun. (1996). Psikologi Kependidikan.
Bandung: Rosda Karya.
Ahman.
(1998). Bimbingan Perkembangan: Model
Bimbingan dan Konseling di
Sekolah Dasar, Disertasi PPS
IKIP Bandung
Elkind, David. (1992). Developmentally Appropriate Practice. Philosophical and Practical
Implications.
Gage, N.L and Berliner, David C. (1984) Educational Psychology. Boston : Houghton Mifflin Company
Havighurst, Robert J. (1961). Human Development and Education. New York : Longmans Green and Co.
Muro, J.James and Kottman, Terry. (1995). Guidance and Counseling in Elementary School
and Middle School. Iowa :
Brown and Benchmark Publisher
Papalia, Diane E., dan Olds, Sally Wendkos. (1992). Human Development. New York : McGraw-Hill, Inc.
Sunaryo
Kartadinata, dkk. (2001), Peningkatan
Mutu dan Pengembangan Sistem Manajemen Layanan Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. Bandung: Laporan Penelitian RUT VIII LIPPI-UPI Bandung.
PENGEMBANGAN PROGRAM BIMBINGAN
DAN KONSELING DI SEKOLAH
O1eh Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN, M.Pd
A.
Pengantar
Dasar pertimbangan atau pemikiran
tentang penerapan program bimbingan dan konseling di sekolah, bukan semata-mata
terletak pada ada atau tidak adanya landasan hukum (perundang-undangan) atau ketentuan
dari atas, namun yang lebih penting adalah menyangkut upaya memfasilitasi
peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai
tugas-tugas perkembangannya.
Peserta didik sebagai individu
sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian.
Untuk mencapai kematangan tersebut, peserta didik memerlukan bimbingan karena
mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan
lingkungannya juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Di samping
itu, terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan individu tidak selalu
berlangsung secara mulus, atau steril dari masalah. Dengan kata lain, proses
perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah
dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut.
Perkembangan peserta didik
tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis maupun sosial. Sifat
inherent lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam lingkungan
dapat memengaruhi gaya hidup (life
style) warga masyarakat. Apabila
perubahan yang terjadi itu sulit diprediksi, atau di luar jangkauan kemampuan,
maka akan melahirkan diskontinuitas perkembangan perilaku individu, seperti
terjadinya stagnasi (kemandegan) perkembangan, masalah-masalah pribadi atau
penyimpangan perilaku. Perubahan lingkungan yang diduga memengaruhi gaya hidup,
dan diskontinuitas perkembangan tersebut, di antaranya: ledakan penduduk,
pertumbuhan kota-kota, kesenjangan tingkat sosial ekonomi masyarakat, revolusi
informasi, pergeseran fungsi atau struktur keluarga, dan perkembangan struktur
masyarakat dari agraris ke industri.
Iklim lingkungan yang kurang
sehat ternyata memengaruhi perkembangan pola perilaku atau gaya hidup peserta
didik (terutama pada usia remaja) yang cenderung menyimpang dari kaidah-kaidah
moral (akhlak yang mulia), seperti pelanggaran tata tertib sekolah, tawuran,
meminum minuman keras, penyalahgunaan obat-obat terlarang atau Narkoba
(narkotika, alkohol, ecstasy, putau,
dan sebagainya), kriminalitas, dan pergaulan bebas atau free sex).
Penampilan perilaku remaja
seperti di atas sangat tidak diharapkan, karena tidak sesuai dengan sosok
pribadi manusia Indonesia yang dicita-citakan, seperti tercantum dalam tujuan
pendidikan nasional (UU No. 20 Tahun 2003), yaitu: (1) beriman dan bertakwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa; (2) berakhlak mulia; (3) memiliki pengetahuan dan
keterampilan; (4) memiliki kesehatan jasmani dan rohani; (5) memiliki
kepribadian yang mantap dan mandiri; serta (6) memiliki rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Tujuan ini mempunyai implikasi
imperatif bagi semua jenjang, jenis, dan jalur pendidikan untuk memantapkan
proses pendidikannya ke arah pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Proses
pendidikan akan berhasil dengan baik, apabila mengintegrasikan tiga komponen
pokoknya, yaitu (1) bidang kepemimpinan atau administrasi; (2) bidang
pengajaran; dan (3) bidang bantuan terhadap siswa atau bimbingan dan konseling.
Sesuai dengan trend (kecenderungan) model bimbingan
dan konseling yang berkembang dewasa ini, maka bimbingan dan konseling yang
dikembangkan adalah yang berbasis tugas-tugas perkembangan, yaitu yang
berorientasi kepada upaya memfasilitasi potensi peserta didik, yang meliputi
aspek personal (pribadi), sosial, akademik, dan karier.
B.
Kompetensi
Salah satu kompetensi yang
harus dimiliki oleh seorang guru pembimbing (konselor) adalah kemampuan mengelola program bimbingan dan
konseling. Rumusan kompelensi (berikut subkompetensi dan indikatornya) tercantum
dalam Standar Kompetensi Konselor Indonesia, yang diterbitkan oleh ABKIN
(Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia) sebagai berikut.
Kompetensi
|
Sub-Kompetensi
|
Indikator
|
||
K.6.
|
Memiliki
kemampuan mengelola program bimbingan dan konseling
|
K.6.1.
|
Memiliki pengetahuan
dan keterampilan perencanaan program bimbingan dan konseling
|
a. Menerapkan prinsip-prinsip perencanaan
b. Melakukan penilaian kebutuhan layanan bimbingan
dan konseling
c. Merumuskan tujuan dan menentukan
prioritas program bimbingan dan konseling
d. Menyusun program bimbingan dan konseling
|
K.6.2.
|
Mampu mengorganisasikan
dan mengimplementasikan program bimbingan dan konseling
|
a. Mengidentifikasi personalia dan sasaran program
bimbingan dan konseling
b. Mengoordinasikan dan mengorganisasikan
sumber daya yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan program bimbingan dan
konseling
c. Melaksanakan program bimbingan dan
konseling dengan melibatkan partisipasi aktif seluruh komponen yang terkait.
|
||
K.6.3.
|
Mampu
Mengevaluasi program bimbingan dan konseling
|
a. Mengkaji program bimbingan dan konseling
berdasarkan standar penyelenggaraan program
b. Menggunakan pendekatan evaluasi program
bimbingan dan konseling
c. Mengoordinasikan kegiatan evaluasi program
bimbingan dan konseling
d. Membuat rekomendasi yang tepat untuk
perbaikan dan pengembangan program bimbingan dan konseling
e. Melaporkan hasil dan temuan-temuan evaluasi
penyelenggaraan program bimbingan dan konseling kepada pihak yang
berkepentingan
f. Mengontrol implementasi program
bimbingan dan konseling agar senantiasa berjalan sesuai dengan desain perencanaan
program
|
||
K.6.4.
|
Mampu mendesain
perbaikan dan pengembangan program bimbingan dan konseling
|
a. Memanfaatkan hasil evaluasi untuk
perbaikan dan pengembangan program bimbingan dan konseling
b. Menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan
program bimbingan dan konseling
|
Kompetensi yang dikembangkan
dalam kali ini incliputi: K.6.1.b,c,d; K.6.2.a,b,c; dan K.6.3.a,b,c.
C. Strategi Workshop
1.
Ceramah
2.
Diskusi kelompok atau kelas
3.
Simulasi
4. Pengerjaan
tugas-tugas, terutama latihan menyusun rumusan program BK, sesuai dengan format yang tertera pada
lampiran II.
5. Refleksi
D.
Deskripsi Materi
1.
Perumusan Kebutuhan Berdasarkan Hasil
Asesmen
Konselor perlu
mengidentifikasi dan merumuskan kebutuhan, tugas-tugas dan tingkat perkembangan
peserta didik, sebelum merumuskan tujuan dan rancangan program bimbingan dan
konseling perkembangan. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam mengidentifikasi
dan merumuskan kebutuhan, yaitu; (1) mengkaji kebutuhan atau masalah peserta
didik yang nyata di lapangan; dan (2) mengkaji harapan sekolah dan masyarakat
terhadap peserta didik secara ideal. Kebutuhan atau masalah siswa dapat
diidentifikasi melalui (1) karakteristik siswa seperti aspek-aspek fisik
(kesehatan dan keberfungsiannya), kecerdasan, motif belajar, sikap dan
kebiasaan belajar, temperamen (periang, pendiam, pemurung, atau mudah
tersinggung), dan karakternya (seperti kejujuran, kedisiplinan, dan tanggung
jawab); atau (2) tugas-tugas perkembangannya, sebagai landasan untuk memberikan
layanan bimbingan.
Salah satu cara untuk memahami
kebutuhan siswa seperti dikemukakan di atas, adalah melalui pengukuran
tugas-tugas perkembangannya. Untuk mengetahui tugas-tugas perkembangan siswa
ini dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai instrumen pengumpul data yang
salah satunya adalah Inventori Tugas-tugas Perkembangan (ITP ). ITP
ini dikembangkan oleh Sunaryo Kartadinata dkk. melalui penelitian di semua
jenjang pendidikan, termasuk SMP, yang telah teruji tingkat validitas dan
reliabilitasnya. Untuk mengolah hasil ITP
dikembangkan software yang ”computerized”, yaitu Analisis Tugas Perkembangan
(ATP). Software ini dirasakan sangat membantu
upaya peningkatan efisiensi dan manajemen layanan bimbingan dan konseling di
sekolah, karena informasi tentang siswa dapat diketahui secara cepat dan
akurat.
2.
Perumusan Tujuan Bimbingan dan Konseling
Tujuan merupakan pernyataan
yang menggambarkan hasil yang diharapkan, atau sesuatu yang ingin dicapai
melalui berbagai kegiatan yang diprogramkan. Tujuan bimbingan dan konseling
merupakan pernyataan yang menggambarkan kualitas perilaku atau pribadi siswa
yang diharapkan berkembang melalui berbagai strategi layanan kegiatan yang diprogramkan.
Bimbingan dan konseling
bertujuan untuk membantu peserta didik agar memiliki kemampuan
menginternalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam tugas-tugas perkembangan
yang harus dikuasainya. Kemampuan menginternalisasi itu meliputi tiga tahapan,
yaitu: pemahaman (awareness), sikap (accommodation), dan keterampilan atau tindakan
(action). Berdasarkan pemikiran
tersebut, maka rumusan tujuan bimbingan dan konseling itu adalah sebagai
berikut.
Aspek Perkembangan
|
Tahap Internalisasi
|
Tujuan
|
||
1.
|
Keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan YME
|
1.
|
Pengenalan
|
Mengenal arti
dan tujuan ibadah
|
2.
|
Akomodasi
|
Berminat
mempelajari arti dan tujuan ibadah
|
||
3.
|
Tindakan
|
Melakukan
berbagai kegiatan ibadah dengan kemauan sendiri
|
||
2
|
Berperilaku
etis
|
1.
|
Pengenalan
|
Mengenal
jenis-jenis norma dan memahami alasan pentingnya norma dalam kehidupan
|
2.
|
Akomodasi
|
Bersikap
positif terhadap norma
|
||
3.
|
Tindakan
|
Berperilaku
sesuai dengan norma yang dijunjung tinggi dalam masyarakat
|
||
3
|
Kematangan
emosi
|
1.
|
Pengenalan
|
Mengenal emosi
sendiri dan cara mengekspresikannya secara wajar (tidak kekanak-kanakan atau
impulsif)
|
2.
|
Akomodasi
|
Berminat untuk
lebih memahami keragaman emosi sendiri dan orang lain
|
||
3.
|
Tindakan
|
Dapat
mengekspresikan emosi atas dasar pertimbangan kontekstual (norma/budaya)
|
||
4
|
Kematangan
intelektual
|
1.
|
Pengenalan
|
1. Mengenal cara belaiar yang efektif.
2. Mengenal cara-cara pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan.
|
2.
|
Akomodasi
|
1. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang
positif.
2. Berminat untuk berlatih memecahkan masalah.
|
||
3.
|
Tindakan
|
1. Dapat memecahkan masalah dan mengambil keputusan
berdasarkan pertimbangan yang matang.
2. Bertanggungjawab atas risiko yang mungkin
terjadi
|
||
5
|
Kesadaran
Tanggung Jawab Sosial
|
1.
|
Pengenalan
|
Memahami pentingnya berperilaku yang bertanggungjawab dalam kehidupan
sosial.
|
2.
|
Akomodasi
|
Memiliki
sikap-sikap sosial dalam berinteraksi sosial dengan orang lain yang bersifat heterogen
(multietnis, budaya, dan agama) seperti sikap altruis, empati, kooperatif, kolaboratif,
dan toleran.
|
||
3.
|
Tindakan
|
Berperilaku
sosial yang bertanggungjawab dalam berinteraksi dengan orang lain.
|
||
6
|
Pengembangan
pribadi
|
1.
|
Pengenalan
|
Memahami karakteristik diri sendiri.
|
2.
|
Akomodasi
|
Menerima
keadaan diri sendiri secara positif dan realistik.
|
||
3.
|
Tindakan
|
Menampilkan
perilaku yang merefleksikan pengembangan kualitas pribadinya.
|
||
7
|
Kematangan
hubungan dengan teman sebaya
|
1.
|
Pengenalan
|
Memahami norma-norma (etika) pergaulan dengan teman sebaya yang beragam
latar belakangnya.
|
2.
|
Akomodasi
|
Menyadari
tentang pentingnya penerapan norma-norma dalam bergaul dengan teman sebaya.
|
||
3.
|
Tindakan
|
Bergaul dengan
teman sebaya secara positif dan konstruktif.
|
||
8
|
Kematangan
karier
|
1.
|
Pengenalan
|
Mengenal jenis-jenis dan karakteristik studi lanjutan (SLTA) dan
pekerjaan.
|
2.
|
Akomodasi
|
Memiliki motivasi untuk mempersiapkan diri dengan mengembangkan
pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan studi lanjutan atau pekerjaan
yang diminatinya.
|
||
3.
|
Tindakan
|
Mengidentifikasi
ragam alternatif studi lanjutan atau pekerjaan yang mengandung elevansi
dengan kemampuan dan minatnya.
|
3.
Komponen (Struktur) Program
Program bimbingan dan
konseling perkembangan meliputi empat komponen program, yaitu layanan dasar,
layanan responsif, layanan perencanaan individual, dan dukungan sistem.
Masing-masing komponen itu dijelaskan sebagai berikut.
a.
Layanan Dasar Bimbingan
Layanan dasar bimbingan
merupakan layanan bantuan bagi seluruh siswa (for all) melalui kegiatan-kegiatan kelas atau di luar kelas, yang disajikan
secara sistematis, dalam rangka membantu siswa mengembangkan potensi dirinya
secara optimal.
Layanan ini bertujuan untuk
membantu semua siswa agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental
yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar hidupnya. Tujuan layanan ini dapat
juga dirumuskan sebagai upaya membantu siswa agar (1) memiliki kesadaran (pemahaman)
tentang diri dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, sosial-budaya, dan
agama); (2) mampu mengembangkan ketrampilan untuk mengidentifikasi tanggung
jawab atau seperangkat tingkah laku tepat (memadai) bagi penyesuaian dirinya
dengan lingkungannya; (3) mampu menangani atau memenuhi kebutuhan dan masalahnya;
dan (4) mampu mengembangkan dirinya dalam rangka mencapai tujuan hidupnya.
b.
Layanan Responsif
Layanan responsif merupakan ”layanan
bantuan bagi para siswa yang memiliki kebutuhan atau masalah yang memerlukan
pertolongan dengan segera (immediate
needs and concerns)”.
Layanan ini bertujuan untuk
membantu siswa dalam memenuhi kebutuhannya yang dirasakan pada saat ini, atau
para siswa yang dipandang mengalami hambatan (kegagalan) dalam menyelesaikan tugas-tugas
perkembangannya. Indikator dari kegagalan itu berupa ketidakmampuan untuk
menyesuaikan diri atau perilaku bermasalah, atau malasuai (maladjustment).
c.
Layanan Perencanaan Individual
Layanan perencanaan individual
dapat diartikan sebagai layanan bantuan
kepada semua siswa agar mampu membuat dan melaksanakan perencanaan masa
depannya, berdasarkan pemahaman akan kekuatan dan kelemahan dirinya.
Layanan Perencanaan Individual adalah layanan bimbingan yang bertujuan membantu siswa membuat dan
mengimplementasikan rencana-rencana pendidikan, karier, dan sosial pribadinya.
Membantu siswa memantau dan memahami pertumbuhan dan perkembangannya sendiri,
kemudian merencanakan dan mengimplementasikan rencana-rencananya itu sesuai
dengan pemantauan dan pemahamannya itu.
Dapat juga dikemukakan bahwa
layanan ini bertujuan untuk membimbing seluruh siswa agar (a) memiliki
kemampuan untuk merumuskan tujuan, perencanaan, atau pengelolaan terhadap pengembangan
dirinya, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karier; (b) dapat
belajar memantau dan memahami perkembangan dirinya; dan (c) dapat melakukan
kegiatan atau tindakan berdasarkan pemahamannya atau tujuan yang telah
dirumuskan secara proaktif.
d.
Dukungan Sistem (System Support)
Ketiga komponen program di
atas, merupakan pemberian layanan BK kepada para siswa secara langsung.
Sedangkan dukungan sistem merupakan komponen program yang secara tidak langsung
memberikan bantuan kepada siswa, atau memfasilitasi kelancaran perkembangan
siswa.
Dukungan sistem adalah
kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan untuk memantapkan, memelihara, dan
meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh melalui pengembangan profesional
hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru, staf ahli/penasihat, masyarakat
yang lebih luas; manajemen program; penelitian dan pengembangan (Thomas Ellis,
1990).
Program ini memberikan
dukungan kepada guru bimbingan dan konseling dalam rangka memperlancar
penyelenggaraan ketiga program layanan di atas. Sedangkan bagi personel
pendidikan lainnya adalah untuk memperlancar penyelenggaraan program pendidikan
di sekolah.
Keterkaitan keempat komponen
program bimbingan dan konseling di atas dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 4.1 Komponen Program Bimbingan dan
Konseling
4.
Perumusan Isi/Materl Program
Perumusan materi atau bahan
sajian program bimbingan merujuk kepada tugas-tugas perkembangan yang
ditetapkan sebagai tujuan bimbingan dan konseling. Pada hakikatnya tugas-tugas
perkembangan ini, isinya merefleksikan kompetensi yang harus dikuasai oleh
siswa.
Melalui penyajian materi ini,
siswa diharapkan dapat mempelajari berbagai kecakapan hidup dan perilaku baru,
baik yang menyangkut aspek pribadi, sosial, akademik, maupun karier.
Tugas-tugas Perkembangan
(Tujuan BK)
|
Kompetensi Siswa
|
Materi Bimbingan
|
|
1
|
Keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan YME
|
1. Mengenal berbagai kegiatan ibadah
2. Mengamalkan ibadah dengan kemauan
sendiri sesuai dengan agama yang dianutnya
|
Makna dan
tujuan ibadah dalam kehidupan
|
2
|
Berperilaku
etis
|
Mengenal
nilai/norma dan alasan perlu mentaatinya dalam berperilaku
|
Fungsi norma
dalam kehidupan
|
3
|
Kematangan
emosi
|
1. Memiliki konsep diri yang positif
2. Memiliki pemaharnan tentang potensi diri
dan terampil dalam cara mengembangkannya
3. Memahami perkembangan dirinya sebagai
remaja
4. Mampu memelihara kebersihan, kesehatan, dan
kebugaran diri
5. Mampu menghindarkan diri dari minuman
keras, narkoba/naza, dan pergaulan bebas
|
1. Konsep diri
2. Kiat-kiat mengernbangkan potensi diri
3. Ciri-ciri remaja
4. Kiat-kiat mernelihara kebersihan,
kesehatan, dan kebugaran diri
5. Bahayanya minuman keras, narkoba, dan pergaulan
bebas
|
4
|
Kematangan
intelektual
|
1. Mengenal emosi dan mampu
mengekspresikannya secara wajar
2. Memiliki sikap hemat
3. Menghargai kegiatan-kegiatan yang
bernilai ekonomis
|
1. Mengelola emosi
2. Hidup hemat
|
5
|
Kesadaran
Tanggung Jawab Sosial
|
1. Memahami sikap-sikap sosial
2. Berperilaku sosial yang bertanggung
jawab
|
Pengembangan
sikap-sikap sosial (altruis, empati, kooperasi, kolaborasi, dan toleransi
|
6
|
Pengembangan
pribadi
|
1. Mampu menjalin hubungan sosial yang
sehat dan dinamis dengan teman sebaya yang bersifat heterogen (suku, budaya, dan
agama).
2. Mampu berkornunikasi dengan lancar, baik
secara lisan maupun tulisan.
3. Memiliki sikap respek (hormat) terhadap
orangtua, guru-guru, dan orang dewasa lainnya.
4. Memiliki kemampuan untuk memerankan diri
secara wajar dalam kehidupan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
5. Memiliki kemampuan untuk mernelihara
kebersihan, ketertiban, dan keamanan lingkungan.
|
1. Pengembangan kesadaran pentingnya
persahabatan
2. Kiat-kiat berkornunikasi yang efektif
3. Memelihara sikap respek terhadap orangtua,
guru, dan orang lain
4. Peranan diri dalam keluarga, sekolah, dan
masyarakat
5. Pentingnya memelihara lingkungan
|
7
|
Kematangan
hubungan dengan teman sebaya
|
1. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar
yang positif.
2. Memiliki motivasi untuk belajar
sepanjang hayat.
3. Mengenal dan mampu memanfaatkan
sumber-sumber belajar bagi pengembangan dirinya.
4. Mampu memecahkan masalah (problem solving)
|
1. Sikap dan kebiasaan belajar
2. Motivasi Belajar
3. Sumber-sumber belajar dan
pernanfaatannya
4. Pemecahan masalah
|
8
|
Kematangan
karier
|
1. Memiliki sikap positif terhadap studi
lanjutan dan pekerjaan.
2. Mengenal jenis-jenis studi lanjutan dan
pekerjaan.
3. Memiliki kesiapan, dengan cara
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sesuai kebutuhannya untuk
melanjutkan studi atau mempersiapkan diri memasuki dunia kerja.
|
1. Pengembangan sikap positif terhadap studi
lanjutan dan pekerjaan
2. Jenis-jenis studi lanjutan dan pekerjaan
3. Persiapan mernasuki studi lanjutan dan pekerjaan
|
5.
Strategi Peluncuran Program
Strategi peluncuran program
ini terkait dengan keempat komponen program yang telah dijelaskan di atas.
Strategi peluncuran bagi masing-masing komponen tersebut adalah sebagai
berikut.
a.
Strategi Layanan Dasar
1) Bimbingan Klasikal (Classrom Guidance)
Sebagaimana telah dikemukakan
pada paparan di atas, bahwa layanan dasar diperuntukkan bagi semua siswa. Hal
ini berarti bahwa dalam peluncuran program yang telah dirancang menuntut
konselor untuk melakukan kontak langsung dengan para siswa di kelas. Secara terjadwal,
konselor memberikan layanan bimbingan kepada para siswa. Kegiatan layanan ini
melalui pemberian informasi tentang berbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi
siswa.
2) Bimbingan Kelompok
Konselor memberikan layanan
bimbingan kepada siswa melalui kelompok-kelompok kecil. Bimbingan ini ditujukan
untuk merespons kebutuhan dan minat para siswa.
3) Berkolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran
Program bimbingan akan
berjalan secara efektif apabila didukung oleh semua pihak, yang dalam hal ini
khususnya para guru mata pelajaran. Konselor berkolaborasi dengan guru dalam
rangka memperoleh informasi tentang siswa (prestasi dan pribadinya), dan mengidentifikasi
aspek-aspek yang terkait dengan peranan guru mata pelajaran dalam pemberian
layanan bimbingan kepada para siswa. Aspek-aspek itu di antaranya: (a)
menciptakan iklim sosio-emosional kelas yang kondusif bagi belajar siswa; (b)
memahami karakteristik siswa yang unik dan beragam; (c) menandai siswa yang
diduga bermasalah; (d) membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar melalui
program remedial teaching; (e)
mereferal (mengalihtangankan) siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan
konseling kepada guru bimbingan dan konseling; (f) memberikan informasi tentang
kaitan mata pelajaran dengan bidang kerja yang diminati siswa; (g) memahami
perkembangan dunia industri atau perusahaan, sehingga dapat memberikan
informasi yang luas kepada siswa tentang dunia kerja (tuntutan keahlian kerja,
suasana kerja, persyaratan kerja, dan prospek kerja); (h) menampilkan pribadi
yang matang, baik dalam aspek emosional, sosial, maupun moral spiritual (hal
ini penting, karena guru merupakan ”figure
central” bagi siswa); dan (i) memberikan informasi tentang cara-cara
mempelajari mata pelajaran yang diberikannya secara efektif.
4) Kerja Sama dengan Orangtua
Dalam upaya meningkatkan
kualitas peluncuran program bimbingan, konselor perlu melakukan kerja sama
dengan para orangtua siswa. Kerja sama ini penting agar proses bimbingan
terhadap siswa tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga oleh orang tua
di rumah. Melalui kerja sama ini memungkinkan terjadinya saling memberikan
informasi, pengertian, dan tukar pikiran antarkonselor dan orangtua dalam upaya
mengembangkan potensi siswa atau memecahkan masalah yang mungkin dihadapi
siswa.
b.
Strategi Layanan Responsif
1) Konsultasi
Konselor memberikan layanan
konsultasi kepada guru, orangtua, atau pihak pimpinan sekolah dalam rangka membangun
kesamaan persepsi dalam memberikan bimbingan kepada para siswa.
2) Konseling Individual atau Kelompok
Pemberian layanan konseling
ini ditujukan untuk membantu para siswa yang mengalami kesulitan, mengalami
hambatan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Melalui konseling, siswa
(konseling) dibantu untuk mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, penemuan
alternatif pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan secara lebih tepat.
3) Konseling Krisis
Konseling krisis ini diberikan
kepada siswa dan keluarga yang menghadapi situasi atau masalah yang krisis
(darurat). Konselor memberikan intervensi agar siswa atau keluarga memiliki
kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dengan segera.
4) Referal (Rujukan atau Alih Tangan)
Apabila konselor merasa kurang
memiliki kemampuan untuk menangani masalah klien, maka sebaiknya dia mereferal
atau mengalih-tangankan klien kepada pihak lain yang lebih berwenang, seperti psikolog,
psikiater, dokter, dan kepolisian. Klien yang sebaiknya direferal adalah mereka
yang memiliki masalah, seperti depresi, tindak kejahatan (kriminalitas),
kecanduan narkoba, dan penyakit kronis.
5) Bimbingan Teman Sebaya (Peer Guidance/Peer Facilitation)
Bimbingan teman sebaya ini
adalah bimbingan yang dilakukan oleh siswa terhadap siswa lainnya. Siswa yang
menjadi pembimbing sebelumnya diberikan latihan atau pembinaan oleh konselor.
Siswa yang menjadi pembimbing berfungsi sebagai mentor atau tutor yang membantu
siswa lain dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, baik akademik maupun non-akademik.
Di samping itu, dia juga berfungsi sebagai mediator yang membantu konselor
dengan cara memberikan informasi tentang kondisi, perkembangan, atau masalah
siswa yang perlu mendapat layanan bantuan bimbingan atau konseling.
c. Strategi Layanan Perencanaan individual
1)
Penilaian Individual atau Kelompok (Individual or Small-Group Appraisal)
Yang dimaksud dengan penilaian
ini adalah konselor bersama siswa menganalisis dan menilai kemampuan, minat,
keterampilan, dan prestasi belajar siswa. Dapat juga dikatakan bahwa konselor
membantu siswa menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya, yaitu yang
menyangkut pencapaian tugas-tugas perkembangannya, atau aspek-aspek pribadi, sosial,
belajar, dan karier. Melalui kegiatan penilaian diri ini, siswa akan memiliki
pemahamaii penerimaan, dan pengarahan dirinya secara positif dan konstruktif.
2) Individual
or Small-Group Advisement
Konselor memberikan nasihat
kepada siswa untuk menggunakan atau memanfaatkan hasil penilaian tentang
dirinya, atau informasi tentang pribadi, sosial, pendidikan, dan karier yang
diperolehnya untuk: (a) merumuskan tujuan, dan perencanaan kegiatan (alternatif
kegiatan yang menunjang pengembangan dirinya, atau kegiatan yang berfungsi
untuk memperbaiki kelemahan dirinya; (b) melakukan kegiatan yang sesuai dengan
tujuan atau perencanaan yang telah ditetapkan; dan (c) mengevaluasi kegiatan
yang telah dilakukannya.
d.
Strategi Dukungan Sistem
1) Pengembangan Profesional
Konselor secara terus-menerus
berusaha untuk ”meng-update pengetahuan
dan keterampilannya melalui (a) in-service
training, (b) aktif dalam organisasi profesi, atau (c) melanjutkan studi ke
program yang lebih tinggi (pascasarjana).
2) Pemberian Konsultasi dan Berkolaborasi
Konselor perlu melakukan
konsultasi dan kolaborasi dengan guru, orangtua, staf sekolah lainnya, dan
pihak institusi di luar sekolah (pemerintah dan swasta) untuk memperoleh
informasi, dan umpan balik tentang layanan bantuan yang telah diberikannya
kepada para siswa, menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi perkembangan
siswa, melakukan referral, serta
meningkatkan kualitas program bimbingan dan konseling. Dengan kata lain,
strategi ini berkaitan dengan upaya sekolah untuk menjalin kerja sama dengan
unsur-unsur masyarakat yang dipandang relevan dengan peningkatan mutu layanan bimbingan.
jalinan kerja sama ini seperti dengan pihak-pihak (1) instansi pemerintah; (2)
instansi swasta; (3) organisasi profesi, seperti ABKIN (Asosiasi Bimbingan dan
Konseling Indonesia); (4) para ahli dalam bidang tertentu yang terkait, seperti
psikolog, psikiater, dokter, dan orangtua siswa; (5) MGBK (Musyawarah Guru
Bimbingan dan Konseling); dan (6) Depnaker (dalam rangka analisis bursa kerja/lapangan
pekerjaan).
3) Manajemen Program
Suatu program layanan binibingan
dan konseling tidak mungkin akan tercipta, terselenggara, dan tercapai bila
tidak memiliki suatu sistem pengelolaan (manajemen) yang bermutu, dalam arti
dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah. Mengenai arti manajemen itu
sendiri Stoner (1981) mengemukakan pendapatnya sebagai berikut:
“Management is the process of planning,
organizing, leading and controlling the efforts of organizing members and of
using all other organizational resources to achieve stated organizational
goals”.
Berikut ini diuraikan
aspek-aspek sistem manajemen program layanan bimbingan dan konseling.
a) Kesepakatan Manajemen
Kesepakatan manajemen atas
program bimbingan dan konseling sekolah diperlukan untuk menjamin implementasi
program dan strategi peluncuran dalam memenuhi kebutuhan siswa dapat dilakukan secara
efektif. Kesepakatan ini menyangkut pula proses meyakinkan dan niengembangkan
komitmen semua pihak di lingkungan sekolah bahwa program bimbingan dan
konseling sebagai bagian terpadu dari keseliruhan program sekolah.
b) Keterlibatan Stakeholder
Komite Sekolah sebagai
representasi masyarakat atau stakeholder memerlukan
penyadaran dan pemahaman akan keberadaan dan pentingnya layanan bimbingan dan
konseling di sekolah.
c) Manajemen dan Penggunaan Data
Program bimbingan dan
konseling komprehensif diarahkan oleh data. Penggunaan data di dalam layanan
bimbingan dan konseling akan menjamin setiap peserta didik memperoleh manfaat dari
layanan bimbingan dan konseling. Konselor harus. menunjukkan bahwa setiap aktivitas
diimplementasikan sebagai bagian dari keutuhan program bimbingan dan konseling
yang didasarkan atas analisis cermat terhadap kebutuhan, prestasi, dan data
terkait peserta didik. Data yang diperoleh dan digunakan perlu
diadministrasikan dengan baik dan cermat. manajemen data dilakukan secara
manual maupun komputer. Dalam era teknologi informasi, manajemen data peserta didik
dilakukan secara komputer. Database peserta didik perlu dibangun daii dikembangkan
agar perkembangan setiap peserta didik dapat dengan mudah dimonitor. Penggunaan
data peserta didik dan lingkungan sekolah yang tertata dan dimenej dengan baik
untuk kepentingan memonitor kemajuan peserta didik akan menjamin seluruh
peserta didik menerima apa yang mereka perlukan untuk keberhasilan sekolah.
Konselor harus cermat dalam mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan data.
Kemajuan perkembangan peserta didik dapat dimonitor dari: prestasi belajar,
data yang terkait dengan prestasi belajar, dan data tingkat penguasaan
tugas-tugas perkembangan atau kompetensi.
d) Rencana Kegiatan
Rencana kegiatan (action plans) diperlukan untuk menjamin
peluncuran program bimbingan dan konseling dapat dilaksanakan secara efektif
dan efisien. Rencana kegiatan adalah uraian detail dari program yang
menggambarkan struktur isi program, baik kegiatan di sekolah maupun luar
sekolah, untuk memfasilitasi peserta didik mencapai tugas perkembangan atau
kompetensi.
e) Pengaturan Waktu
Berapa banyak waktu yang
diperlukan untuk melaksanakan layanan bimbingan dan konseling dalam setiap
komponen program perlu dirancang dengan cermat. Perencanaan waktu ini
didasarkan kepada isi program dan dukungan manajemen yang harus dilakukan oleh
konselor. Sebagai contoh, misalnya 80% waktu digunakan untuk melayanai peserta
didik secara langsung dan 20% digunakan untuk dukungan manajerial. Porsi waktu
untuk peluncuran masing-masing komponen program dapat ditetapkan sesuai dengan
pertimbangan sekolah. Misalnya:
(1) layanan dasar (30-40%),
(2) responsif (15-25%),
(3) perencanaan individual (25-35%),
(4) dukungan sistem (10-15%).
Ini contoh, dan setiap sekolah
bisa mengembangkan sendiri. Dalam konteks Kurikulum Berbasis Kompetensi dan
Bimbingan dan Konseling Perkembangan, perlu ditetapkan waktu secara terjadwal
untuk layanan bimbingan dan konseling klasikal.
f) Kalender Kegiatan
Program bimbingan dan
konseling sekolah yang telah dituangkan ke dalam rencana kegiatan perlu
dijadwalkan ke dalam bentuk kalender kegiatan. Kalender kegiatan mencakup
kalender tahunan, semesteran, bulanan, mingguan.
g) Anggaran
Perencanaan anggaran merupakan
komponen penting dari manajemen bimbingan dan konseling. Perlu dirancang dengan
cermatberapa anggaran yang diperlukan untuk mendukung implementasi program. Anggaran
ini harus masuk ke dalam Anggaran dan Belanja Sekolah.
h) Penyiapan Fasilitas
Fasilitas yang diharapkan
tersedia di sekolah ialah ruangan tempat bimbingan yang khusus dan teratur,
serta perlengkapan lain yang memungkinkan tercapainya proses layanan bimbingan
dan konseling yang bermutu. Ruangan itu hendaknya sedemikian rupa sehingga di satu
segi para peserta didik yang berkunjung ke ruangan tersebut merasa senang, dan
segi lain di ruangan tersebut dapat dilaksanakan layanan dan kegiatan bimbingan
lainnya sesuai dengan asas-asas dan kode etik bimbingan dan konseling. Terkait
dengan fasilitas bimbingan dan konse1ing, di sini dapat dikemukakan tentang
unsur-unsurnya, yaitu (1) tempat kegiatan, yang meliputi ruang kerja konselor,
ruang layanan konseling dan bimbingan kelompok, ruang tunggu tamu, ruang tenaga
administrasi, dan ruang perpustakaan; (2) instrumen dan kelengkapan administrasi,
seperti: angket siswa dan orangtua, pedoman wawancara, pedoman observasi,
format konseling, format satuan layanan, dan format surat referal; (3)
buku-buku panduan, buku informasi tentang studi lanjutan atau kursus-kursus,
modul bimbingan, atau buku materi layanan bimbingan; (4) perangkat elektronik
(seperti komputer, dan tape recorder); dan (5) filling cabinet (tempat penyimpanan dokumentasi dan data siswa).
Di dalam ruangan itu hendaknya
juga dapat disimpan segenap perangkat instrumen bimbingan dan konseling, himpunan
data peserta didik, dan berbagai data serta informasi lainnya. Ruangan tersebut
hendaknya juga mampu memuat berbagai penampilan, seperti penampilan informasi
pendidikan dan jabatan, informasi tentang kegiatan ekstrakurikuler, dan sebagainya.
Yang tidak kalah penting ialah, ruangan itu hendaklah nyaman yang menyebabkan
para pelaksana bimbingan dan konseling betah bekerja. Kenyamanan itu merupakan modal
utama bagi kesuksesan pelayanan yang terselenggara. Saran yang diperlukan untuk
penunjang layanan bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut.
(1) Alat pengumpul data, baik tes maupun
nontes
Alat pengumpul data berupa tes
yaitu: tes inteligensi, tes bakat khusus, tes bakat sekolah, tes/inventori
kepribadian, tes/inventori minat, dan tes prestasi belajar. Alat pengumpul data
yang berupa nontes yaitu pedoman observasi, catatan anekdot, daftar cek, skala penilaian,
alat-alat mekanis, pedoman wawancara, angket, biografi dan autobiografi, dan
sosiometri.
(2) Alat penyimpan data, khususnya dalam
bentuk himpunan data
Alat penyimpan data itu dapat
berbentuk kartu, buku pribadi dan map. Bentuk kartu ini dibuat sedemikian rupa
dengan ukuran-ukuran serta warna tertentu, sehingga mudah untuk disimpan dalam filling cabinet. Untuk menyimpan
berbagai keterangan, informasi ataupun data untuk masing-masing peserta didik,
perlu disediakan map pribadi. Mengingat banyak sekali aspek-aspek data peserta didik
yang perlu dan harus dicatat, maka diperlukan adanya suatu alat yang dapat
menghimpun data secara keseluruhan, yaitu buku pribadi.
(3) Kelengkapan penunjang teknis, seperti data
informasi, paket bimbingan, alat bantu bimbingan
Perlengkapan administrasi,
seperti alat tulis menulis, format rencana satuan layanan dan kegiatan
pendukung serta blanko laporan kegiatan, blanko surat, kartu konsultasi, kartu
kasus, blanko konferensi kasus, dan agenda surat.
i)
Pengendalian
Pengendalian adalah salah satu
aspek penting dalam manajemen program layanan bimbingan dan konseling. Dalam
pengendalian program, koordinator sebagai pemimpin lembaga atau unit bimbingan
dan konseling hendaknya memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang baik yang dapat
memungkinkan terciptanya suatu komunikasi yang baik dengan seluruh staf yang
ada. Personel-personel yang terlibat di dalam program, hendaknya benar-benar
meiliki tanggung jawab, baik tanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan
kepadanya maupun tanggung jawab terhadap yang lain, serta memiliki moral yang
stabil.
Pengendalian program bimbingan
ialah: (a) untuk menciptakan suatu koordinasi dan komunikasi dengan seluruh
staf bimbingan yang ada; (b) untuk mendorong staf bimbingan dalam melaksanakan
tugas-tugasnya; dan (c) memungkinkan kelancaran dan efektivitas pelaksanaan
program yang telah direncanakan.
j)
Organisasi
dan Personel
Layanan bimbingan dan
konseling dilaksanakan di bawah tanggung jawab kepala sekolah dan seluruh staf.
Koordinator bimbingan dan konseling bertanggung jawab dalam menyelenggarakan
bimbingan dan konseling secara operasional. Personel lain yang mencakup wakil kepala
sekolah, guru bimbingan dan konseling (konselor), guru bidang studi, dan wali
kelas memiliki peran dan tugas masing-masing dalam Penyelenggaraan layanan
bimbingan dan konseling. Secara rinci deskripsi tugas dan tanggung jawab
masing-masing personel, serta organisasi bimbingan dan konseling di sekolah
dapat dilihat pada lampiran I.
6.
Jadwal Kegiatan
Program bimbingan dapat
dilaksanakan dalam bentuk (a) kontak langsung, dan (b) tanpa kontak langsung
dengan siswa. Untuk kegiatan kontak langsung yang dilakukan secara klasikal di
kelas (layanan dasar) perlu dialokasikan waktu terjadwal 1-2 jam pelajaran per
kelas per minggu. Sementara kegiatan langsung yang dilakukan secara individual
dan kelompok dapat dilakukan di ruang bimbingan, dengan menggunakan jadwal di
luar jam pelajaran. Adapun kegiatan bimbingan tanpa kontak langsung dengan
siswa dapat dilaksanakan melalui tulisan (seperti buku-buku, brosur, atau
majalah dinding), kunjungan rumah (home
visit), konferensi kasus (case
conference), dan alih tangan (referral)
7. Evaluasi Program
a. Pengertian Evaluasi
Penilaian merupakan langkah
penting dalam manajemen program bimbingan. Tanpa penilaian tidak mungkin kita
dapat mengetahui dan mengidentifikasi keberhasilan pelaksanaan program
bimbingan yang telah direncanakan. Penilaian program bimbingan merupakan usaha untuk
menilai sejauh mana pelaksanaan program itu mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Dengan kata lain, bahwa keberhasilan program dalam pencapaian
tujuan merupakan suatu kondisi yang hendak dilihat lewat kegiatan penilaian.
Sehubungan dengan penilaian
ini, Shertzer dan Stone (1966) mengemukakan pendapatnya:
“Evaluation consist of making systematic
judgments of the relative effectiveness with which goals are attained in
relation to special standards”
Evaluasi ini dapat pula
diartikan sebagai proses pengumpulan
informasi (data) untuk mengetahui efektivitas (keterlaksanaan dan ketercapaian)
kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan dalam upaya mengambil keputusan.
Pengertian lain dari evaluasi ini adalah suatu
usaha mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan, dan
menyeluruh tentang proses dan hasil dari perkembangan sikap dan perilaku, atau
tugas-tugas perkembangan para siswa melalui program kegiatan yang telah
dilaksanakan.
Penilaian kegiatan bimbingan
di sekolah adalah segala upaya tindakan atau proses untuk menentukan derajat
kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program bimbingan
di sekolah dengan mengacu pada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai
dengan program bimbingan yang dilaksanakan.
Kriteria atau patokan yang
dipakai untuk menilai keberhasilan pelaksanaan program layanan bimbingan dan
konseling di sekolah adalah mengacu pada terpenuhi atau tidak terpenuhinya
kebutuhan, kebutuhan peserta didik dan pihak-pihak yang terlibat baik langsung
maupun tidak langsung berperan membantu peserta didik memperoleh perubahan
perilaku dan pribadi ke arah yang lebih baik.
Dalam keseluruhan kegiatan
layanan bimbingan dan konseling, penilaian diperlukan untuk memperoleh umpan
balik terhadap keefektifan layanan bimbingan yang telah dilaksanakan. Dengan informasi
ini dapat diketahui sampai sejauli mana derajat keberhasilan kegiatan layanan bimbingan.
Berdasarkan informasi ini dapat ditetapkan langkah-langkah tindak lanjut untuk
memperbaiki dan mengembangkan program selanjutnya.
b.
Tujuan Evaluasi
Kegiatan evaluasi bertujuan
untuk mengetahui keterlaksanaan kegiatan dan ketercapaian tujuan dari program
yang telah ditetapkan.
c.
Fungsi Evaluasi
1) Memberikan umpan balik (feedback) kepada guru bimbingan dan
konseling (konselor) untuk memperbaiki atau mengembangkan program bimbingan dan
konseling
2) Memberikan informasi kepada pihak pimpinan
sekolah, guru mata pelajaran, dan orangtua siswa tentang perkembangan sikap dan
perilaku, atau tingkat ketercapaian tugas-tugas perkembangan siswa, agar secara
bersinergi atau berkolaborasi meningkatkan kualitas implementasi program BK di
sekolah.
d.
Aspek-aspek yang Dievaluasi
Ada dua macam aspek kegiatan
penilaian program kegiatan bimbingan, yaitu penilaian proses dan penilaian
hasil. Penilaian proses dimaksudkan untuk mengetahui sampai sejauh mana
keefektifan layanan bimbingan dilihat dari prosesnya, sedangkan penilaian hasil
dimaksudkan untuk memperoleh informasi keefektifan layanan bimbingan dilihat
dari hasilnya.
Aspek yang dinilai baik proses
maupun hasil antara lain:
1) kesesuaian antara program dengan
pelaksanaan;
2) keterlaksanaan program;
3) hambatan-hambatan yang dijumpai;
4) dampak layanan bimbingan terhadap kegiatan
belajar mengajar;
5) respons peserta. didik, personel sekolah,
orangtua, dan masyarakat terhadap layanan bimbingan;
6) perubahan kemajuan pesertta didik dilihat pencapaian
tujuan layanan bimbingan, pencapaian tugas-tugas perkembangan, dan hasil
belajar; dan
7) keberhasilan peserta didik setelah
menamatkan sekolah baik pada studi lanjutan ataupun pada kehidupannya di
masyarakat.
Apabila dilihat dari sifat
evaluasi, evaluasi bimbingan dan konseling lebih bersifat ”penilaian dalam
proses” yang dapat dilakukan dengan cara berikut ini.
1) Mengamati partisipasi dan aktivitas
peserta didik dalam kegiatan layanan bimbingan.
2) Mengungkapkan pemahaman peserta didik
siswa atas bahan-bahan yang disajikan atau pemahaman/pendalaman peserta didik
atas masalah yang dialaminya.
3) Mengungkapkan kegunaan layanan bagi
peserta didik dan perolehan peserta didik sebagai hasil dari
partisipasi/aktivitasnya dalam kegiatan layanan bimbingan
4) Mengungkapkan minat peserta didik tentang
perlunya layanan bimbingan lebih lanjut.
5) Mengamati perkembangan peserta didik dari
waktu ke waktu (butir ini terutama dilakukan dalam kegiatan layanan bimbingan yang
berkesinambungan).
6) Mengungkapkan kelancaran proses dan
suasana penyelenggara kegiatan layanan.
Berbeda dengan hasil evaluasi
pengajaran yang pada umumnya berbentuk angka atau skor, maka hasil evaluasi
bimbingan dan konseling berupa deskripsi tentang aspek-aspek yang dievaluasi
(seperti partisipasi/aktivitas dan
pemahaman peserta didik; kegunaan layanan menurut peserta didik; perolehan
peserta didik dari layanan; dan minat peserta didik terhadap layanan lebih
lanjut; perkembangan peserta didik dari waktu ke waktu; perolehan guru
bimbingan dan konseling; komitmen pihah-pihak terkait; serta kelancaran dan
suasana penyelenggaraan kegiatan). Deskripsi tersebut mencerminkan sejauh
mana proses penyelenggaraan layanan/pendukung memberikan sesuatu yang berharga
bagi kemajuan dan perkembangan dan/atau memberikan bahan atau kemudahan untuk
kegiatan layanan terhadap peserta didik.
e.
Langkah-langkah Evaluasi
Dalam melaksanakan evaluasi program
ditempuh langkah-langkah berikut:
1) Merumuskan
masalah atau beberapa pertanyaan. Karena tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh data yang diperlukan untuk
mengambil keputusan, maka konselor perlu mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan
yang terkait dengan hal-hal yang akan dievaluasi. Pertanyaan-pertanyaan itu
pada dasarnya terkait dengan dua aspek pokok yang dievaluasi yaitu: (a) tingkat
keterlaksanaan program (aspek proses), dan (b) tingkat ketercapaian tujuan
program (aspek hasil).
2) Mengembangkan
atau menyusun instrumen pengumpul data. Untuk memperoleh data yang diperlukan, yaitu
mengenai tingkat keterlaksanaan dan ketercapaian program, maka konselor perlu
menyusun instrumen yang relevan dengan kedua aspek tersebut. Instrumen itu di
antaranya inventori, angket, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan studi dokumentasi.
3) Mengumpulkan
dan menganalisis data.
Setelah data diperoleh maka data itu dianalisis, yaitu menelaah tentang program
apa saja yang telah dan belum dilaksanakan, serta tujuan mana saja yang telah
dan belum tercapai.
4) Melakukan
tindak lanjut (Follow Up). Berdasarkan temuan yang diperoleh,
maka dapat dilakukan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan ini dapat meliputi dua
kegiatan, yaitu (a) memperbaiki hal-hal yang dipandang lemah, kurang tepat,
atau kurang relevan dengan tujuan yang ingin dicapai; dan (b) mengembangkan program,
dengan cara mengubah atau menambah beberapa hal yang dipandang dapat
meningkatkan kualitas atau efektivitas program.
Penilaian di tingkat sekolah
merupakan tanggung jawab kepala sekolah yang dibantu oleh pembimbing khusus dan
personel sekolah lainnya. Di samping itu, penilaian kegiatan bimbingan
dilakukan juga oleh pejabat yang berwenang (pengawas bimbingan dan konseling) dari
instansi yang lebih tinggi (Departemen Pendidikan Nasional Kota atau Kabupaten).
Sumber informasi untuk
keperluan penilaian ini antara lain peserta didik, kepala sekolah, para wali
kelas, guru mata pelajaran, orang tua, tokoh masyarakat, para pejabat Depdikbud,
organisasi profesi bimbingan, sekolah lanjutan, dan sebagainya. Penilaian dilakukan
dengan menggunakan berbagai cara dan alat seperti wawancara, observasi, studi
dokumentasi, angket, tes, analisis hasil kerja peserta didik, dan sebagainya.
Penilaian perlu diprogramkan
secara sistematis dan terpadu. Kegiatan penilaian baik mengenai proses maupun
hasil perlu dianalisis untuk kemudian dijadikan dasar dalam tindak lanjut untuk
perbaikan dan pengembangan program layanan bimbingan. Dengan dilakukan
penilaian secara komprehensif, jelas dan cermat maka diperoleh data atau
informasi tentang proses dan hasil seluruh kegiatan bimbingan dan konseling.
Data dan informasi ini dapat dijadikan bahan untuk pertanggungjawaban/akuntabilitas
pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah.
E. Soal-soal Latihan
1. Needs Assessment (NA) merupakan kegiatan
yang sangat penting dalam menyusun
program. Sehubungan dengan hal tersebut, coba Anda jelaskan tentang pengertian needs assessment, dan hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam melakukan kegiatan tersebut!
2. Selama anda bekerja sebagai guru bimbingan
dan konseling apakah anda melakukan needs
assessment? Apabila ya, bagaimana prosedurnya, dan apabila tidak, apa
alasannya?
3. Dalam menyusun program, anda dituntut
untuk merumuskan tujuan. Bagaimana anda mengembangkan rumusan tujuan itu?
4. Program bimbingan terdiri atas beberapa
komponen. Jelaskan komponen-komponen tersebut, dan kaitkan dengan strategi
peluncuran dari setiap komponen tersebut!
5. Bagaimana anda merumuskan materi
bimbingan, dan mencakup apa saja materi bimbingan tersebut?
6. Dalam mengimplementasikan program, apakah
perlu alokasi waktu secara terjadwal masuk kelas? jika ya atau tidak, kemukakan
alasannya!
7. Jelaskan bagaimana prosedur evaluasi
program itu!
F.
Tugas-tugas Workshop
Untuk memantapkan pemahaman
dan keterampilan para guru, maka dalam workshop pengembangan program dan
manajemen BK kepada para guru diberikan beberapa tugas. Untuk melaksanakan
tugas ini, para guru dibagi menjadi beberapa kelompok kecil (8-10 orang).
Tugas-tugas itu adalah sebagai berikut.
1. Tugas
I. Masing-masing kelompok
merumuskan tugas-tugas perkembangan (kompetensi) siswa SMP yang dipandang
sesuai dengan nilai-nilai agama, budaya, dan kematangan psikofisik siswa.
2. Tugas
II. Masing-masing
kelompok mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu diketahui melalui needs assessment (NA), dan menyusun
instrumen yang relevan untuk melakukan kegiatan NA.
3. Tugas
III. Masing-masing
kelompok menyusun rancangan program BK secara matrik, yang isinya meliputi:
domain/aspek perkembangan, tujuan, materi, strategi, waktu pelaksanaan, dan
keterangan.
4. Tugas
IV. Masing-masing
kelompok mengidentifikasi aspek-aspek ymg dievaluasi dan menyusun instrumen
untuk mengevaluasi program tersebut.
G.
Daftar Rujukan
Browers, Judy L. & Hatch, Patricia A. (2002). The National Model for School Counseling
Programs. ASCA (American
School Counselor Association).
Depdiknas. (2003). Pelayanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Puskur Balitbang.
Ellis, T.I. (1990). The Missouri
Comprehensive Guidance Model. Columbia :
The Educational Resources
Information Center .
Muro, James J. & Kottman, Terry. (1995). Guidance and Counseling in The Elementary
and Middle Schools. Madison :
Brown & Benchmark.
Sunaryo Kartadinata, dkk. (2003). Pengembangan Perangkat Lunak Analisis Tugas
Perkembangan Siswa dalam Upaya Meningkatkan Mutu Layanan dan Manajemen
Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Laporan Riset Unggulan Terpadu VIII). Jakarta: Kementerian Riset dan Teknologi
RI, LIPI.
Syamsu
Yusuf LN. (1998). Model Bimbingan dan
Konseling dengan Pendekatan Ekologis. Disertasi. Bandung : PPs UPI.
Stoner, James A. (1987). Management. London :
Prentice-Hall International Inc.
Lampiran I
DESKRIPSI DAN TANGGUNG JAWAB
PERSONEL SEKOLAH DALAM BIMBINGAN DAN KONSELIN G
A. Kepala Sekolah
Sebagai penanggung jawab kegiatan pendidikan di sekolah, tugas kepala sekolah
ialah:
1. mengoordinasikan seluruh kegiatan
pendidikan, yang meliputi kegiatan pengajaran, pelatihan, serta bimbingan dan
konseling di sekolah;
2. menyediakan dan melengkapi sarana dan
prasarana yang diperlukan dalam kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah;
3. memberikan kemudahan bagi terlaksananya
program bimbingan dan konseling di sekolah;
4. melakukan supervisi terhadap pelaksanaan
bimbingan dan konseling di sekolah;
5. menetapkan koordinator guru bimbingan dan
konseling yang bertanggung jawab atas koordinasi pelaksanaan bimbingan dan
konseling di sekolah berdasarkan kesepakatan bersama guru bimbingan dan
konseling;
6. membuat surat tugas guru bimbingan dan
konseling dalam proses bimbingan dan konseling pada setiap awal catur wulan;
7. menyiapkan surat pernyataan melakukan
kegiatan bimbingan dan konseling sebagai bahan usulan angka kredit bagi guru
pembimbing. Surat pernyataan ini dilampiri bukti fisik pelaksanaan tugas;
8. mengadakan kerja sama dengan instansi lain
yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling.
B.
Wakil Kepala Sekolah
Wakil kepala sekolah membantu
kepala sekolah dalam hal:
1. mengoordinasikan pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling kepada semua personel sekolah;
2. melaksanakan kebijakan pimpinan sekolah
terutama dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.
C.
Koordinator Bimbingan dan Konseling
Tugas-tugas koordinator bimbingan
dan konseling dapat dirinci seperti:
1. mengoordinasikan para guru bimbingan dan
konseling dalam:
- memasyarakatkan
pelayanan bimbingan dan konseling;
- menyusun
program bimbingan dan konseling;
- melaksanakan
program bimbingan dan konseling;
- mengadministrasikan
kegiatan bimbingan dan konseling
- menilai
program bimbingan dan konseling;
- mengadakan
tindak lanjut
2. membuat usulan kepada kepala sekolah dan
mengusahakan terpenuhinya tenaga, sarana, dan prasarana;
3. mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan
bimbingan dan konseling kepada kepala sekolah.
D.
Guru Bimbingan dan Konseling (Konselor)
Adapun tugas guru bimbingan dan
konseling ialah:
1. memasyarakatkan kegiatan bimbingan dan
konseling;
2. merencanakan program bimbingan dan
konseling;
3. merumuskan persiapan kegiatan bimbingan
dan konseling
4. melaksanakan layanan bimbingan dan
konseling terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya
5. menilai proses dan hasil kegiatan layanan
bimbingan dan konseling;
6. menganalisis hasil penilaian;
7. melaksanakan tindak lanjut berdasarkan
hasil analisis penilaian
8. mengadministrasikan kegiatan bimbingan dan
konseling;
9. mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan
kepada koordinator guru bimbingan dan konseling.
E.
Guru Mata Pelaiaran
Guru adalah personel yang
sangat penting dalam aktivitas bimbingan dan konseling. Tugas-tugasnya adalah:
1. membantu memasyarakatkan bimbingan dan
konseling kepada peserta didik;
2. melakukan kerjasama dengan guru bimbingan dan
konseling dalam mengidentifikasi peserta didik yang memerlukan bimbingan dan konseling;
3. mengalihtangankan peserta didik yang
memerlukan bimbingan dan konseling kepada guru bimbingan dan konseling;
4. mengadakan upaya tindak lanjut layanan
bimbingan dan konseling (program perbaikan dan program pengayaan);
5. memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk memperoleh layanan bimbingan dan konseling dari guru bimbingan dan
konseling;
6. membantu mengumpulkan informasi yang
diperlukan dalam rangka penilaian layanan bimbingan dan konseling; serta
7. ikut serta dalam program layanan bimbingan
dan konseling.
F.
Wali Kelas
Wali kelas sebagai mitra kerja
konselor, juga memiliki tugas-tugas bimbingan dan konseling, yaitu:
1. membantu guru bimbingan dan konseling
melaksanakan layanan bimbingan dan konseling yang menjadi tanggung jawabnya;
2. membantu memberikan kesempatan dan
kemudahan bagi peserta didik, khususnya di kelas yang menjadi tanggungjawabnya,
untuk mengikuti layanan bimbingan dan konseling;
3. memberikan informasi tentang peserta didik
di kelasnya untuk memperoleh layanan bimbingan dan konseling dari guru bimbingan
dan konseling;
4. menginformasikan kepada guru mata
pelajaran tentang peserta didik yang perlu diperhatikan khusus; serta
5. ikut serta dalam konferensi kasus.
G.
Staf Administrasi
Seperti personel bimbingan
lain, staf administrasi pun adalah personel yang memiliki tugas bimbingan
khusus, yaitu:
1. membantu guru bimbingan dan konseling
(konselor) dan koordinator dalam mengadministrasikan seluruh kegiatan bimbingan
dan konseling di sekolah;
2. membantu mempersiapkan seluruh kegiatan
bimbingan dan konseling;
3. membantu menyiapkan sarana yang diperlukan
dalam layanan bimbingan dan konseling.
STRUKTUR ORGANISASI BIMBINGAN DAN KONSELIN G
DI SEKOLAH MENENGAH ATAS
Lampiran II
RANCANGAN STRUKTUR PROGRAM
BIMBINGAN DAN KONSELING
1.
Rasional/Landasan
Rumuskan dasar pemikiran
tentang urgensi bimbingan dan konseling dalam keseluruhan program sekolah. Ke
dalam rumusan ini dapat menyangkut konsep dasar yang digunakan, kaitan
bimbingan dan konseling dengan pembelajaran/ implementasi kurikulum, dampak perkembangan
iptek dan sosial budaya terhadap gaya hidup masyarakat (termasuk para siswa),
dan hal-hal lain yang dianggap relevan.
2.
Visi dan Misi
Runuskan sepanjang
memungkinkan, dan dirumuskan sejalan dengan visi, misi sekolah. Mungkin juga
terkandung secara implisit/eksplisit dalam rasional.
3.
Deskripsi Kebutuhan Siswa
Rumuskan hasil needs assessment (penilaian kebutuhan)
siswa dan lingkungannya ke dalam rumusan perilaku-perilaku yang diharapkan dikuasai
siswa. Rumusan ini tiada lain adalah rumusan tugas-tugas perkembangan/kompetensi.
Bidang-bidang perkembangan/kompetensi bisa merujuk kepada yang disepakati
bersama.
4.
Tujuan
Rumuskan tujuan yang akan
dicapai dalam bentuk perilaku yang harus dikuasai siswa setelah memperoleh
layanan bimbingan dan konseling. Sangat baik apabila tujuan dapat dirumuskan ke
dalam tataran/level tujuan:
a. Penyadaran
b. Akomodasi
c. Tindakan
5.
Komponen Program
a. Komponen Layanan Dasar
b. Komponen Responsif
c. Komponen Perencanaan Individual
d. Komponen dukungan sistem (manajemen)
6.
Rencana Operasional (Action Plan)
Atas dasar komponen program di
atas lakukan:
a. Identifikasikan dan rumuskan berbagai
kegiatan yang harus/perlu dilakukan. Kegiatan ini diturunkan dari
perilaku/tugas perkembangan/kompetensi yang harus dikuasai siswa.
b. Pertimbangkan porsi waktu yang diperlukan
untuk melaksanakan setiap kegiatan di atas. Apakah kegiatan itu dilakukan dalam
waktu tertentu atau terus-menerus.
c. Tuangkan kegiatan dimaksud ke dalam
rancangan jadwal kegiatan untuk selama satu tahun. Rancangan ini bisa dalam bentuk
matrik.
d. Hal-hal lain yang dianggap perlu
dicantumkan silakan disepakati, sepanjang tidak mengganggu makna dari rencana
operasional ini.
7.
Pengembangan Tema/Topik (bisa dalam bentuk
dokumen tersendiri)
Tema ini merupakan rincian
lanjut dari kegiatan yang sudah diidentifikasikan yang terkait dengan
tugas-tugas perkembangan
8.
Pengembangan Satuan Layanan (bisa dalam
bentuk dokumen tersendiri)
Dikembangkan secara bertahap
sesuai dengan tema/topik.
9.
Evaluasi
Rumuskan rencana evaluasi
perkembangan siswa atas dasar tujuan yang ingin dicapai. Sejauh mungkin perlu
dirumuskan pula evaluasi program yang berfokus kepada keterlaksanaan program,
sebagai bentuk akuntabilitas layanan bimbingan dan konseling.
10.
Anggaran
Nyatakan rencana anggaran
untuk mendukung implementasi program secara cermat dan rasional/realistik.
11.
(Hal lain yang dianggap perlu, silakan
didiskusikan)
You are free to and responsible for
the development of school guidance and counseling program. Do not hesitate to
decide and implement the program that you think the best for your client.
Lampiran III
CONTOH PERENCANAAN
SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Perkembangan Pribadi-Sosial
Aspek :
Manajemen Diri dan Perilaku Tanggungjawab
Kompetensi : Pentingnya pertumbuhan dan perubahan perilaku
Topik/Tema :
Pertanyaan Mutu Perilaku
Tingkat kelas : 6-8 Waktu
2 sesi kelas
Bahan
Lembar kerja ”Pertanyaan Mutu Perilaku”.
Evaluasi
Peserta didik akan mengidentifikasi mutu perilaku
dirinya dan mengaitkannya dengan kepentingan kerja
Prosedur
1. Konselor mengarahkan diskusi kelas tentang
mutu perilaku dan meminta contoh dari kelas. Contoh ini ditulis dan didaftar
dalam chart.
2. Hand out ”Pertanyaan Mutu Perilaku” dalam
bentuk lembar kerja.
3. Jika peserta didik sudah selesai mengisi
lembar kerja, diskusikan jawaban mereka dan perintahkan mereka untuk
mengidentifikasi dua cara perbaikan perilaku yang dijawab ”tidak”.
4. Pilih tiga perilaku bermutu dari dirinya
dan kaitkan kepentingan perilaku tersebut dengan pekerjaan atau tugas-tugas
akademik. Tulis di bagian belakang lembar kerja.
PERTANYAAN MUTU PERILAKU
|
Jawab Ya atau Tidak atas pertanyaan berikut:
Ya
Tidak
1. Apakah kamu selalu jujur? _____ _____
2. Apakah kamu mampu mengendalikan diri? _____ _____
3. Dapatkah kamu berkonsentrasi kerja? _____ _____
4. Apakah kamu bekerja dengan mutu tinggi? _____ _____
5. Apakah kamu mendengarkan orang lain? _____ _____
6. Apakah kamu selalu berbuat yang terbaik? _____ _____
7. Dapatkah kamu bekerja dengan orang lain dalam
kelompok? _____ _____
8. Apakah kamu seorang pemimpin? _____ _____
9. Apakah kamu berbuat supaya orang lain berkesan
baik? _____ _____
10. Apakah kamu selalu mengerjakan tugas tepat
waktu? _____ _____
11. Apakah kamu bersahabat? _____ _____
12. Apakah kamu merasa bahagia dalam banyak
hal? _____ _____
13. Apakah kamu senantiasa berperasaan baik
tentang dirimu? _____ _____
14. Apakah kamu senantiasa tepat waktu? _____ _____
15. Apakah kamu suka belajar? _____ _____
TEKNIK BIMBINGAN DAN KONSELING
Oleh Prof. Dr. Juntika Nurihsan, M.Pd.
A.
Pengantar
Pemaparan materi ini
dimaksudkan untuk mengembangkan kesadaran dan orientasi tentang kemampuan
melaksanakan dan mengelola program bimbingan dan konseling. Pengembangan
kesadaran dan orientasi ini merupakan bagian dari tanggung jawab profesional seorang
konselor. Lingkup kajian materi ini terdiri atas teknik layanan dasar bimbingan,
teknik layanan responsif, teknik layanan perencanaan individual, teknik
dukungan sistem, dan teknik penggunaan teknologi dalam bimbingan dan konseling.
B.
Kompetensi
Materi ini dirancang untuk
mendukung pengembangan kompetensi berikut ini.
K.6. Kemampuan melaksanakan layanan bantuan.
C.
Indikator
Subkompetensi dan indikator
yang diharapkan dicapai para konselor dari kajian materi ini adalah sebagai
berikut.
Subkompetensi K.6.1. Memfasilitasi
peningkatan perkembangan dan prestasi peserta didik.
Indikator K.6.1.d.
Melakukan konseling terhadap
peserta didik yang berkenaan dengan pilihan karier, pendidikan dan keberhasilan
yang diharapkan.
K.6.1.e. Berkolaborasi dengan guru, pimpinan sekolah,
orangtua dan tenaga kependikan lain dalam menjamin keberhasilan pendidikan di
sekolah.
K.6.1.f.
Melakukan bimbingan kelompok untuk mengembangkan
kemampuan pribadi dan sosial.
Subkompetensi K.6.4. Melakukan Konseling
Indikator K.6.4.e.
Melakukan konseling dan konsultasi memfasilitasi
perkembangan peserta didik dalam perbedaan budaya dan kebutuhan khusus.
Subkompetensi K.6.5. Melakukan
advokasi untuk mengupayakan kepentingan peserta didik.
Indikator K.6.5.b.
Mampu memberikan bantuan pelatihan
orientasi dan bantuan konsultasi bagi pimpinan sekolah dan guru dalam mengembangkan
layanan bagi peserta didik.
Subkompetensi K.6.6. Menggunakan
teknologi informasi dalam bimbingan dan konseling.
Indikator K.6.6.c.
Menggunakan media komunikasi sebagai alat
bimbingan dan konseling
K.6.6.e.
Menggunakan pesawat telepon untuk layanan
bimbingan dan konseling.
D.
Strategi
Strategi pokok yang digunakan
di dalam mengkaji materi teknik-teknik bimbingan dan konseling adalah sebagai
berikut :
1. Penyajian informasi umum tentang
teknik-teknik bimbingan dan konseling
2. Dialog
3. Analisis kasus
4. Refleksi diri
E.
Deskripsi Materi
Teknik-teknik layanan bimbingan
dan konseling itu adalah sebagai berikut:
1. Bimbingan Kelompok
Strategi lain dalam
meluncurkan layanan dasar bimbingan adalah bimbingan kelompok. Bimbingan
kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada
diri konseli (peserta). Isi kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas
penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah pendidikan, pekerjaan,
pribadi dan masalah sosial yang tidak disajikan dalam bentuk pelajaran.
Penataan bimbingan kelompok
pada umumnya berbentuk kelas beranggotakan 15 sampai 20 orang. Informasi yang diberikan
dalam bimbingan kelompok itu terutama dimaksudkan untuk memperbaiki dan mengembangkan
pemahaman diri dan pemahaman mengenai orang lain, sedangkan perubahan sikap
merupakan tujuan yang tidak langsung. Kegiatan bimbingan kelompok biasanya
dipimpin oleh seorang guru bimbingan dan konseling (konselor) atau guru.
Kegiatan ini banyak
menggunakan alat-alat pelajaran seperti cerita-cerita yang tidak tamat, boneka,
dan film. Kadang-kadang dalam pelaksanaannya konselor mendatangkan ahli
tertentu untuk memberikan ceramah yang bersifat informatif. Kegiatan bimbingan
kelompok pada umumnya menggunakan prinsip dan proses dinamika kelompok, seperti
dalam kegiatan sosiodrama, diskusi panel, dan teknik lainnya yang berkaitan dengan
kegiatan kelompok.
Penyelenggaraan bimbingan
kelompok memerlukan persiapan dan praktik pelaksanaan kegiatan yang memadai,
dari langkah awal sampai dengan evaluasi dan tindak lanjutnya.
a.
Langkah Awal
Langkah atau tahap awal
diselenggarakan dalam rangka pembentukan kelompok sampai dengan mengumpulkan
para peserta yang siap melaksanakan kegiatan kelompok. Langkah awal ini dimulai
dengan penjelasan tentang adanya layanan bimbingan kelompok bagi para peserta
didik, pengertian, tujuan, dan kegunaan bimbingan kelompok. Setelah penjelasan
ini, langkah selanjutnya menghasilkan kelompok yang langsung merencanakan waktu
dan tempat menyelenggarakan kegiatan bimbingan kelompok.
b.
Perencanaan Kegiatan
Perencanaan kegiatan bimbingan
kelompok meliputi penetapan : a) materi layanan; b) tujuan yang ingin
dicapai; c) sasaran kegiatan; d) bahan atau sumber bahan untuk bimbingan
kelompok; e) rencana penilaian; f) waktu dan tempat.
c. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan yang telah direncanakan itu selanjutnya dilaksanakan melalui kegiatan
sebagai berikut.
1) Persiapan
menyeluruh yang meliputi persiapan fisik (tempat dan kelengkapannya); persiapan
bahan, persiapan keterampilan dan persiapan administrasi. Mengenai persiapan
keterampilan untuk penyelenggaraan bimbingan kelompok, guru bimbingan dan
konseling diharapkan mampu melaksanakan teknik-teknik berikut ini. (a) Teknik umum yaitu ”Tiga M”: mendengar
dengan baik, memahami secara penuh, merespons secara tepat dan positif;
dorongan minimal; penguatan; dan keruntutan. (b) Keterampilan memberikan
tanggapan: mengenal perasaan peserta; mengungkapkan perasaan sendiri; dan
merefleksikan. (c) Keterampi memberikan pengarahan: memberikan informasi;
memberikan nasihat; bertanya secara langsung dan terbuka; memengaruhi dan mengajak;
menggunakan contoh pribadi; memberikan penafsiran; mengonfrontasikan; mengupas
masalah; dan menyimpulkan. Satu hal lagi yang perlu dipersiapkan oleh guru
bimbingan dan konseling ialah keterampilan memantapkan asas kerahasiaan kepada
seluruh peserta.
2) Pelaksanaan tahap-tahap kegiatan. Tahap 1 yaitu pembentukan. Temanya
pengenalan, pelibatan dan pemasukan diri. Kegiatannya: (a) mengungkapkan
pengertian dan tujuan bimbingan kelompok; (b) menjelaskan cara-cara dan
asas-asas bimbingan kelompok; (c) saling memperkenalkan dan mengungkapkan diri;
(d) teknik khusus; (e) permainan penghangatan/pengakraban. Tahap 2 yaitu peralihan. Kegiatannya: (a) menjelaskan kegiatan yang
akan ditempuh pada tahap berikutnya; (b) menawarkan atau mengamati apakah para anggola
sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjuinya; (c) membahas suasana yang
terjadi; (d) meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota; (e) kalau perlu
kembali ke beberapa aspek tahap pertama/tahap pembentukan. Tahap 3 yaitu kegiatan. Kegiatannya: (a) pemimpin kelompok mengemukakan
suatu masalah atau topik; (b) tanya jawab antara anggota dan pemimpin kelompok
tentang hal-hal yang belum jelas yang menyangkut masalah atau topik yang
dikemukakan pemimpin kelompok; (c) anggota membahas masalah atau topik tersebut
secara mendalam dan tuntas; (d) kegiatan selingan.
d.
Evaluasi Kegiatan
Penilaian kegiatan bimbingan
kelompok difokuskan pada perkembangan pribadi peserta didik dan hal-hal yang
dirasakan mereka berguna. Isi kesan-kesan yang diungkapkan oleh para peserta
merupakan isi penilaian yang sebenarnya. Penilaian terhadap bimbingan kelompok
dapat dilakukan secara tertulis, baik melalui essai, daftar cek, maupun daftar isian
sederhana. Secara tertulis para peserta diminta mengungkapkan perasaannya,
pendapatnya, harapannya, minat dan sikapnya terhadap berbagai hal, baik yang
telah dilakukan selama kegiatan bimbingan kelompok (isi maupun proses), maupun
kemungkinan keterlibatan mereka untuk kegiatan serupa selanjutnya. Kepada para
peserta juga dapat diminta untuk mengemukakan (baik lisan mau tertulis) tentang
hal-hal yang paling berharga dan/atau kurang mereka senangi selama kegiatan
bimbingan kelompok.
Penilaian terhadap bimbingan
kelompok berorientasi pada perkembangan, yaitu mengenali kemajuan atau
perkembangan positif yang terjadi pada diri peserta. Lebih jauh, penilaian
terhadap bimbingan kelompok lebih bersifat penilaian ”dalam proses” yang dapat
dilakukan melalui: (1) mengamati partisipasi dan aktivitas peserta selama
kegiatan berlangsung; (2) mengungkapkan pemahaman peserta atas materi yang
dibahas; (3) mengungkapkan kegunaan bimbingan kelompok bagi mereka, dan
perolehan mereka sebagai hasil dari keikutsertaan mereka; (4) mengungkapkan
minat dan sikap mereka tentang kemungkinan kegiatan lanjutan; (5) mengungkapkan
kelancaran proses dan suasana penyelenggaraan bimbingan kelompok.
e.
Analisis dan Tindak Lanjut
Hasil penilaian kegiatan
bimbingan kelompok perlu dianalisis untuk mengetahui lebih lanjut seluk beluk
kemajuan para peserta dan seluk beluk penyelenggaraan bimbingan kelompok. Perlu
dikaji apakah hasil-hasil pembahasan dan/atau pemecahan masalah sudah dilakukan
sedalam atau setuntas mungkin, atau sebenarnya masih ada aspek-aspek penting
yang belum dijangkau dalam pembahasan itu.
Dalam analisis tersebut, satu
hal yang menarik ialah analisis tentang kemungkinan dilanjutkannya pembahasan
topik atau masalah yang telah dibahas sebelumnya. Usaha tindak lanjut mengikuti
arah dan hasil analisis tersebut di atas. Tindak lanjut itu dapat dilaksanakan
melalui bimbingan kelompok selanjutnya atau kegiatan dianggap sudah memadai dan
selesai sehingga upaya tindak lanjut secara tersendiri dianggap tidak
diperlukan.
2.
Konseling Individual
Konseling individual adalah
proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara
seorang konselor dan seorang konseli (peserta didik). Konseli mengalami
kesukaran pribadi yang tidak dapat ia pecahkan sendiri, kemudian ia meminta bantuan
konselor sebagai petugas yang profesional dalam jabatannya dengan pengetahuan
dan keterampilan psikologi. Konseling ditujukan kepada individu yang normal,
yang menghadapi kesukaran dalam masalah pendidikan, pekerjaan, dan sosial di
mana ia tidak dapat memilih dan memutuskan sendiri. Oleh karena itu, konseling
hanya ditujukan kepada individu-individu yang sudah menyadari kehidupan
pribadinya.
Dalam konseling terdapat
hubungan yang dinamis dan khusus karena dalam interaksi tersebut konseli merasa
diterima dan dimengerti oleh konselor. Dalam hubungan ini konselor dapat menerima
konseli secara pribadi dan tidak memberikan penilaian. Konseli merasa ada orang
lain yang dapat mengerti masalah pribadinya dan mau membantu memecahkannya.
Konselor dan konseli saling belajar dalam pengalaman hubungan yang bersifat
khusus dan pribadi ini.
Konseling adalah proses
belajar yang bertujuan agar konseli (peserta didik) dapat mengenal diri
sendiri, menerima diri sendiri serta realistis dalam proses penyesuaian dengan
lingkungannya. Suatu hubungan pribadi yang unik dalam konseling dapat membantu
individu (peserta didik) membuat keputusan, pemilihan dan rencana yang bijaksana,
serta dapat berkembang dan berperanan lebih baik di lingkungannya. Konseling
membantu konseli untuk mengerti diri sendiri, mengeksplorasi diri sendiri, dan
dapat memimpin diri sendiri dalam suatu masyarakat.
Dalam konseling diharapkan
konseli dapat mengubah sikap, keputusan diri sendiri sehingga ia dapat lebih
baik menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan memberikan kesejahteraan pada
diri sendiri dan masyarakat sekitarnya. Pemilihan dan penyesuaian yang tepat dapat
memberikan perkembangan yang optimal kepada individu dan dengan perkembangan
ini individu dapat lebih baik menyumbangkan dirinya atau ambil bagian yang
lebih baik dalam lingkungannya. Konseling bertujuan membantu individu untuk
memecahkan masalah-masalah pribadi, baik sosial. maupun emosional, yang dialami
saat sekarang dan yang akan datang.
Konseling bertujuan membantu
individu untuk mengadakan interpretasi fakta-fakta, mendalami arti nilai hidup
pribadi, kini dan mendatang. Konseling memberikan bantuan kepada individu untuk
mengembangkan kesehatan mental, perubahan sikap, dan tingkah laku. Konseling
menjadi strategi utama dalam proses bimbingan dan merupakan teknik standar
serta merupakan tugas pokok seorang konselor di Pusat Pendidikan.
Banyak teknik yang digunakan dalam
konseling individual, yaitu: (1) attending/menghampiri
klien; (2) empati; (3) refleksi; (4) eksplorasi; (5) menangkap pesan utama; (6)
bertanya untuk membuka percakapan; (7) bertanya tertutup; (8) dorongan minimal;
(9) interpretasi; (10) mengarahkan; (11) menyimpulkan sementara; (12) memimpin;
(13) memfokus; (14) konfrontasi; (15) menjernihkan; (16) memudahkan; (17) diam;
(18) mengambil inisiatif; (19) memberi nasihat; (20) memberi informasi; (21)
merencanakan; dan (22) menyimpulkan.
Secara umum proses konseling
individual dibagi atas tiga tahapan yaitu sebagai berikut.
a.
Tahap Awal Konseling
Tahap awal ini terjadi sejak
klien bertemu konselor hingga berjalan proses konseling dan menemukan definisi
masalah klien. Tahap awal ini Cavanagh (1982) menyebutkan dengan istilah
introduction, invitation and
environmental support. Adapun yang dilakukan oleh konselor dalam proses
konseling tahap awal itu adalah sebagai berikut.
1) Membangun hubungan konseling dengan
melibatkan klien yang mengalami masalah. Pada tahap ini konselor berusaha untuk
membangun hubungan dengan cara melibatkan klien dan berdiskusi dengan klien.
Hubungan tersebut dinamakan working
relationship, yaitu hubungan yang berfungsi, bermakna, dan berguna. Keberhasilan
konseling di antaranya sangat ditentukan oleh tahap awal ini. Kunci
keberhasilan tahap ini di antaranya ditentukan oleh keterbukaan konselor dan
keterbukaan klien. Keterbukaan klien untuk mengungkapkan isi hati, perasaan,
dan harapan sehubungan dengan masalah ini akan sangat bergantung pada
kepercayaan klien terhadap konselor. Konselor hendaknya mampu menunjukkan kemampuannya
untuk dapat dipercaya oleh klien, tidak pura-pura, asli, mengerti, dan
menghargai klien. Pada tahap ini konselor hendaknya mampu melibatkan klien untuk
terus-menerus dalam proses konseling.
2) Memperjelas dan mendefinisikan masalah. Jika
hubungan konseling telah terjalin dengan baik dan klien sudah melibatkan diri, berarti
kerja sama antara konselor dengan klien bisa dilanjutkan dengan mengangkat isu,
kepedulian, dan masalah yang dialami klien. Sering klien tidak begitu mudah
menjelaskan masalahnya walaupun mungkin dia hanya mengetahui gejala-gejala masalah
yang dialaminya. Klien juga sering tidak mengetahui potensi yang dia miliki
yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah. Tugas konselor adalah membantu
mengembangkan potensi klien sehingga klien dengan kemampuannya itu dapat
mengatasi masalahnya. Untuk mengatasi masalahnya itu terlebih dahulu klien
harus mampu menjelaskan masalahnya itu. Tugas konselor adalah membantu menjelaskan
masalah yang dialami kliennya itu.
3) Membuat penjajakan alternatif bantuan
untuk mengatasi masalah. Konselor berusaha menjajaki kemungkinan rancangan bantuan
yang mungkin dilakukan, yaitu dengan membangkitkan semua potensi klien dan
lingkungannya yang tepat untuk mengatasi masalah kliennya.
4) Menegosiasikan kontrak. Kontrak konselor dengan
klien mengenai waktu, tempat, tugas, dan tanggung jawab konselor, tugas dan tanggung
jawab klien, tujuan konseling dan kerja sama lainnya dengan pihak-pihak yang
akan membantu perlu dilakukan pada tahap ini. Kontrak itu mengatur kegiatan
konseling termasuk kegiatan konselor dan klien. Ini artinya konseling adalah
kegiatan yang saling menunjang dan bukan pekerjaan konselor saja. Di samping
itu, dalam kontrak ini konselor mengajak klien dan pihak lain untuk bekerja sama
dalam menyelesaikan masalah kliennya.
b.
Tahap Pertengahan (Tahap Kerja)
Berdasarkan kejelasan masalah
klien yang disepakati pada tahap awal, kegiatan selanjutnya adalah memfokuskan
pada: (a) penjelajahan masalah yang dialami klien, (b) bantuan apa yang akan
diberikan berdasarkan penilaian kembali apa-apa yang telah dijelajah tentang
masalah klien. Cavanagh (1982) menyebutkan tahap ini sebagai tahap action.
Menilai kembali masalah klien
akan membantu klien memperoleh pemahaman baru, alternatif baru, yang mungkin
berbeda dengan sebelumnya. Pemahaman ini akan membantu dalam membuat keputusan dan
tindakan apa yang akan digunakan untuk mengatasi masalah tersebut. Dengan
adanya pemahaman baru berarti ada dinamika pada diri klien untuk melakukan
perubahan dalam mengatasi masalahnya.
Adapun tujuan pada tahap ini
adalah sebagai berikut.
1) Menjelajahi dan mengeksplorasi masalah
serta kepedulian klien dan lingkungannya dalam mengatasi masalah tersebut.
Dengan penjelajahan ini, konselor berusaha agar kliennya mempunyai pemahaman
dan alternatif pemecahan baru terhadap masalah yang dialaminya. Konselor
mengadakan penilaian kembali dengan mehbatkan klien dan lingkungannya untuk bersama-sama
menilai masalah yang dialami klien. Jika klien bersernangat, berarti klien sudah
begitu terlibat dan terbuka dalam proses konseling.
2) Menjaga agar hubungan konseling selalu
terpelihara. Hal ini dapat terjadi jika klien merasa senang terlibat dalam
proses konseling dan merasa butuh untuk mengembangkan potensi dirinya dalam
mengatasi masalah yang dialaminya. Kondisi ini juga bisa tercipta jika konselor
berupaya secara kreatif menggunakan berbagai variasi keterampilan konseling
serta memelihara keramahan, empati, kejujuran, keikhlasan dalam memberikan
bantuan konseling. Kreativitas konselor juga dituntut dengan menggunakan berbagai
potensi yang ada pada klien dan lingkungannya untuk membantu dan menemukan
berbagai alternatif sebagai upaya untuk menyusun rencana bagi penyelesaian
masalah dan pengembangan diri klien.
3) Proses konseling agar berjalan sesuai
kontrak. Kontrak dinegosiasikan agar betul-betul memperlancar proses konseling.
Untuk itu konselor dan klien agar selalu menjaga perjanjian dan selalu mengingat
dalam pikirannya. Namun demikian, untuk memperlancar proses konseling, konselor
boleh menambah kontrak lainnya dengan kliennya (fleksibel).
c.
Tahap Akhir Konseling
Cavanagh (1982) menyebut tahap
ini dengan istilah termination. Pada
tahap ini, konseling ditandai oleh beberapa hal berikut ini.
1) Menurutnya kecemasan klien. Hal ini
diketahui setelah konselor menanyakan keadaan kecemasannya.
2) Adanya perubahan perilaku klien ke arah
yang lebih positif, sehat, dan dinamik.
3) Adanya tujuan hidup yang jelas di masa
yang akan datang dengan program yang jelas pula.
4) Terjadinya perubahan sikap yang positif
terhadap masalah yang dialaminya, dapat mengoreksi diri dan meniadakan sikap yang
suka menyalahkan dunia luar, seperti orangtua, teman, dan keadaan yang tidak
menguntungkan.
Tujuan tahap akhir ini adalah memutuskan
perubahan sikap dan perilaku yang tidak bermasalah. Klien dapat melakukan
keputusan tersebut karena klien sejak awal berkomunikasi dengan konselor dalam
memutuskan perubahan sikap tersebut. Adapun tujuan lainnya dari tahap ini
adalah: (a) terjadinya transfer of
learning pada diri klien; (b) melaksanakan perubahan perilaku klien agar
mampu mengatasi masalahnya; (c) mengakhiri hubungan konseling.
3.
Konseling Kelompok
Strategi berikutnya dalam
melaksanakan program bimbingan adalah konseling kelompok. Konseling kelompok
merupakan upaya bantuan kepada peserta didik (peserta didik) dalam rangka
memberikan kemudahan dalam perkembangan dan penumbuhannya, dan selain bersifat pencegahan,
konseling kelompok dapat pula bersifat penyembuhan.
Konseling kelompok adalah
suatu upaya bantuan kepada peserta didik dalam suasana kelompok yang bersifat
pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam
rangka perkembangan dan pertumbuhannya. Konseling kelompok bersifat pencegahan dalam
arti bahwa klien-klien (peserta didik) yang bersangkutan mempunyai kemampuan
untuk berfungsi secara wajar dalam masyarakat, tetapi mungkin memiliki suatu
titik lemah dalam kehidupannya sehingga mengganggu kelancaran berkomunikasi
dengan orang lain. Konseling kelompok bersifat pemberian kemudahan dalam pertumbuhan
dan perkembangan individu, dalam arti bahwa konseling kelompok itu menyajikan
dan memberikan dorongan kepada individu-individu yang bersangkutan untuk
mengubah dirinya selaras dengan minatnya sendiri. Dalam hal ini, individu-individu
tersebut didorong untuk melakukan tindakan yang selaras dengan kemampuannya semaksimal
mungkin melalui perilaku perwujudan diri.
Konseling kelompok adalah
suatu proses antarpribadi yang dinamis yang terpusat pada pemikiran dan perilaku
yang sadar dan melibatkan fungsi-fungsi terapi seperti sifat permisif,
orientasi pada kenyataan, katarsis, saling memercayai, saling memperlakukan
dengan mesra, saling pengertian, saling menerima, dan saling mendukung. Fungsi-fungsi
terapi itu diciptakan dan dikembangkan dalam suatu kelompok kecil melalui cara
saling memedulikan di antara para peserta konseling kelompok. Klien-klien dalam
konseling kelompok pada dasarnya adalah individu-individu normal yang memiliki
berbagai kepedulian dan persoalan yang tidak memerlukan perubahan kepribadian dalam
penanganannya. Klien dalam konseling kelompok dapat menggunakan interaksi dalam
kelompok untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan terhadap nilai-nilai dan
tujuan-tujuan tertentu, untuk mempelajari atau menghilangkan sikap-sikap dan
perilaku tertentu.
Prosedur konseling kelompok
sama dengan bimbingan kelompok, yaitu (a) Tahap pembentukan, temanya
pengenalan, pelibatan, dan pemasukan diri. (b) Tahap peralihan, temanya
pembangunan jembatan antara tahap pertama dan tahap ketiga. (c) Tahap kegiatan,
temanya kegiatan pencapaian tujuan. (d) Tahap pengakhiran, temanya penilaian
dan tindak lanjut.
4.
Konsultasi
Teknik lain dalam peluncuran
program bimbingan adalah konsultasi. Konsultasi merupakan salah satu strategi
bimbingan yang penting karena banyak masalah, karena sesuatu hal akan lebih berhasil
jika ditangani secara tidak langsung oleh konselor. Konsultasi dalam pengertian
umum dipandang sebagai nasihat dari seorang yang profesional.
Pengertian konsultasi dalam
program bimbingan dipandang sebagai suatu proses menyediakan bantuan teknis
untuk guru, orangtua, administrator, dan konselor lainnya dalam
mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi efektivitas peserta
didik atau sekolah. Brown dan teman-temannya telah menegaskan bahwa konsultasi
itu bukan konseling atau psikoterapi sebab konsultasi tidak merupakan layanan
yang langsung ditujukan kepada peserta didik, tetapi secara tidak langsung
melayani peserta didik melalui bantuan yang diberikan orang lain.
Ada delapan tujuan konsultasi,
yaitu: a) mengembangkan dan menyempurnakan lingkungan belajar bagi peserta
didik, orangtua, dan administrator sekolah; (b) menyempurnakan komunikasi dengan
mengembangkan informasi di antara orang yang penting; (c) mengajak bersama
pribadi yang memiliki peranan dan fungsi yang bermacam-macam untuk
menyempurnakan lingkungan belajar; (d) memperluas layanan dari para ahli; (e)
memperluas layanan pendidikan dari guru dan administrator; (f) membantu orang
lain bagaimana belajar tentang perilaku; (g) menciptakan suatu lingkungan yang
berisi semua komponen lingkungan belajar yang baik; (h) menggerakkan organisasi
yang mandiri.
Ada lima langkah proses
konsultasi, yaitu (a) menumbuhkan hubungan berdasarkan komunikasi dan perhatian
pada konsulti; (b) menentukan diagnosis atau sebuah hipotesis kerja sebagai rencana
kegiatan; (c) mengembangkan motivasi untuk melaksanakan kegiatan; (d) melakukan
pemecahan masalah; (e) melakukan alternatif lain apabila masalah belum
terpecahkan.
5.
Kolaborasi dengan Personel Sekolah,
Orangtua, dan Masyarakat
Pada saat merencanakan dan
melaksanakan program layanan dasar bimbingan di sekolah, konselor dapat bekerja
sama dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, wali kelas, guru bidang
studi, staf tata usaha, orangtua, dan masyarakat di sekitarnya.
Pada saat merencanakan program
layanan dasar bimbingan, konselor dapat berkolaborasi dengan kepala sekolah
tentang berbagai kebijakan sekolah yang dapat didukung oleh program BK seperti meningkatkan
prestasi sekolah dalam bidang akademik, kesenian, olahraga, pramuka, dan
kedisiplinan. Konselor dapat berdiskusi dengan kepala sekolah mengenai
sumber-sumber tenaga dan biaya untuk melaksanakan program BK.
Pada saat merencanakan
program, konselor dapat juga berkolaborasi dengan wakasek kurikulum, kesiswaan,
dan sarana tentang penataan waktu pelaksanaan BK di sekolah, sarana yang dibutuhkan
BK, dan bentuk-bentuk kegiatan kesiswaan yang dapat mendorong gairah peserta
didik untuk mau belajar di sekolah.
Konselor dapat juga bekerja sama
dengan guru dalam merencanakan kegiatan-kegiatan intra dan ekstrakurikuler yang
dapat mendorong anak merasa senang untuk belajar. Konselor dapat juga bekerja
sama dengan staf administrasi sekolah dalam merencanakan teknik-teknik pengadministrasian
dan pelaporan kegiatan layanan dasar bimbingan.
Pada saat melaksanakan program
layanan dasar bimbingan banyak hal yang dapat dilakukan kolaborasi dengan pihak
sekolah maupun luar sekolah. Pada saat memberikan layanan orientasi sekolah, konselor
dapat berkolaborasi dengan kepala sekolah, wakasek, guru, dan staf Administrasi.
Mereka diminta untuk bersedia menjelaskan tugas pokok dan fungsinya kepada
peserta didik baru, sehingga peserta didik betul-betul memahami kedudukan dan
tugas masing-masing personel sekolah.
Pada saat melaksanakan layanan
dasar bimbingan bidang belajar, konselor dapat berkolaborasi dengan guru bidang
studi, membantu para peserta didik unggul untuk memperkaya belajarnya, membantu
para peserta didik normal (prestasi belajarnya biasa) untuk meningkatkan prestasi
belajarnya, dan membantu peserta didik yang asor (prestasi belajarnya di bawah
rata-rata) untuk mengatasi kesulitan belajarnya.
Pada saat memberikan layanan
dasar bimbingan yang bersifat informasi, konselor dapat berkolaborasi dengan
anggota atau lembaga masyarakat yang ahli di bidangnya masing-masing. Pada saat
peserta didik membutuhkan informasi tentang kesehatan, konselor dapat berkolaborasi
dengan Puskesmas dan dokter. Pada saat peserta didik membutuhkan informasi
tentang keamanan dan ketertiban, konselor dapat berkolaborasi dengan polisi.
Pada saat peserta didik perlu informasi tentang keagamaan/kerohanian, konselor
dapat berkolaborasi dengan Pesantren, Kiai, Pastur, dan Guru Agama. Pada saat
peserta didik perlu informasi tentang kewirausahaan, konselor dapat berkolaborasi
dengan pengusaha atau manajer perusahaan. Pada saat peserta didik membutuhkan
informasi tentang perguruan tinggi, konselor dapat berkolaborasi dengan alumni
sekolah dan pihak perguruan tinggi.
Pada saat mengevaluasi program
layanan dasar bimbingan, konselor dapat bekerja sama dengan pihak sekolah
maupun orangtua peserta didik. Konselor dapat meminta pendapat peserta didik,
kepala sekolah, wakasek, guru bidang studi, wali kelas, dan orangtua tentang perencanaan
dan pelaksanaan program BK. Mereka dapat diminta untuk efektivitas program BK
dan keterlibatan personel sekolah dan peserta didik dalam pelaksanaan BK.
6.
Pengajaran Remedial
Pengajaran remedial dapat
didefinisikan sebagai upaya guru untuk menciptakan suatu situasi yang
memungkinkan individu atau kelompok peserta didik tertentu lebih mampu
mengembangkan dirinya seoptimal mungkin sehingga dapat memenuhi kriteria
keberhasilan minimal yang diharapkan, dengan melalui suatu proses interaksi berencana,
terorganisasi, terarah, terkoordinasi, terkontrol dengan lebih memerhatikan
taraf kesesuaiannya terhadap keragaman kondisi objektif individu dan/atau
kelompok peserta didik yang bersangkutan serta daya dukung sarana dan
lingkungannya (Abin Syamsuddin Makmun, 1998: 228).
Pengajaran remedial merupakan
salah satu tahap kegiatan utama dalam keseluruhan kerangka pola layanan
bimbingan belajar, serta merupakan rangkaian kegiatan lanjutan logis dari usaha
diagnostik kesulitan belajar mengajar. Secara skematika prosedur remedial tersebut
dapat digambarkan sebagai berikut. (a) Diagnostik kesulitan belajar mengajar.
(b) Rekomendasi/referral. (c) Penelaahan
kembali kasus. (d) Pilihan alternatif tindakan, (e) Layanan konseling. (f)
Pelaksanaan pengajaran remedial. (g) Pengukuran kembali hasil belajar-mengajar.
(h) Revaluasi/rediagnostik. (i) Tugas tambahan. (j) Hasil yang diharapkan.
Strategi dan teknik pengajaran
remedial dapat dilakukan secara preventif, kuratif, dan pengembangan. Tindakan
pengajaran remedial dikatakan bersifat kuratif kalau dilakukan setelah program
PBM utama selesai diselenggarakan. Pendekatan preventif ditujukan kepada peserta
didik tertentu yang diperkirakan akan mengalami hambatan terhadap pelajaran
yang akan ditempuhnya. Pendekatan pengembangan merupakan tindak lanjut dari
upaya diagnostik yang dilakukan guru selama berlangsung program PBM.
7.
Penggunaan Teknologi dalam Layanan
Bimbingan dan Konseling
a.
Penggunaan Teknologi Komputer
Salah satu layanan bimbingan
dan konseling dengan menggunakan teknologi komputer khususnya internet adalah
E-counseling. Konseling melalui e-mail sering disebut juga dengan email therapy, online therapy, cyber
counseling atau e-counseling. Email counseling merupakan proses
terapeutik yang di dalamnya termasuk menulis selain pertemuan secara langsung
dengan konselor.
Email merupakan cara baru
untuk berkomunikasi secara cepat dan efektif melalui internet. Hal ini tidak
bermaksud untuk menggantikan konseling tatap muka, tetapi dapat menjadi salah
satu cara dalam membantu klien memecahkan masalahnya pada jarak jauh tanpa bertemu
langsung dengan konselor. Email
counseling merupakan satu kesempatan untuk berkomunikasi antara klien
dengan konselor yang di dalamnya dibahas mengenai masalah-masalah yang dihadapi
klien.
E-counseling merupakan
salah satu cara yang efektif dan efisien dalam proses konseling jarak jauh yang
dilakukan antarkonselor dan klien untuk membantu masalah-masalah yang berkaitan
dengan perkembangan kepribadian dan kehidupan klien melalui surat atau tulisan
pada internet.
E-counseling memerlukan
waktu dalam menulis kepada konselor mengenai jenis bantuan apa yang diinginkan
klien. Klien dapat mengirimkan inisial email dengan keterangan pada suatu situasi
yang dirasakan klien. Kemudian konselor akan membalas email dalam waktu maksimum
72 jam (hari kerja sesegara mungkin) atau dalam hari yang sama.
Mengirimkan atau menulis email
kepada konselor merupakan proses terapeutik karena klien tidak bertemu langsung
dengan konselor (http://www.google/practice/practicarole’s.com). Kekuatan e-counseling terletak pada menulis.
Respons, atau bantuan yang diberikan konselor bergantung kepada informasi yang
diberikan. Klien tidak perlu mengirimkan seluruh kisah hidupnya, cukup dengan
memilih informasi yang dirasakan pada satu situasi yang merupakan masalah.
Berikut ini adalah
langkah-langkah menulis email kepada konselor yang terdapat dalam http://www.google/practice/practicarole’s.com
1) Menuliskan nama awal atau nama panggilan.
2) Nama lengkap, nomor telepon dan alamat,
tetapi hal ini tidak terlalu penting.
3) Alamat email yang digunakan dalam proses
konseling.
4) Usia, jenis kelamin, dan posisi dalam
keluarga.
5) Pengaruh masalah dalam kehidupan.
6) Lamanya masalah dalam kehidupan.
7) Usaha yang telah dilakukan dalam
mengidentifikasi masalah: hal-hal apa yang telah dibantu dan apa yang belum
dibantu.
8) Pengalaman terapi sebelumnya.
9) Informasi yang relevan mengenai latar
belakang klien sebagai bahan pertimbangan konselor, seperti pekerjaan,
pendidikan, perjalanan karier, gaya kepribadian, hubungan yang signifikan,
keluarga dan latar belakang keluarga, nilai-nilai yang dianut, stres, merasa kehilangan
atau perubahan dalam hidup dan hal-hal yang menjadi support dalam hidup.
10) Tantangan-tantangan lain yang menjadi penting.
11) Apa
yang diharapkan dari e-counseling.
12) Alasan mengapa memilih situs ini.
13) Apa
yang diharapkan dari e-counseling.
14) Meringkas beberapa pertanyaan di akhir.
Setelah klien menuliskan seperti
langkah-langkah di atas, konselor akan me-reply
(menjawab) email yang dikirim klien dalam waktu lain (hari kerja) sesegera
mungkin atau dalam hari yang sama.
b.
PenggunaanTeknologi Telepon
Perubahan tatanan kehidupan
masyarakat global menuntut pemberian layanan bimbingan dan konseling yang
cepat, luas, dan mudah diakses oleh klien, konseling melalui telepon. Ada etika
dan panduan operasional dalam penggunaan teknologi telepon dalam layanan konseling.
Etika pelayanan konseling
dengan menggunakan telepon adalah sebagai berikut.
1) Gunakan bahasa yang sopan sesuai dengan
kondisi klien.
2) Gunakan suara lembut, volume yang rendah
dan intonasi yang bersahabat.
3) Dengarkan pembicaraan sampai selesai,
jangan menyela kata-kata klien apalagi pada tahap awal pembicaraan.
4) Mengembangkan perasaan senang dan berpikir
positif tentang siapa pun yang menelepon.
5) Catat hal-hal yang perlu memperoleh
perhatian.
6) Memfokuskan pembicaraan untuk
mengefektifkan penggunaan media komunikasi.
7) Selalu mengakhiri pembicaraan dengan
kesiapan untuk melakukan hubungan komunikasi selanjutnya.
Adapun panduan operasional
konseling dengan menggunakan telepon adalah sebagai berikut.
1)
Segera angkat
telepon sebelum dering ketiga dan siapkan ATK
yang diperlukan.
2) Ucapkan
Pass Word (Hot Line Counseling Service) ikuti dengan Selamat ..... (waktu).
3) Sebutkan nama: ”Dengan .... di sini, ada
yang dapat saya bantu?”
4) Dengarkan apa yang disampaikan penelepon.
5) Tanyakan identitas klien sebagai bagian
dari pembicaraan, misalnya: mohon maaf, ... Dengan siapa saya berbicara ...?
6) Berikan informasi, solusi, jawaban, nasihat,
atau alternatif sesuai kebutuhan klien.
7) Kemukakan apa yang tidak dapat kita
lakukan, kemudian tawarkan alternatif solusi dan kemukakan keterbatasan yang
dialami.
8) Catat deskripsi pembicaraan pada saat
konseling berlangsung.
9)
Akhiri
pembicaraan, ucapkan terima kasih, dan nyatakan kesediaan untuk dihubungi
kembali. ”Terima kasih .....telah menghubungi Hot Line Counseling Service. Kami siap membantu .... kembali jika
diperlukan. Selamat .... (waktu).”
10) Tutup
telepon.
F. Soal-soal Latihan
1.
Definisi Konsep
Di bawah ini terdapat sejumlah
konsep utama (key concept) seperti
anda baca dan pelajari dalam materi pelatihan teknik dan jenis layanan
bimbingan dan konseling di sekolah. Definisikan atau jelaskan dengan kata-kata
anda sendiri secara singkat, padat, dan tepat (concise) setiap konsep tersebut.
a. Konseling Individual ialah
.................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
b. Konsultasi ialah
.................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
c.
Konseling
Kelompok ialah .................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
d.
Bimbingan Kelompok ialah .................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
e.
E-counseling ialah .................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
2.
Aplikasi Konsep
a.
Buat
perencanaan bimbingan klasikal dengan merancang sebuah satuan layanan secara
utuh dengan menurunkan tema atau topik dari tugas perkembangan peserta didik.
b. Buat
bagan prosedur konseling individual.
c. Buat bagan skematik prosedur dan strategi
pengajaran remedial.
G.
Daftar Rujukan
Abin
Syamsuddin Makmun. (1997). Psikologi
Kependidikan. Bandung: Rosda Karya.
Blocher, Donald. (1974). Developmental Counseling. New
York : John Wiley and Sons.
Borders,
L. DiAnne & Drury, Sandra M. (1992). ”Comprehensive School
Counseling Programs: A Review for Policymaker and Practitioners”. Journal of Counseling and Development 70,
487-495.
Burbach, Harold J. & Decker, Lavy E. (1977). Planning and Assessment in Community
Education. Michigan :
Pendell Publishing Company.
Crow, Lester D. & Crow, Alice. (1962). An Introductions to Guidance. New Delhi : Eurasia Publishing House.
Davis, B. (1987). Evaluation Report of the K-12 Comprehensive Guidance Program of the San
Diego City Schools. San Diego
City Schools ,
Planning, Research, and Evaluation Division.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia . (1994). Kurikulum Sekolah Menengah Umum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.
Ellis, T.I. (1990). The Missouri
Comprehensive Guidance Model. Columbia :
The Educational Resources
Information Center .
Henderson, P. (1988). A Comprehensive School
Guidance Programs at Work. Texas Association for Counseling and Development
Journal, 15,25-27.
Havighurst,
R.J. (1953). Developmental Tasks and
Education. New York: David McKay.
HLCS
UPTLBK UPI. (2003). Konseling melalui
Telepon. Bandung: UPTLBK - Panitia Konvensi ABKIN.
Juntika
Nurihsan. (2002). Pengantar Bimbingan dan
Konseling. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
_______________.
(1999). Aplikasi Model Bimbingan
Komprehensif di Sekolah Tinggi Ekonomi dan Manajemen Informatika Komputer.
Bandung: STEMIK.
_______________.
(2004). Sistem Pelayanan Bimbingan dan
Konseling di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Direktorat
Pendidikan Lanjutan Pertama.
Kolarik, William J. (1995). Creating Quality. Singapore :
McGraw-Hill.
Muro and Kottman. (1995). Guidance and Counseling in The Elementary and Middle Schools. Iowa : Brown &
Benchark Publisher.
Rochman
Natawidjaja. (1988). Peranan Guru dalam
Bimbingan di Sekolah. Bandung: Abardin.
Rosenfield, Maxine. (1977). Counselling by Telephone. London :
Sage Publications.
Stoner, James A. (1987). Management. London. Prentice-Hall International Inc.
www.here2listen.com.
(2001). A Concept of E-Counseling.
Compiled Sunaryo Kartadinata.
ASSALAMUALAIKUM SAYA INGIN BERBAGI CARA SUKSES SAYA NGURUS IJAZAH saya atas nama bambang asal dari jawa timur sedikit saya ingin berbagi cerita masalah pengurusan ijazah saya yang kemarin hilang mulai dari ijazah SD sampai SMA, tapi alhamdulillah untung saja ada salah satu keluarga saya yang bekerja di salah satu dinas kabupaten di wilayah jawa timur dia memberikan petunjuk cara mengurus ijazah saya yang hilang, dia memberikan no hp BPK DR SUTANTO S.H, M.A beliau selaku kepala biro umum di kantor kemendikbud pusat jakarta nomor hp beliau 0823-5240-6469, alhamdulillah beliau betul betul bisa ngurusin masalah ijazah saya, alhamdulillah setelah saya tlp beliau di nomor hp 0823-5240-6469, saya di beri petunjuk untuk mempersiap'kan berkas yang di butuh'kan sama beliau dan hari itu juga saya langsun email berkas'nya dan saya juga langsung selesai'kan ADM'nya 50% dan sisa'nya langsun saya selesai'kan juga setelah ijazah saya sudah ke terima, alhamdulillah proses'nya sangat cepat hanya dalam 1 minggu berkas ijazah saya sudah ke terima.....alhamdulillah terima kasih kpd bpk DR SUTANTO S.H,M.A berkat bantuan bpk lamaran kerja saya sudah di terima, bagi saudara/i yang lagi bermasalah malah ijazah silah'kan hub beliau semoga beliau bisa bantu, dan ternyata juga beliau bisa bantu dengan menu di bawah ini wassalam.....
ReplyDelete1. Beliau bisa membantu anda yang kesulitan :
– Ingin kuliah tapi gak ada waktu karena terbentur jam kerja
– Ijazah hilang, rusak, dicuri, kebakaran dan kecelakaan faktor lain, dll.
– Drop out takut dimarahin ortu
– IPK jelek, ingin dibagusin
– Biaya kuliah tinggi tapi ingin cepat kerja
– Ijazah ditahan perusahaan tetapi ingin pindah ke perusahaan lain
– Dll.
2. PRODUK KAMI
Semua ijazah DIPLOMA (D1,D2,D3) S/D
SARJANA (S1, S2)..
Hampir semua perguruan tinggi kami punya
data basenya.
UNIVERSITAS TARUMA NEGARA UNIVERSITAS MERCUBUANA
UNIVERSITAS GAJAH MADA UNIVERSITAS ATMA JAYA
UNIVERSITAS PANCASILA UNIVERSITAS MOETOPO
UNIVERSITAS TERBUKA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
UNIVERSITAS TRISAKTI UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
UNIVERSITAS BUDI LIHUR ASMI
UNIVERSITAS ILMUKOMPUTER UNIVERSITAS DIPONOGORO
AKADEMI BAHASA ASING BINA SARANA INFORMATIKA
UPN VETERAN AKADEMI PARIWISATA INDONESIA
INSTITUT TEKHNOLOGI SERPONG STIE YPKP
STIE SUKABUMI YAI
ISTN STIE PERBANAS
LIA / TOEFEL STIMIK SWADHARMA
STIMIK UKRIDA
UNIVERSITAS NASIONAL UNIVERSITAS JAKARTA
UNIVERSITAS BUNG KARNO UNIVERSITAS PADJAJARAN
UNIVERSITAS BOROBUDUR UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH UNIVERSITAS BATAM
UNIVERSITAS SAHID DLL
3. DATA YANG DI BUTUHKAN
Persyaratan untuk ijazah :
1. Nama
2. Tempat & tgl lahir
3. foto ukuran 4 x 6 (bebas, rapi, dan usahakan berjas),semua data discan dan di email ke alamat email bpk sutantokemendikbud@gmail.com
4. IPK yang di inginkan
5. universitas yang di inginkan
6. Jurusan yang di inginkan
7. Tahun kelulusan yang di inginkan
8. Nama dan alamat lengkap, serta no. telphone untuk pengiriman dokumen
9. Di kirim ke alamat email: sutantokemendikbud@gmail.com berkas akan di tindak lanjuti akan setelah pembayaran 50% masuk
10. Pembayaran lewat Transfer ke Rekening MANDIRI, BNI, BRI,
11. PENGIRIMAN Dokumen Via JNE
4. Biaya – Biaya
• SD = Rp. 1.500.000
• SMP = Rp. 2.000.000
• SMA = Rp. 3.000.000
• D3 = 6.000.000
• S1 = 7.500.000(TERGANTUN UNIVERSITAS)
• S2 = 12.000.000(TERGANTUN UNIVERSITAS)
• S3 / Doktoral Rp. 24.000.000
(kampus terkenal – wajib ikut kuliah beberapa bulan)
• D3 Kebidanan / keperawatan Rp. 8.500.000
(minimal sudah pernah kuliah di jurusan tersebut hingga semester 4)
• Pindah jurusan/profesi dari Bidan/Perawat ke Dokter. Rp. 32.000.000