Contoh Penelitian PTK PAI -SD
Thursday, August 27, 2015
Add Comment
KARYA TULIS ILMIAH
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR
PENDDIDIKAN AGAMA ISLAM POKOK BAHASAN
BERPERILAKU RENDAH HATI DALAM KEHIDUPAN
SEHARI-HARI DENGAN METODE PENDEKATAN
BERBASIS AKTIVITAS TERHADAP SISWA KELAS II
SDN SUMBEREJO KEC. MADIUN KABUPATEN MADIUN
Guru Agama Islam Dalam Pengembangan Profesi Keguruan
Disusun Oleh :
SRI WURYANI,S.Pd.I
NIP. 196009031986032011
Unit Kerja :
PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN
CABANG DINAS PENDIDIKAN KEC. MADIUN
SEKOLAH DASAR NEGERI SUMBEREJO 02
Madiun
2010
LEMBAR PUBLIKASI
DISERAHKAN UNTUK DIPUBLIKASIKAN
DI PERPUSTAKAAN SD NEGERI SUMBEREJO 02
KECAMATAN MADIUN KABUPATEN MADIUN
NO REGISTER :
TANGGAL : 11 Juni 2010
Madiun, 11 Juni 2010
PENGELOLA
PERPUSTAKAAN
JUMINI,S.Pd
NIP. 196408141985042001
ii
LEMBAR PENGESAHAN
PENYUSUNAN LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
NAMA : SRI WURYANI,S.Pd.I
NIP : 19600903 198603 2 011
JABATAN : GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIT KERJA : SDN SUMBEREJO 02
KEC. MADIUN KABUPATEN MADIUN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
DISAHKAN PADA TANGGAL : 11 Juni 2010
Mengetahui
Pengawas Pendidikan Agama Islam
Kec. Madiun Kabupaten Madiun
NUR EFENDI,S.Pd
NIP. 130 620 836
Mengesahkan
Kepala SD Negeri Sumberejo 02
Kec. Madiun Kabupaten Madiun
ACHMAD SURURI,S.Ag
NIP. 19510707 197807 1 002
DAFTAR ISI
iii
Halaman
LEMBAR ……………………………………………………………………….. i
LEMBAR PUBLIKAS …………………………………………………………. ii
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………………….. iii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. iv
DAFTAR ISI …………………………………………………………………… V
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………..
B. Rumusan Masalah……………………………………………………....
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………………
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………………..
E. Hipotesis Tindakan …………………………………………………….
F. Ruang Lingkup Penelitian ……………………………………………..
G. Penegasan Istilah ………………………………………………………
1
3
4
5
6
6
7
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
A. Prinsip-prinsip Motivasi ………………………………………………..
B. Motivasi Belajar ………………………………………………………..
C. Pengajaran Berbasis Aktivitas …………………………………………
D. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ……………………………….
8
12
20
23
BAB III : PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ……………………………………….
B. Kehadiran Peneliti ……………………………………………………..
C. Lokasi Penelitian ………………………………………………………
D. Sumber Data …………………………………………………………..
E. Prosedur Pengumpulan Data …………………………………………..
F. Analisis Data …………………………………………………………..
G. Pengecekan Keabsahan Data …………………………………………..
H. Tahap-tahap Penelitian ………………………………………………..
25
25
26
26
27
29
31
33
v
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ………………………………………………………..
B. Pembahasan ……………………………………………………………
36
45
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ……………………………………………………………
B. Saran-saran ……………………………………………………………
50
51
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………
52
BAB I
vi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Terwujudnya kondisi pembelajaran siswa aktif merupakan harapan dari
semua komponen pendidikan termasuk masyarakat dan praktisi pendidikan.
Oleh karena itu dalam kegiatan pembelajaran dituntut suatu strategi
pembelajaran yang direncanakan oleh guru dengan mengedepankan keaktifan
siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Melalui kegiatan belajar yang
menekan pada aktivitas siswa diharapkan mampu meningkatkan motivasi dan
hasil belajar yang sesuai dengan tujuan pendidikan di sekolah.
Menurut Suparno, dkk (2002) siswa yang aktif dalam proses
pembelajaran dicirikan oleh dua aktivitas, yaitu aktivitas dalam berpikir
(minds-on), dan aktivitas dalam berbuat (hands-on). Perbuatan nyata ssiwa
dalam pembelajaran merupakan hasil keterelibatan berpikir siswa terhadap
kegiatan belajarnya. Denga demikian proses siswa aktif dalam kegiatan belajar
mengajar merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang harus dilaksanakan
secara terus menerus dan tidak berhenti. Hal ini dilakukan apabila interaksi
antara guru dan siswa terjalin dengan baik. Sebab menurut USMAN(200)
interaksi dan hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan
syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar.
Berdasarkan pada pendapat tersebut, menunjukkan bahwa aktivitas
1
siswa dalam kegiatan belajar mengajar mutlak diperlukan. Namun yang lebih
penting lagi dalam meningkatkan aktivitas siswa tersebut adalah kemampuan
guru dalam merencakan suatu kegiatan belajar mengajar tersebut dalam
merencanakan suatu kegiatan belajar mengajar tersebut dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut, peneliti akan melakukan
suatu kegiatan penelitian tindakan pada siswa Kelas II Sekolah Dasar Negeri
Sumberejo 02 Kecamatan Madiun Semester I Tahun Palajaran 2009/2010
menekankan pada peningkatan motivasi belajar siswa melalui kegiatan
pembelajaran berbasis aktivitas. Mengapa harus pembelajaran berbasis
aktivitas ?
Beberapa alas an peneliti menggunakan pendekatan pengajaran
berbasis aktivitas dalam megajarkan materi pembelajaran Pendidikan Agama
Islam diantaranya : (1) asas aktivitas digunakan dalam semua jenis metode
mengajar baik di dalam mauoun diluar kelas, (2) asas aktivitas bertujuan
mengembangkan ide-ide atau merealisasikan suatu ide dalam suatu bentuk
tertentu, (3) asas aktivitas dapat menikmati pengalaman-pengalaman estetis,
(4) memecahkan suatu kesulitan intelektual, dan (5) memperoleh pengalaman
dan ketrampilan tertentu.
Sedangkan alasan peneliti memilih mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam digunakan sebagai materi behan pendidikan berbasis aktivitas, karena
dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam dapat membantu siswa untuk: (1)
menjalani kehidupan sehari-hari secara efektif, (2) memehami didunianya dan
hal-hal yang mempengaruhinya, (3) memanfaatkan kesempatan untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, fleksibel, dan inovatif,
2
(4) mengembangkan pengertian tentang konseop-konsep Pendidikan Agama
Islam, (5) menilai dan menggunakan produk teknologi, (6) memehami bahwa
karir sains dan teknologi cocok bagi pria dan waita, (70) membuat penilaian
tentang isu-isu yang berkenan dengan lingkungan alam dan buatab, (8)
bertanggung jawab terhadap perbaikan kualitas lingkungan, (9) memberikan
pemecahan pada dilemma moral sehubungan dengan isu-isu sains dan
teknologi, dan (10) menyiapkan diri untuk studi pada tindakan yang lebih
lanjut.
Dari beberapa alas an pengambilan permasalahan dalam penelitian
tindakan kelas tersebut, maka dapat dirumuskan judul penelitian tindakan kels
tersebut, maka dapat dirumuskan judul penelitian tindakan kelas Meningkatkan
Motivasi Belajar Pendidikan Agam Islam Pokok Bahasan Bertata Krama
dalam Kehidupan Sehari-hari dengan metode pendekatam Berbasis aktivitas
pada siswa Kelas II Sekolah Dasar Negeri Sumberejo 02 Kecamatan Madiun
Kabupaten Madiun Semester I Tahun Pelajaran 2009/2010 dapat
meningkatkan dan akhirnya akan berdampak pada hasil belajar yang diperoleh
siswa dalam proses belajar mengajar khususnya mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalh tersebut diatas, maka dalam penelitian
tindakan kelas ini, peneliti dapat merumuskan beberapa focus penelitian
sebagai berikut :
3
1. Apakah pendekatan berbasis aktivitas pelajaran Agama Islam pada iswa
Kelas II Sekolah Dasar Negeri Sumberejo 02 Kecamatan Madiun
Kabupaten Madiun Semester I Tahun Pelajaran 2009/2010?
2. Bagaimanakah damapk kegiatan belajar mengajar yang menggunakan
pendekatan berbasis aktivitas dalam pembelajaran pelajaran Pendidikan
Agama Islam terhadap motivasi belajar siswa Kelas II Sekolah Dasar
Negeri Sumberejo 02 Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun Semester I
Tahun Pelajaran 2009/2010?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah tersebut, maka penelitian tindakan
kelas ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan :
1. Pendekatan berbasis aktivitas lebih efektif dalam menumbuhkan motivasi
belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa Kelas II
Sekolah Dasar Negeri Sumberejo 02 Kecamatan Madiun Kabupaten
Madiun Semester I Tahun Pelajaran 2009/2010.
2. Dampak kegiatan belajar mengajar yang menggunakan pendekatan
berbasis dalam pembelajaran pelajaran Pendidikan Agama Islam terhadap
siswa Kelas II Sekolah Dasar Negeri Sumberejo 02 Kecamatan Madiun
Kabupaten Madiun Semester I Tahun Pelajaran 2009/2010
4
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan pada tujuan penelitian tersebut, peneliti ini diharapkan dapat
menghasilkan temuan-temuan mengenai strategi pembelajaran dengan
pendekatan berbasis aktivitas pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
pada siswa Kelas II Sekolah Dasar Negeri Sumberejo 02 Kecamatan Madiun
Kabupaten Madiun Semester I Tahun Pelajaran 2009/2010. Disisi lain peneliti
ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Guru
Menambah wawasan dan pengetahuan dalammeningkatkan kualitas
pendidikan mata pelajaran pendidikan Agama Islam pada siswa Kelas II
Sekolah Dasar Negeri Sumberejo 02 Kecamatan Madiun Kabupaten
Madiun Semester I Tahun Pelajaran 2009/2010 melalui implementasi
strateg pembalajaran dengan menggunakan pendekatan berbasis aktivitas
pada Sekolah Dasar negeri lainnya.
2. Lembaga Sekolah
Sebagai masukan dalam hambatan dan kelemahan penyelenggaraan
pembelajaran serta sebagai upaya memperbaiki dan mengatasi masalahmasalah pembelajaran yang dihadapi di kelas, sehingga dapat menemukan
cara yang tepat untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dengan harapan
akan diperoleh hasil belajar yang optimal demi kemajuan lembaga/
sekolah.
5
3. Dinas Pendidikan Kabupaten Madiun
Sebagai masukan dalam proses pelaksanaan pembelajaran agar mengikuti,
memperhatikan dan menerapkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini,
sehingga kelemahan pelaksanaan pembelajaran di lapangan dapat
memperbaiki sesuai dengan saran dan rekomendasi penelitian tindakan
kelas.
4. Literatur
Sebagai bahan referensi dan acuan bagi peneliti lain, yang melakukan
penelitian sesuai dengan konteks penelitian yang dilakukan oleh peneliti.
E. Hipotesis Tindakan
1. Berdasarkan pada permasalahan dalam penelitian tindakan yang berjudul
Meningkatkan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam pokok Bahasan
Berperilaku Rendah Hati dalam Kehidupan Sehar-hari pada siswa Kelas II
Sekolah Dasar Negeri Sumberejo 02 Kecamatan Madiun Kabupaten
Madiun Semester I Tahun Pelajaran 2009/2010 yang dilakukan oleh
peneliti, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: “Jika
strategi pembelajaran yang selama ini digunakan guru mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dalam kegiatan belajar mengajar siswa Kelas II
Sekolah Dasar Negeri Sumberejo 02 Kecamatan Madiun Kabupaten
Madiun Semester I Tahun Pelajaran 2009/2010, diganti dengan strategi
pembelajaran berbasis aktivitas, maka dimungkinkan akan peningkatan
motivasi dan prestasi belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam”.
6
F. Ruang Lingkup Penelitian
1. Ruang lingkup penelitian tindakan kelas ini terbatas pada upaya
meningkatkan motivasi belakar siswa Kelas II Sekolah Dasar Negeri
Sumberejo 02 Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun Semester I Tahun
Pelajaran 2009/2010, dengan strategi pembelajaran berbasis aktivitas pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
G. Penegasan Istilah
Beberapa istilah yang harus ditegaskan dalam penelitian ini, agar dalam
pembahasan penelitiab akan mengarah pada uraian yang lebih spesifik sesuai
dengan ruang lingkup penelitian. Diantaranya :
1. Motivasi Belajar
Motivasi belajar dapat diartikan sebagai serangkaian usaha yang muncul
dari dalam diri seseorang, sehingga memiliki semangat untuk melakukan
sesuatu sesuai harapan yang direncanakan.
2. Pengajaran Berbasis Aktivitas
Pengajraan berbasis aktivitas dimaksudkan bahwa pangajaran ini
didasarkan pada kreaktifan siswa salam mengikuti proses belajar mengajar,
sehingga semua siswa beraktivitas sesuai dengan kemamapuannya. Dengan
demikian diharapkan dalam proses belajar mengajar ini didapatkan hasil
belajar yang optimal.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Salah satu fungsi pengajaran adalah memberikan motivasi kepada pihak
yang diajarnya untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan sebaik mungkin secara
efektif dan produktif. Beberapa konsep dan teori yang telah dikemukakan dapat
dijadikan upaya sebagai kerangka acuan dalam mewujudkan berbagai upaya
memberikan motivasi.
A. Prinsip-prinsip Motivasi
Beberapa prinsip motivasi yang dapat dijadikan acuan dalam kegiatan
belajar mengajar antara lain :
1. Prinsip Kompetensi
Yang dimaksud dengan prinsip kompetensi adalah persaingan secara
sehat, baik inter maupun pribadi. Kompetensi inter pribadi atau self
competition adalah kompetisi dalam diri pribadi masing-masing dari tindakan
atau unjuk kerja dalam dimesi tempat dan waktu. Kompetisi antar pribadi
adalah persaingan antara individu yang satu dengan yang lain. Dengan
persaingan secara sehat, dapat ditimbulkan motivasi untuk bertindak secara
lebih baik. Salah satu bentul misalnya :
perlombaan karya tulis, siswa teladan dan sebagainya. Kompetensi juga
dapat dilakukan antar sekolah untuk mendorong siswa melakukan berbagai
upaya unjuk kerja belajar yang baik.
8
2. Prinsip pemacu
Dorongan untuk melakukan berbagai tindakan akan terjadi apabila ada
pemacu tertentu. Pemacu ini dapat beupa informasi, nasehat, amanat,
peringatan, percontohan dan sebagainya. Dalam hal ini motif teratur untuk
mendorong selalu melakukan berbagai tindakan dan unjuk kerja yang
mendorong selalu melakukan berbagai tindakan dan unjuk kerja yang sebaik
mungkin. Hal ini dapat melakukan melalui konsultasi pribadi, nasehat atau
amanat dalam upacara, cetamah keagamaan, bimbingan, pembinaan dan
sebagainya.
3. Prinsip ganjaran dan hukuman
Ganjaran yang diterima oleh seseorang dapat meningkatkan motivasi
untuk melakukan tindakan yang menumbulkan ganjaran itu. Setiap unjuk kerja
yang bai apabila diberikan ganjaran yang memadai, cenderubg akan
meningkatkan motivasi. Misalnya, pemberian hadiah kepada siswa yang
berprestasi. Demikian pula hukuman yang diberian dapat menimbulkan
motivasi untuk tidak lagi melakukan tindakan yang menyebabkan hukuman
itu. Hal yang harus diterapkan secara proposional dan benar-benar dapt
memberikan motivasi.
4. Kejelasan dan kedekatan tujuan
Makin jelas dan makin dekat suatu tujuan, maka akan makn
mendorong seseorang untuk melakukan tindakan. Sehubungan dengan prinsip
ini, maka seyogyanya setiap siswa memahami tujuan belajarnya secara jelas.
Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan penjelasan sesuatu
9
tujuan dari tindakan yang diharapkan. Cara lain adalah dengan membuat
tujuan-tujuan yang masih umum dan jauh menjadi tujuan yang khusus dan
lebih dekat.
5. Pemahaman hasil
Dalam uraian di atas, telah dikemukakan bahwa hasil yang dicapai
seseorang akan merupakan balikan dari yang telah dilakukannya, dan itu
semua dapat memberikan motivasi untuk melakukan tindakan selanjutnya.
Perasaan/ sukses yang ada pada diri seseorang akan mendorongnya untuk
selalu memelihara dan meningkatkan unjuk kerjanya lebih lanjut.
Pengetahuan tentang balikan, mempunyai kaitan erat dengan tingkat
kepuasan yang dicapai. Dalam kaitan ini, para pengajar seyogyanya selalu
memberikan balikan kepada setiap unjuk kerja yang telah dihasilkan oleh
setiap siswa.
Misalnya mengembalikan tugas-tugas yang telah dibuat oleh siswa
dengan nilai dan komentar-komentarnya. Umpan balik ini bermanfaat
untuk mengukur derajat hasil belajar yang telah dihasilkan ntu keperluan
perbaikan dan peningkatan selanjutnya. Para siswa hendaknya selalu
dipupuk memiliki rasa sukses dan terhindar dari berkembangnya rasa gagal.
6. Pengembangan minat
Minat dapt diartikan sebagai rasa senang atau tidak senang adalah
menghadapi suatu obyek. Prinsip dasarnya ialah bahwa motivasi seseorang
10
cenderung akan meningkatkan apabila yang bersangkutan memiliki minat
yangbesar melakukan tindakannya. Dalam hubungan ini motivasi dapat
dilakukan dengan jalan menimbulkan atau mengembangkan minat siswa
dalam melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian siswa akan
memperoleh kepuasan dan unjuk kerja yang baik. Pada gilirannya dapat
menumbuhkan motivasi belajar secara efektif dan produktif.
7. Lingkungan yang konduktif
Lingkungan kerja yang konduktif, baik lingkunga fisik, sosial,
maupun psikologis, dapat menumbuhkan dan mengembangkan motif untuk
bekerja dengan bai dan produktif. Untuk itu dapat diciptakan lingkungan
fisik yang sebaik mungkin, misalnya kebersihan ruangan, tata letak,
fasilitas dan sebagainya, demikian pula lingkingamn sosial psikologis
seperti hubungan antar pribadi, kehidupan kelompok, kepemimpinan,
promosi, bimbingan, kesempatan untuk maju, kekeluargaan dan
sebagainya.
8. Keteladanan
Perilaku pengajar (guru) secara langsung atau tidak langsung
mempunyai pengaruh terhadap siswa baik yang bersifat positif maupun
negative. Perilaku guru dapat meningkatkan motivasi belajar. Sehubungan
dengan itu, maka sangat diharapkan agar perilaku guru dapat menjadi
sumber keteladanan bagi para siswanya. Denga contoh-contoh yang dapat
diteladani, para siswa dapat lebih meningkatkan produktivitas
11
belajar mereka.
B. Motivasi Belajar
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai
dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi
dimulai dari adanya peruabahan energi dalam pribadi. „ Perubahan-perubahan
dalam motivasi timbul dari perubahan-perubahan tertentu di dalam sistem
neuropisiolgis dalam orgenisme manusia, misalnya karena terjadi perubahan
energi yang tidak diketahui.
Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan affective arousal.
Mula-mula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana
emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan yang bermotif. Perubahan
ini mungkin bisa dan mungkin juga tidak, kita hanya dapat melihatnya dalam
perbuatan. Seoarng terlibat dalam suatu diskusi, karena dia merasa tertarik
pada masalah yang dibicarakan maka suaranya akan timbul dan kata-katanya
dengan lancar dan cepat keluar. Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk
mencapai tujuan. Pribadi yang bermotivasi mengadakan respon-respon yang
dituju ke arah suatu tujuan. Respon-respon itu berfungsi mengurangi
ketegangan yang disebabkan oleh perubahan energi dalam dirinya. Setiap
respon meruapakan suatu langkah kea rah mencapai tujuan.
1. Jenis-jenis Motivasi
Berdasarkan pengertian dan analisis tentang motivasi yang telah
dibahas di atas maka pada pokoknya motivasi dapat dibagi menjadi dua
12
jenis : (a) motivasi intrinsic dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik
adalah motivasi yang tercangkup di dalam situasi belajar dan menemui
kebutuhan dan tujuan-tujuan murid. Motivasi ini sering juga disebut
motivasi murni. Motivasi yang sebenarnya yang timbu dalam diri siswa
sendiri, misalnya keinginan untuk mendapat ketrampilan tertentu,
memperoleh informasi dan pengertian, mengembangkan sikap untuk
berhasilnya, menyenangi kehidupan, meyadari sumbangannya terhadap
usaha kelompok, keinginan diterima oleh orang lain dan lain-lain.
Jadi, motivasi ini timbuk tanpa pengaruh dari luar. Mtivasi intrinsik
adalah motivasi yang timbul dalam diri siswa dan berguna dalam siatuasi
belajar yang fungsional. Dalam hal ini pujian atau hadiah atau sejenisnya
tidak siperlukan oleh karena tida akan menyebabkan siswa bekerja atau
belajar untuk mendapatkan pujiaan atau hadiah itu. Seperti dikatakan oleh
Emerson, The reward of a thing well done is to have done it.
Jadi jelaslah, bahwa motivasi intrinsik adalah bersifat riil dan
motivasi sesungguhnya tatu disebuat istilah sound motivation.
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktorfaktor dari luar situasi kelas, seperti angka kredit, ijazah, tingkatan hadiah,
medali pertentangan, dan persaingan yang bersifat negative ialah sarcasm,
ridicule, dan hukuman. Mootivasi ekstrinsik ini tetap diperlukan di sekolah,
sebab pengajaran di sekolah tidak semuannya menarik minat siswa atau
sesuai dengan kebutuhan siswa. Lagi pula sering kali para siswa belum,
13
memahami untuk apa ia belajar hal-hal yang diberikan oleh sekolah.
Karena itu motivasi terhadap pelajaran itu perlu dibangkitkan oleh guru
sehingga para siswa mau dan ingin belajar. Usaha untuk dapat dikerjakan
oleh guru memang banyak, dan karena itu di dalam memotivasi siswa kita
tidak akan menentukan suatu formula tertentu yang dapat digunakan setiap
saat oleh guru.
2. Prinsip-prinsip Motivasi
Prinsip-prisnsip ini disusun atas dasar penelitian yang saksama dalam
rangka mendorong motivasi belajar murid-murid di sekolah yang mengandung
pendangan demokratis dan salam rangka menciptakan self motivation dan self
discipline di kalangan murid-murid. Kenneth H. Hover, mengemukakan
prinsip-prinsip motivasi sebagai berikut:
a. Pujian lebih efektif daripada hukuman
Hukuman bersifat menghentikan suatu perbutana, sedangkan pujian bersifat
menghargai apa yang telah dilakukan. Karena itu pujian lebih besar
nilainya bagi motivasi belajar murid.
b. Semua murid mempunyai kebutuhan-kebutuhab psikologis (yang bersifat
dasar) tertentu yang harus mendapat kepuasan. Kebutuhan-kebutuhan ini
menyatakan diri dalam berbagai bentuk yang berbeda. Murid-murid yang
dapat memenuhi kebuthannya secara efektif melalui kegiatam-kegiatan
belajar hannya memerlukan sedikit banntuan di dalam memotivasi dan
disiplin.
14
c. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif daripada motivasi
yang dipaksakan dari luar. Sebabnya ialah karena kepuasan yang diperoleh
oleh individu itu sesuai dengan ukuran yang ada dalam diri murid sendiri.
d. Terhadap jawaban (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) perlu
dilakukan usaha pemantuaan (reinforcern.ent). apabila sesuatu perbuatan
belajar mencapai tujuan maka terhadap perbuatan itu perlu segera diulang
kembali setelah beberapa menit kemudian, sehingga hasilnya tetap mantap.
Pemantapan itu perlu dilakukan dalam setiap tingkatan pengalaman belajar.
e. Memotivasi itu mudah menjalar atau tersebar terhadap orang lain. Guru
yang berminat tinggidan antusias akan menghasilkan murid-murid yang
juga berminat tnggi dan antusias pula. Demikian murid yang antusias akan
mendorong motivasi murid-murid lainnya.
f. Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang motivasi.
Apabila seseorang telah menyadari tujuan yang hendak dicapai maka
perbuatannya kea rah itu akan lebih besar daya doronganya.
g. Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat
yang lebih besar untuk mengerjakan daripada tugas-tugas itu dipaksakan
oleh guru. Apabila muris diberi kesempatan menemukan masalah sendiri
dan memecahkannya sendiri maka akan mengembangkan motivasi dan
disiplin lebih baik.
15
h. Pujian-pujian yang datangnya dari luar (external reward) kadangkadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang
sebenarnya. Berkat dorongan orang lain, misalnya untuk memperoleh
angka yang tinggi maka akan berusaha lebih giat karena minatnya
menjadi lebih besar.
i. Motivasi yang besar erat hubungannya dengan kreativitas murid.
Dengan teknik mengajar yang tertentu motivasi murid-murid dapat
diajukan kepada kegiatan-kegiatan kreatif. Motivasi yang telah dimiliki
oleh murid apabila diberi semacam penghalang seperti adanya ujian
yang mendadak, peraturan-peraturan sekolah dan lain-lainmaka
kegiatan kreatifnya akan timbul sehingga ia lolos dari penghalang tadi.
Karena itu, prinsip-prinsip penggerakan motivasi belajar sangat
erat hubugannya dengan prinsip-prinsip belajar itu sendiri. Ada beberapa
prinsip belajar dan motivasi yang disampaikan oleh Hamalik (2002), agar
mendapatkan perhatian dari pihak perencana pengajaran khusunya dalam
merencanakan kegiatan belajar mengajar.
Prinsip tersebut dapat digunakan oleh pendidik dalam
mengupayakan peningkatan motivasi peserta didik dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar, sehingga didapatkan prestasi belajar yang
optimal. Diantaranya: (1) Kebermaknaan. Pelajaran akan bermakna bagi
siswa jika guru berusaha menghubungkannya dengan pengalaman masa
lampau, atau pengalaman-pengalaman yang telah mereka miliki
sebelumnya. Sesuatu yang menarik minat dan nilai tertinggi bagi siswa
16
berarti bermakna baginya. Oleh sebab itu guru hendaknya berusaha
menyesuaikan pelajaran dengan minat para siswanya, dengan cara
memberikan kesempatan kepada para siswa berperan serta memilih, (b)
Modelling. Siswa akan suka memperoleh tingkah laku baru bila dilaksanakan
dan ditirunya.
Pelajaran yang akan lebih mudah dihayati dan diterapkan oleh siswa
jika guru mengajarkan dalam bentuk tingkah laku model, bukan hanya
dengan menceramahkan/ menceritakan secara lisan. Dengan mode tingkah
laku itu, siswa dapat mengamati dan menirukan apa yang diinginkan oleh
guru, (c) Komunikasi Terbuka. Siswa lebih suka belajar bila penyajian
terstruktur supaya pesan-pesan guru terbuka terhadap pengawasan siswa, (d)
Prasyarat. Apa yang telah dipelajari oleh siswa sebelumnya mungkin
merupakan faktor penting yang dapat menentukan keberhasilan siswa dalam
belajar. Karena itu hendaknya guru berusaha mengetahui/ mengenali
prsayarat-prasyarat yang telah mereka miliki : Siswa yang berada dalam
kelompok yang berprasyarat akan mudah menagamati hubungan antara
pengetahuan yag sederhana yang telah dimiliki dengan pengetahuan yang
kompleks yang akan dipelajari, (e) Novelty. Siswa akan lebih senang belajar
bila perhatiannya ditarik oleh penyajian-penyajian yang baru (novelty) atau
masih asing, (f) Latihan/ Praktek yang Aktif dan Bermanfaat. Praktek secara
aktif berarti siswa mengerjakan sendiri, bukan mendengarkan ceramah dan
mencatat pada buku tulis, (g) Latihan Terbagi. Siswa lebih senang belajar,
17
jika latihan dibagi-bagi menjadi sejumlah kurun waktu yang pendek. Latihan
yang demikian akan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
dibandingkan dengan latihan yang dilakukan sekaligus dalam jangka waktu
yang panjang, (h) Kurangi secara Sistematik Paksaan Belajar. Siswa perlu
diberikan paksaan atau pemompaan. Akan tetapi bagi siswa yang sudah mulai
menguasai pelajaran, maka secara sistematik pemompaan itu dikurangi dan
akhirnya siswa dapat belajar sendiri, dan (i) Kondisi yang menyenangkan.
Siswa akan lebih senang melanjtkan belajarnya jika kondisi pengajarannya
menyenangkan.
3. Cara Mengaktifkan Motivasi Siswa
Guna dapat menggunakan berbagai cara untuk menggerakan atau
membangkitkan motivasi belajar siswanya, ialah sebagai berikut. (a)
Memberi angka. Umumnya setiap siswa ingin mengetahui hasil pekerjaannya,
yakni berupa angka yang diberikan oleh guru. Murid yang mendapatkan
angkanya baik, akan mendorong motivasi belajarnya menjadi besar,
sebaliknya murid yang mendapat angka kurang, mungkin menimbulkan
frustasi atau dapat juga menjadi pendorong motivasi agar belajar lebih baik,
(b) Pujiaan. Menimbulkan rasa puas dan senang, (c) Hadih. Cara ini dapat
juga dilakukan oleh guru dalam batas-batas tertentu, misalnya pemberian
hadiah hasil belajar pada akhir tahun kepada para siswa yang mendapat atau
menunjukkan hasil belajar yang baik, memberikan hadiah bagi para
18
pemenang sayembara atau pertandingan olahraga, (d) Kerja kelompok.
Dalam kerja kelompok di mana melakukan kerja sama dalam belajar,
setiap anggota kelompok turutnya, kadang-kadang perasaan untuk
mempertahankan nama baik kelompok menjadi pendorong yang kuat
dalam perbuatan belajar, (e) Persaingan. Baik kerja kelompok maupun
persaingan memberikan motif-motif sosial kepada murid. Hanya saja
persaingan individual akan menimbulkan pengaruh yang tidak baik,
seperti : rusaknya hubungan persahabatan, perkelahian, pertentangan,
persaingan antarkelompok belajat, (f) Tujuan dan level of aspi ration.
Dari keluarga akan mendorong kegiatan siswa, (g) Sarkames. Dalam
batas-batas tertentu sarkames dapat mendorong kegiatan belajar demi
nama baiknya, tetapi pihak lain dapat menimbulkan senaliknya, karena
siswa merasa dirinya dihina, sehingga memungkinkan timbulnya
konflik antara siswa dan guru, (h) Penilaian. Penilaian secara
berkesinambungan akan mendorong murid-murid belajar, oleh karena
setiap anak memiliki kecenderungan untuk memperoleh hasil yang baik.
Di samping itu, para siswa selalu mendapatkan tantangan dan masalah
yang harus dihadapi dan dipecahkan, sehingga mendorongnya belajar
lebih teliti dan saksama, (i) Karya wisata dan Ekskursi. Cara ini dapat
mengakibatkan motivasi belajar oleh karena dalam kegiatan ini akan
mendapatkan pengalaman langsung dan bermakna baginya. Selain dari
karena obyek yang akan dikunjungi adalah obyek yang menarik
minatnya. Suasana bebas, lepas dari keterikatan ruangan kelas besar
manfaatnya untuk menghilangkan ketegangan-ketegangan yang ada,
19
sehingga kegiatan belajar mengajar dapat dilakukan lebih
menyenangkan, (f) Film Pendidikan. Setiap siswa merasa senang
menonton film. Gambaran dan isi cerita film lebih menarik perhatian
dan minat siswa dalam belajar. Para siswa mendapat pengalaman baru
yang meruapakan suatu unit cerita yang bermakna, dan (k) Belajar
melalui Radio. Mendengarkan radio lebih menghasilkab daripada
mendengarkan ceramah guru. Radio adalah alat yang penting untuk
mendorong motivasi belajar murid. Kendatipun demikian, radio tidak
mungkkin dapat menggantikan kedudukan guru dalam mengajar. Masih
banyak cara yang dapat digunakan oleh guru untuk membangkitkan dan
memelihara motivasi belajar murid. Namun yang lebih penting ialah
motivasi yang timbul dari dalam diri murid sendiri seperti dorongan
kebutuhan, kesadaran akan bertujuab, dan juga pribadi guru sendiri
merupakan contoh yang dapat merangsang motivasi mereka.
C. Pengajaran Berbasis Aktivitas
Dalam aktivitas pembelajaran di sekolah, guru harus
mengusahakan agar siswa dapat melakukan pengamatan yang efektif agar
memperoleh hasil pembelajaran yang sebaik-baiknya. Dalam mengajar,
hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan
pengamatan yang sebaik-baiknya. Beberapa hal yang dapat dilakukan
guru untuk membantu siswa melakukan pengamatan yang bai dalam
pembelajaran adalah sebagi berikut :
1. Pengamatan akan lenih efektif kepada rangsangan-rangsangan yang
mempunyai struktur dan bentuk yang jelas. Oleh karena itu, hal-hal
20
2. yang akan dipelajari hendaknya mempunyai struktur dan organisasi
yang jelas.
3. Pengamatan kepada sesuatu yang dekat akan lebih berkesan. Oleh
karena itu, siswa diberi banyak kesempatan untuk lebih dekat dengan
hal-hal yang akan dipelajari.
4. Pengamatan di pengaruhi oleh pengalaman sebelumnya. Oleh karena
itu, pada waktu guru mengajar, sebaiknya dimulai dengan
pengalaman-pengalaman siswa.
5. Pengamatan dimulai dengan keseluruhan, baru kemudian kepada
bagian-bagian. Oleh karena itu dalam memberikan bahan yang akan
diajarkan, sebaiknya dimulai dengan keseluruhan, baru kemudian
kepada bagian-bagian yang lebih khusus.
6. Pengamatan dipengaruhi oleh peringkat perkembangan individu. Oleh
karena itu, pengajaran hendaknya disesuaikan dengan peringkat
perkembangan individu, terutama peringkat perkembangan kognitif.
7. Terdapat perbedaan individual dalam pengamatan. Tiap individu
mempunyai macam gaya pengamatan (ada gaya visual, auditif, taktis
dan kinestetik). Oleh karena itu pengajaran hendaknya disesuaikam
dengan gaya pengamatan masing-masing siswa.
Beberapa faktor dapat menimbulkan terjadinya kesalahan atau
kelaianan pengamatan, seperti rangsangan yang kurang jelas, kurangnya
perhatian siswa, pengalaman di masa lampau, kurang baiknya alat indera,
lingkungan yang menganggu dan sebagainya.
Menurut Hamalik (2001) mengatakan bahwa pengajaran yang
21
efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri
atau melakukan aktivitas sendiri. Dalam kemajuan metodologi dewasa ini
asas aktivitas lebih ditonjolkan melalui suatu program unit activity ,
sehingga kegiatan belajar siswa menjadi dasar untuk mencapai tujuan dan
hasil belajar lebih memadai.
Ada beberapa jenis kegiatan yang disampaikan oleh para ahli,
diantaranya: (1) kegiatan-kegiatan visual, (2) kegiatan-kegiatan lisan
(oral), (3) mendengarkan, (4) menulis, (5) menggambar, (6) metric, (7)
mental, dan (8) emosional. Adapun penjabaran macam-macam
kegiatannya adalah sebagai berikut :
1. Kegiatan-kegiatan Visual
Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen,
demontrasi, pameran dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
2. Kegiatan-kegiatan Lisan
Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu
kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan
pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi.
3. Kegiatan-kegiatan Mendengarkan
Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau
diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan dan mendengarkan
radio.
4. Kegaiatan-kegiatan Manulis
Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan
22
kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisi angket.
5. Kegiatan-kegiatan Menggambar
Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta dan pola.
6. Kegiatan-kegiatan Metrik
Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanajan pameran,
membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun.
7. Kegiatan-kegiatan Mental
Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis,
faktor-faktor, melihat, hubungan-hubungan dan membuat keputusan.
8. Kegiatan-kegiatan Emosional
Minat, membedakan, berani, tenag dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan
dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan dan ovelap
satu sama lain.
Dari beberapa macam aktivitas tersebut menunjukkan bahwa
dalam kegiatan pengajaran, aktivitas siswa sangat siperlukan dalam
memenuhi tujuan pengajaran. Sehingga dalam suatu kegiatan
pembelajaran, aktivitas siswa harus disesuaikan dengan materi
pengajaran yang disampaikan oleh guruuu atau masalah yang sedang
dibahas.
D. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Kurikulum Pendidikan Agama Islam perlu memberikan
pengalaman belajar yang membantu siswa memehuni kebutuhan pribadi.,
sosial, lingkungan dan ekonomi. Pengalaman belajar dalam kurikulum
Pendidikan Agama Islam membantu siswa untuk: (1) menjalani
23
kehidupan sehari-hari secara efektif, (2) memahami dunianya dan hal-hal
yang mempengaruhinya, (3) memanfaatkan kesempatan untuk
mengembangkan kemampuan berfikir kreatif, flesibel dan inovatif, (4)
mengembangkan pengertian tentang produk teknologi, (6) memahami
bahwa karir dalam ilmu pengetahuan dan teknologi cocok bagu pria dan
wanita, (7) membuat, penilaian tentang isu-isu yang berkenaan dengan
lingkungan alam dan buatan, (8) bertanggungjawab terhadap perbaikan
kualitas lingkungan, (9) memberikan pemecahan pada dilemma moral
sehubungan dengan isu-isu ilmu pengetahuan dan teknologi, dan (10)
menyiapkan diri untuk studi pada tingkatan yang lebih lanjut.
Kurikulum Pendidikan Agama Islam harus memberikan pengalaman belajar
yang melibatkan siswa pada proses dan produk dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi. Pendekatan ayng dipakai dalam kurikulum diharapkan akan
mendorong siswa menjadi pelajar yang aktif dan fleksibel. Secara khusus
pendekatan ini akan : (1) memperhatikan perbedaan individu siswa, (2)
memberikan kesempatan yang sama kepada semua siswa untuk mempelajari
konsep-konsep esensial, (3) membekali siswa dengan ketrampilan untuk
memahami dunia melalui penyelidiki, dan (4) membekali siswa dengann
ketrampilan baik untuk memilih alat-alat yang sesuai maupun bahan-bahan
yang diperlukan.
24
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan dan jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti
adalah penelitian tindakan. Menurut Waseso (1994) penelotoan tindakan
merupakan proses daur ulang, mulai tahap perencanaan, pelaksanan
tindakan dan pemantauan, refleksi yang mungkin diikuti dengan
perencanaan ulang.
Penelitian tindakan bertujuan mengembangkan ketrampilanketrampilan baru atau cara pendekatan baru untuk memecahkan masalah
dengan penerapan langsung di dunia factual (Zuriah, 2003).
Carr dan Kemmis (1986), mengatakan bahwa penelitian tindakan
adalah suatu bentuk penelahaan inquiry melalui refleksi diri yan
dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosal,
untuk memperbaiki rasionalisme dan kebeneran serta keabsahan.
B. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dalam kegiatan penelitian ini lebih tepat bila
dimaksudkan dalam kegiatan peran serta. Sebab peneliti dalam penelitian
ini tergolong pada penelitian tindakan partisipan. Zuriah ( 2003)
mengatakan bahwa orang yang akan melakukan penelitian tindakan
haruslah terlibat dalam proses penelitian dari awal. Untuk itu peneliti
harus melakukan pengamatan berperan serta dalam penelitian ini.
25
Spradley (1980) membagi tiga tahap pengamtan berperan serta
dalam penelitian kualitatif, diantaranya; (a) Dimulai dari pengamtanpengamatan yang bersifat memeriksa (descriptive observations) secara
luas, dengan meukiskan situasi social secara umum yang ada di lokasi
penelitian, (b) kemudian dilanjutkan dengan pengamatan-pengamatan
yang lebih terfokus (focused observation) untuk menemukan kategorikategori uatama tentang focus penelitian, dan (c) setelah itu diadakan
pengamatan-pengamatan yang bersifat selektif (selective observation)
untuk menemukan kategori-kategori yang lebih rinci tentang sub-sub
focus penelitian.
C. Lokasi Penelitian
1. Lokasi penelitian tindakan ini adalah Sekolah Dasar Negeri Sumberejo 02
Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun Semester I Tahun Pelajaran
2009/2010. sedangkan subyek dalam penelitian ini ditentukan berdasarka
pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut adalah faktor
perbedaan kemampuan belajar antara siswa, dan kondisi lingkungan
lokasi penelitian. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas II Seolah Dasar
Negeri Sumberejo 02 Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun Semester I
Tahun Pelajaran 2009/2010.
D. Sumber Data
1. Sumber data yang dimaksudkan adalah manusia dan non manusia.
Sumber data manusia dalam penelitian ini adalah Guru Kelas II
Seolah Dasar Negeri Sumberejo 02 Kecamatan Madiun Kabupaten
Madiun Semester I Tahun Pelajaran 2009/2010.
26
Sedangkan sumber data non manusia berupa dokumentasi hasil
pengamatan dan catatan observasi peneliti, hasil evaluasi belajar, dan
dokumen yang relevan dengan ruang lingkup penelitian.
E. Prosedur Pengumpulan Data
Penggunaan prosedur pengumpulan data yang tepat dapat
diperoleh data yang obyetif dalam kegiatan penelitian. Beberapa teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan ini
diantaranya:
1. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian
(Zuriah,2003). Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap
objek di tempat atau langsungnya peristiwa.
Ada dua jenis observasi yang dilakukan, diantaranya: (a)
Observasi langsung, yaitu observasi yang dilakukan dimana observer
berada bersama obyek yang diselidiki, dan (b) Observasi tidak
langsung, yaitu observasi atau pengamatan yang dilakukan tidak pada
saat berlangsungnya suatu perstiwa yang diteliti. Dengan
menggunakan teknik ini, melakukan catatan terhadap hasil observasi
dengan menggunakan daftar cek (chek list).
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu prosedur terpenting untuk
mengumulkan data dalam penelitian kualitatif, sebab banyak
27
informasi yang diperoleh peneliti melalui wawancara. Menurut Arifin
(1998) yang dimaksud dengan wawancara adalah suatu percakapan
yang bertujuan memperoleh konstruksi yang terjadi sekarang tentang
orang, kejadian, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasu, pengakuan,
kerisauan dan sebagainya. Menurut Lincoln dan Guba yang dikutip
oleh Moleong (2000), maksud mengadakan wawancata antara lain
untuk mengkontruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan organisasi,
perasaan, motivasi, tuntutan kepedulian dan lain-lain.
Wawancara dilakukan peneliti untuk memperoleh data sesuai
dengan kenyataan pada saat peneliti melakukan wawancara.
Wawancara dalam penelitiab ini ditunjukkan kepada siswa Kelas II II
Seolah Dasar Negeri Sumberejo 02 Kecamatan Madiun Kabupaten
Madiun Semester I Tahun Pelajaran 2009/2010.
Wawancara dalam penelitian ini menggunakan jenis
wawancara mendalam yang tidak berstruktur. Sebab dalam
wawancara tidak terstruktur akan diperoleh informasi sebanyakbanyaknya yang rahasia, dan sensirif sifatnya sekalipun serta
memungkinkan sekali dicatat semua respons efektif informan yang
tampak selama wawancara berlangsung (Bafadal, 1994).
Namun dalam pelaksanaan wawancara tersebut tetap mengacu
pada Guba dan Lincoln (Bafadal, 1994) bahwa sebelum melakukan
wawancara terlebih dahulu disusun garis-garis besar pertanyaan yang
disampaikan kepada infoeman berdasarkan ruang lingkup penelitian.
28
3. Dokumentasi
Menurut Zuriah (2003) teknik ini adalah cara mengumpulkan
data melalui peninggalan tertuli, terutama berupa arsip-arsip dan
termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hokumhukum lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.
Guba dan Licoln (1981) mengatakan bahwa dokumen dan
record dapat digunakan untuk keperluan penelitian karena: (1)
meruapakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong, (2) berguna
sebagai bukti untuk suatu pengujian, (3) sifatnya alamiah sesuai
dengan konteks, (4) hasil pengkajian akan membuka kesempatan
untuk lebih memperluas pengetahuan yang diselidiki.
F. Analisis Data
Analisis data merupakan proses mencari dan mengatur secara
sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan lain
yang telah dihimpun oleh peneliti. Pekerjaan analisis meliputi kegiatan
mengerjakan data, menata, membagi menjadi satuan-satuan yang dapat
dikelola, mensistesiskannya, mencari pola, menemukan apa yang penting
dan apa yang akan peneliti laporkan (Bogdan dan Biklen, 1982).
Miles dan Hubermen (1984) mengatakan analisis data perlu
dilakukan secara terus menerus selama penelitian berlangsung.
Selanjutnya Nasution (1988) mengatakan bahwa analisis data adalah
proses menyusun, mengkategorikan data, mencari pola atau tema dengan
maksud untuk memahami maknanya.
29
Moleong (1995:103) mengemukakan, “analisis data adalah proses
pengoranisasian dan pengurutan data ke dalam pola, kategori dan satuan
uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema seperti yang disarankan oleh
data”. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis deskritif. Dengan maksud bahwa penelitian deskriptif dirancang
untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian
dilakukan. Setelah data hasil penelitian terkumpul maka, selanjutnya data
tersebut disusun sistematis. Dengan cara diorganisir, kemudian dikerjakan
yang akhirnya data tersebut diungkap permasalahan yang penting sesuai
dengan topik yang sesuai dengan permasalahan.
Selanjutnya Miles dan Hubermen (1984) menerpakan tiga alur
kegiatan dalam analisis deskriptif yang menjadi datu kesatuan yang tak
dapat terpisahkan, yaitu : (1) Reduksi data, pada teknik ini peneliti
melakukan proses pemilahan, pemusatan perhatian untuk
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data mentah atau data
kasar yang muncul dari catatan-catatan di lapangan, (2) Penyajian data,
teknik ini memaparkan hasil temuan secara narasi, dan (3) Penarikan
kesimpulan atau verfckas, teknik ini peneliti berusaha agar dapat
menggambarkan kerepresentatifan suatu peristiwa, kejadian atau suatu
subjek.
Dalam kegiatan analisis tersebut, akan didapatkan dua jenis data
yaitu, data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa hasil
observasi yang dilakukan pada setiap tahap kegiatan, dan data kuantitatif
berupa hasil belajar atau prestasi belajar yang didapatkan oleh siswa
30
dalam melakukan proses pembelajaran dengan strategi pembelajaran
berbasis aktivitas.
Teknik analisis data dalam penelitan ini, adalah analisis data
kualitatif yang bersifat linear (mengalir) maupun bersifat sirkuler.
Adapun teknik analisis data yang dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut: (1) menelaah seluruh data yang telah dikumpulan.
Penelahaan dilakukan dengan cara menganalisis, mensisteis, memaknai,
menerangkan, dan menyimpulkan. Kegiatan penelaahan pada prinsipnya
dilaksanakan sejak awal data dikumpulkan, (2) mereduksi data yang
didalamnya melibatkan kagiatan mengkategorikan dan pengklasifikasian,
dan (3) menyimpulkan dan memverifikasi. Dari kegiatan reduksi
selanjutnya dilakukan penyimpulan terakhir dan selanjutnya diikuti
kegiatan verifikasi atau pengujian terhadap temuan penelitian.
G. Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data ini dilakukan peneliti dalam penelitian
ini adalah dengan cara mencek ulang atau cross cek hasil data penelitian
yang dihasilkan dengan uji ulang ke lapangan atau lokasi penelitian
dengan cara memperpanjang waktu observasi yang mendalam. Keabsahan
data dapat diungkapkan dengan, (1) data apa yang masih perlu dicari, (2)
pertanyaan apa yang harus dijawab, (3) metode apa yang harus diperbaiki.
Keabsahan data meripakan konsep penting dalam membuktikan keahlian
(validitas) dan keandalan (reliabilitas) sutu hasil penelitian. Dalam
31
penelitian tindakan ini, untuk mengecek data yang diperoleh maka, ada
beberapa langkah yang dilakukan oleh peneliti. Diantaranya :
1. Perpanjang siklus kegiatan penelitian
Dalam kegiatan penelitian tindakan ini, agar didapatkan hasil
penelitian yang optimal dan mendekati keabsahan data hasil
penelitian, maka langkah peneliti melakukan kegiatan ini, dalam
upaya meningkatkan dan membuktikan keabsahan data yang
diperoleh.
2. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan peneliti dalam kegiatan pengamtaan, akan
membantu peneliti dalam memperoleh data penelitian yang valid dan
reliable. „Ketekunan peneliti dalam penelitian ini ditunjukkan pada
kehadiran peneliti pada setiap kegiatan penelitian tindakan.
3. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu utuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Ada empat
macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan keabsahan data
penelitian diantaranya:
a. Sumber
Sumber berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu
dan alat yang berbeda dalam kualitatif, dengan jalan
membandingkan data hasil dari: (a) pengamatan dengan data hasil
32
wawancara (2) apa yang dikatakan di depan umum dan pribadi, (3)
apa yang dikatakan dalam situasi penelitan dengan sepanjang
waktu, (4) pendapat beberpa orang berdasarkan tingkat
pendidikan, dan (5) wawancara dengan isi suatu dokumen.
b. Metode
Ada dua strategi dalam pengecekan derajat kepercayaan,
(1) hasil penemuan dengan teknik pengumpulan data, dan (2)
beberapa sumber data dengan metode yang sama.
c. Penyidik
Memanfaatkan peneliti dengan pengamat lainnya untu
keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.
d. Teori
Melaporkan hasil penelitian disertai dengan penjelasan
sebagaimana dikemukakan dalam meningkatkan derajat
kepercayaan data yang diperoleh.
H. Tahap-tahap Penelitian
Tindakan penelitian yang direncanakan dalam penelitab tindakan
ini adalah sebagai berikut: (1) Menetapkan indicator desain pembelejaran
Berbasis Aktivitas yang digunakan dalam proses belajar mengajar, (2)
menyusun strategi penyampaian dan pengelolaan pengajaran dengan
pembelajarn Berbasis Aktivitas yang meliputi: merancang dan menyusun
bahan ajar, merancang satuan pelajaran yang digunakan dalam kegaitan
proses belajar mengajar, (3) Menyusun metode dan alat perekam data
33
yang terdiri atas catatan lapangan, pedoman observasi, pedoman analisis,
dan catatan harian, dan (4) Menyusun perencanaan teknik pengolahan
data didasarkan pada model analisis dan kualitatif.
Berkaitan dengan tindakan penelitian, maka diperlukan suatu langkahlangkah penelitian, agar dalam pelaksanaan penelitian dapat terprogram
dengan baik. Menurut Zuria (2003) mengatakan bahwa penelitian
tindakan direncanakan melalui beberapa tahap perncanaan, diataran ya: (1)
refleksi awal, (2) peneliti merumuskan permasalahan secara operasional,
(3) peneliti merumuskan hipotesis tindakan, dan (4) menetakan dan
merumuskan rancangan tindakan.
1. Tahap 1. Refleksi
Merupaan fase refleksi awal yang berarti melakukan refleksi
terhadap situasi yang sebebrnya, setelah merumuskan tema penelitian.
2. Tahap 2. Perencanaan
Merupakan fase perencanaan yang dilakukan setelah melakukan fase
pertama, perlu mereview analisis awal yang harus dilakukan, tentang
strategi pembelajaran Berbasis Aktivitas dalam kegiatan belajar mengajar
pada siswa Kelas II II Seolah Dasar Negeri Sumberejo 02 Kecamatan
Madiun Kabupaten Madiun Semester I Tahun Pelajaran 2009/2010. dalam
tahap ini diharapkan (a) dapat menterjemahkan gambaran yang jelas
tentang strategi pembelejaran Berbasis Aktivitas dalam proses belajar
mengajar, dan alas an pemilihan tema tersebut, (b) draf kerja tindakan tiap
individu dan kelompok, (c) gambaran tentang pihak yang terlibat, 9d)
garis besar rencana program kerja (time schedule), (e) memonitor
34
perubahan saat penelitian berlangsung, dan (gambaran awal tentang
efisiensi data yang terkumpul). Tahap ini memastikab bahwa siswa Kelas
II II Seolah Dasar Negeri Sumberejo 02 Kecamatan Madiun Kabupaten
Madiun Semester I Tahun Pelajaran 2009/2010 dijadikan sebagai obyek
penelitian dengan permasalahan yang akan di bahas oleh peneliti.
3. Tahap 3. Tindakan Observasi
Tahap iimerupakan tahap penjabaran rencana ke dalam tindakan dan
mengamati jalannya tindakan. Menurut Nasution (1988) yang dimaksud
dengan observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan selama di
lapangan, peneliti berusah berinteraksi dengan subyek secara aktif, sebab
observasi adalah kegiatan selektif dari suatu proses aktif. Dimaksudkan
untuk mengetahui keadaan obyek penelitian sebelum peneliti melakukan
penelitian sesuai kenyataan yang ada.
4. Tahap 4. Refleksi Akhir
Tahap ini terdiri dari: (a) menganalisis, (b) melakukan sintesis, (c)
memberikan makna, (d) eksplanasi, dan (e) membuat simpulan.
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Peneitian
1. Paparan Data
Paparan data dalam pembahasan penelitian tindakan (action
research) ini pada dasarnya menjabarkan tentang upaya peningkatan
motivasi belajar siswa dalam kegiatan belajar melalui kegiatan
pembelajaran berbasis aktivitas. Ada beberapa hal cara meningkatkan
keterlibatan siswa dalam upaya peningkatan aktivitas belajar, diantaranya:
(1) guru diharapkan dapat mengenal dan membantu anak-anak yang
kuranng terlibat. Selidiki apa yang menyebabkannya dan usaha apa yang
bisa dilakukan untuk meningkatkan partisipasi anak tersebut, (2) guru
harus menyiapkan siswa secara tepat, dan (3) sesuaikan pengajaran
dengan kebutuhan-kebutuhan individual siswa.
Berikut ini akan peneliti jabarkan hasil penelitian tindakan
berdasarkan siklus-siklus kegitan. Diantaranya :
a. Kegiatan Siklus I
Setelah kegiatan belajar mengajar dalam serangkaian kegiatan
penelitian dilaksanakan, selanjutnya peneliti akan memaparkan hasil
kegiatan pembelajaran siswa Kelas II Seolah Dasar Negeri Sumberejo
02 Kec. Madiun Kabupaten Madiun Semester I Tahun Pelajaran
2009/2010, berkaitan dengan upaya peningkatan
36
motivasi belajar siswa dengan strategi pembelajaran berbasis
aktifitasi. Adapun secara rinci akan dipaparkan dari hasil observasi
dan catatan penelitian tentang aktivitasi belajar, motivasi belajar, dan
prestasi belajar siswa Kelas II II Seolah Dasar Negeri Sumberejo 02
Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun Semester I Tahun Pelajaran
2009/2010.
Tabel 4.1
Distribusi Hasil Belajar Secara Prosentase Dari Siswa Kelas II II
Seolah Dasar Negeri Sumberejo 02 Kecamatan Madiun Kabupaten
Madiun Semester I Tahun Pelajaran 2009/2010
NO NAMA SISWA
HASIL
BELAJAR
1 AMANDA ALDI 6
2 DEVI NOVITA SARI 7
3 FAJAR YUSU A. 7
4 MUHAMMAD YUDA P. 7
5 SITI BADRIYAH 6
6 AHMAD SARONI 6
7 ANDIKA DWI YANUARI 8
8 BAGUS SETYO N. 9
9 DESI FITRI CAHYANI 6
10 ERA SUBEKTI 7
11 FRIDA AMBARSARI 5
12 GHOFUR SURYA R. 8
13 NURSITA FERNANDO 6
14 PUTRA FEBRI A. 6
15 REZA WAHYU F. 6
16 RIFQAH BILQIS K. 7
17 TANTRI NAVELIA 7
18 WINDU PRIYAMBODO 7
37
19 YULIA AYU SAFITRI 6
20 YUSMITA INDRASTUTI 8
21 NOVITA PUTRI 6
22 VIVI LOVITA SAHRI 7
23 KONOKATUL AZIZAH 7
24 ALGI SUPYANDI 6
Berdasarkan data dari hasil evaluasi kegiatan yang
dilakukan oleh peneliti, dapat didistribusikan data hasil belajar
tersebut dalam kegiatan pada siklus I. Data tersebut didistribusikan
berdasarkan perolehan hasil evaluasi belajar setiap individu
setelah melakukan serangkaian kegiatan belajar mengejar dengan
strategi pembelajaran berbasis aktivitas. Adapun data yang
diperoleh sebagai berikut:
Tabel 4.1
Distribusi Hasil Belajar Secara Prosentase Dari Siswa Kelas II
SDN Sumberejo 02 Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun
Tahun Pelajaran 2009/2010
No Nilai Frekwensi % Frekwensi
Kategori
Motivasi
1 10 0 0.00% Sangat Tinggi
2 9 1 4.16% Tinggi
3 8 3 12.5% Cukup Tinggi
4 7 9 37.5% Sedang
5 6 10 25. % Cukup
6 9 1 4.16% Kurang
Total 24 100%
38
Dari frekwensi data tersebut diketahui kategori kurang
dalam prestasi belajar adalah nilai 5 dengan frekuensi 1 dan
prosentase 4.17%, kategori nilai sedang adalah nilai 6 dengan
frekuensi 12 dan prosentase 50.00%, sedangkan kategori hasil
belajar sukup adalah nilai 7 dengan frekuensi 7 dan prosentase
29.17%, nilai cukup baik adalah 8 dengan frekuensi 4 dan
prosentase 16.67%, nilai sangat baik adalah 10 dengan frekuensi 0
dan prosenntase 0%.
Berdasarkan pada kegiatan siklus I tersebut, peneliti
melakukan refleksi dari hasil kegiatan tersebut. Berdasarkan pada
observasi pada siklus I didapatkan temuan sebagai berikut: (1)
terlihat ada peningkatan motivasi siswa dalam mengikuti kegiatan
belajar mengajar dibandingkan dengan kegiatan belajar mengajar
sebelumnya (menggunakan strategi tradisional), (2) beberapa
siswa cepat dalam mempelajari materi yang disampaikan oleh
guru, (3) beberapa siswa sudah ada keberanian dalam
menyampaikan pendapat, dan (4) kegiatan diskusi sudah terkesan
hidup dan berjalan, tetapi masih didominasi oleh siswa yang
pandai.
Selanjutnya untuk membuktikan keefektifan penggunaan
pembelajaran berbasis aktivitas dalam kegiatan belajar mengajar,
selanjutnya strategi pembelajaran ini ditindaklanjuti pada kegiatan
siklus berikutnya.
39
Berdasarkan data pengamatan dan observasi peneliti
selama kegiatan penelitian tindakan, dapat diperoleh dan aktivitas
siswa dalam kegiatan belajar mengajar siswa dalam aktivitas siswa
dalam kegiatan belajar dengan pendekatan berbasis aktivitas
menunjukkan ada peningkatan dibandingkan dengan strategi yang
digunakan oleh guru sebelumnya. Hal ini dapat dilihat data yang
didapatkan oleh peneliti dan hasil belajar siswa dalam kegiatan
belajar mengajar, menunjukkan motivasi belajar siswa mulai
meningkat.
b. Kegiatan Siklus 2
Kegiatan pada siklus 2, pada dasarnya sama dengan apa yang
dilakukan oleh peneliti dalam kegiatan belajar mengajar yang
dilakukan pada siklus I ini, yaitu dilaksanakan selama dua kali
pertemuan 2 x 40 menit. Adapun hasil dari kegiatan belajar mengajar
pada kegiatan siklus 2 ini, secara rinci akan dipaparkan sebagai
berikut di bawah ini.
Tabel 4.3
Distribusi Hasil Belajar Secara Prosentase Dari Siswa Kelas II
SDN Sumberejo 02 Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun
Tahun Pelajaran 2009/2010
NO NAMA SISWA
HASIL
BELAJAR
1 AMANDA ALDI 6
2 DEVI NOVITA SARI 7
3 FAJAR YUSU A. 7
40
4 MUHAMMAD YUDA P. 7
5 SITI BADRIYAH 6
6 AHMAD SARONI 6
7 ANDIKA DWI YANUARI 8
8 BAGUS SETYO N. 9
9 DESI FITRI CAHYANI 6
10 ERA SUBEKTI 7
11 FRIDA AMBARSARI 5
12 GHOFUR SURYA R. 8
13 NURSITA FERNANDO 6
14 PUTRA FEBRI A. 6
15 REZA WAHYU F. 6
16 RIFQAH BILQIS K. 7
17 TANTRI NAVELIA 7
18 WINDU PRIYAMBODO 7
19 YULIA AYU SAFITRI 6
20 YUSMITA INDRASTUTI 8
21 NOVITA PUTRI 6
22 VIVI LOVITA SAHRI 7
23 KONOKATUL AZIZAH 7
24 ALGI SUPYANDI 6
Data tersebut didistribusikan berdasarkan hasil evaluasi
belajar setiap individu setelah melakukan serangkaian kegiatan
belajar mengajar dengan strategi pembelajaran berbasis aktivitas.
Adapun data yang diperoleh sebagai berikut:
41
Tabel 4.4
Distribusi Hasil Belajar Secara Prosentase Dari Siswa Kelas II
SDN Sumberejo 02 Kecamatan Madiun Kabupaten Madiun
Tahun Pelajaran 2009/2010
No Nilai Frekwensi % Frekwensi
Kategori
Motivasi
1 10 1 4.17% Sangat Tinggi
2 9 4 16.67% Tinggi
3 8 10 41.17% Cukup Tinggi
4 7 8 33.33% Sedang
5 6 1 4.17. % Cukup
6 5 0 0.00% Kurang
Total 24 100%
dari frekuensi data tersebut diketahui kategori kurang dalam
prestasi belajar adalah nilai 5 dengan frekuensi 0 dan prosentase 0%,
kategori nilai sedang adalah nilai 6 dengan frekuensi 1 dan prosentase
4.17%, sedangkan kategori hasil belajar cukup adalah 7 dengan frekuensi
10 dan prosentase 33.33%, nilai cukup baik adalah 8 dengan frekuensi 10
dan prosentase 41.17%, nilai baik adalah 9 dengan frekuensi 4 dengan
prosentase 4.17%, dan nilai sangat baik adalah 10 dengan frekuensi 1 dan
prosentase 4.17%.
Berdasarkan pada kegiatan siklus 2 tersebut, peneliti melakukan
refleksi dari hasil kegiatan penelitian sebagai berikut: (1) terlihat ada
peningkatan motivasi dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar
dibandingkan dengan kegiatan belajar mengajar sebelumnya
(menggunakan strategi tradisional), (2) beberapa siswa cepat dalam
42
memperlajari materi yang disampaikan oleh guru, (3) beberapa siswa
sudah ada keberanian dalam menyampaikan pendapat, (4) kegiatan
diskusi sudah terkesan hidup dan berjalan, tidak lagi didominasi oleh
siswa yang pandai.
Berdasarkan data pengamatan dan observasi peneliti selama
kegiatan penelitian tindakan, dapat diperoleh data aktivitas siswa dalam
kegiatan belajar mengajar siswa dalam kegiatan belajar dengan
pendekatan berbasis aktivitas menunjukkan ada peningkatan
dibandingkan dengan strategi yang digunakan oleh guru sebelumnya. Hal
ini dapat dilihat data yang
1
didapatkan oleh peneliti dan hasil belajar
siswa mulai meningkat.
Berdasarkan distribusi peningkatan keaktifan siswa dalam
mengikuti kegiatan belajar tersebut menunjukkan hasil belajar yang
meliputi aktivitas, motivasi dan prestasi belajar siswa semakin meningkat
dengan strategi pembelajaran berbasis aktivitas. Sebab dengan
pembelajaran berbasis aktivitas, semua siswa dapat melakukan aktivitas
dalam kegiatan belajar secara penuh dalam upaya peningkatan tujuan
pembelajaran yang optimal.
2. Refeleksi
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau
berpikir ke belakang tenatng apa yang sudah dilakukan dimasa lalu.
Refleksi merupakan gambaran terhadap kegiatan atau pengetahuan yang
baru sja diterima. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas
43
atau pengetahuan yang baru di terima. Refleksi yang dilakukan oleh
peneliti dan praktisi dalam penelitian ini adalah dengan cara
mendiskusikan hasil kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini.
Kegiatan tersebut meliputi: (a) analisis, (b) sintesis, (c) pemaknaan, (d)
penjelasan, dan (e) penyimpun data dan informasi yang dikumpulkan.
Berdasarkan paparan data tersebut, maka dapat penelitian tindakan
ini dapat direfleksikan sebagai berikut: (a) strategi pemebelajaran dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis aktivitas mampu
membuat siswa dapat melakukan aktivitas belajar sesuai dengan
kemampuannya, sehingga akan berdampak pada hasil belajarnya,
sehingga didapatkan belajar yang optimal, (b) strategi pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis aktifitas
berdampak positif terhadap upaya peningkatan motivasi belajar siswa
Kelas II SDN Sumberejo 02 Kec. Madiun Kabupaten Madiun Tahun
Pelajaran 2009/2010 dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam, (c) karena penggunaan strategi pembelajaran
berbasis aktifitas dapat meningkatkan aktivitas dan motivasi belajar siswa,
maka otomatis, pennggunaan strategi pembelajaran ini, akan berdampak
positif terhadap prestasi belajar yang diperoleh siswa, (d) strategi
pembelajaran aktivitas ini dapat diaplikasikan ke dalam kegiatan belajar
mengajar semua bidang studi, dan (e) namun yang perlu dicatat, bahwa
penggunaan strategi belajar, harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi
siswa, baik itu lingkungan, maupun kemampuan masing-masing individu.
44
B. Pembahasan
Implementasi strategi pembelajaran berbasis aktivitas yang digunakan
dalam kegiatan belajar mengajar siswa Kelas II SDN Sumberejo 02 Kec.
Madiun Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2009/2010, ternyata lebih afaktif
dalam meningkatkan dan memumbuhkan aktivitas, motivasi dan prestasi
belajar siswa. Beberapa alas an penggunaan strategi pembelajaran berbasis
aktivitas dalam kegiatan belajar dengan pendekatan berbasis aktivitas
digunakan dalam pengajaran di SD Negeri Sumberejo 02 Kecamatan Madiun
Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2009/2010 dimaksud untuk :
1. Meningkatan Motivas Belajar Siswa
Ada dua prinsip cara memandang motivasi, (1) motivasi
dipandang sebagai proses, dan (2) menentukan karakter proses ini dengan
melihat petunjuk-petunjuk dari tingkah lakunya. Dari beberapa pendapat
tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan dorongan yang
dating dari dalam pribadi seseorang (instrinsik) ataupun dating dari luar
pribadi (ekstrinsik) untuk mencapai tujuan sesuai dengan keinginan
pribadinya. Motivasi belajar siswa dalam pembelajaran berbasis aktivitas
mulai nampak ditunjukkan siswa dalam mengikuti kegitan belajar.
Berdasarkan pengamatan peneliti, beberapa siswa mulai antusias dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar yang disampaikan oleh guru.
Pendekatan pembelajaran aktivitas diharapkan hasil belajar siswa
45
mengalami peningkatan yang bebrarti, sebab dalam proses belajar sesuai
dengan kemampuan. Sehingga hal tersebut lebih membuat siswa menjadi
termotivasi dalam belajar. Selama ini pendekatan yang digunakan dalam
belajar hanya konvensional saja.
Temuan tersebut, senada dengan apa yang dikemukakan oleh
Hamalik (2002), yang menyebutkan bahwa siswa lebih senang belajar jika
mengambil bagian yang aktif berarti siswa mengerjakan sendiri,
beraktivitas, bukan mendengarkan ceramah atau mencatat. Pengajaran
hendaknya disesuaikan dengan prinsip sebagai berikut: (1) usahakan agar
siswa sebannyak mungkin menjawab pertanyaan-pertanyaan atau
memberikan respon terhadap pertanyaan guru, sedangkan siswa lainnya
menulis jawaban dan menanggapi lisan, (2) mintalah agar siswa
menyusun dan menata kembali informasi yang diperolehnya dari bacaan,
dan (3) sediakan laboratorium dan situasi praktek lapangan berdasarkan
tujuan pengajaran yang dirumuskan sebelumnya.
Dan pendapat tersebut di atas menunjukkan bahwa pendekatan
pembelajaran berbasis aktivitas merupakan strategi yang memungkinkan
untuk membuat siswa aktif dalam belajar dapat diperoleh secara optimal.
46
2. Meningkatkan Prestasi Siswa
Berkaitan dengan usaha meningkatkan prestasi belajar, belajar
Akan lebih mudah dan dapat disakan bila belajar tersebut mengetahui
hasil yang diperoleh. Kalau belajar berarti perubahan-perubahan yang
terjadi pada individu, maka perubahan-perubahan itu harus dapat diamati
dan dinilai. Hasil dari pengamatan dan penilaian inilah umumnya
diwuhudkan dalam bentuk prestasi belajar. Dalam penelitian tindakan ini,
yang dimaksudkan dengan prestasi belajar adalah hasil belajar yang
dicapai dalam bentuk angka atau nilai pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam siswa. Semakin tinggi nilai yang dihasilkan, maka semakin
baik prestasi belajar yang didapatkan.
3. Inovasi dalam Strategi Pengajaran
Melakukan inovasi dalam menggunakan strategi belajar merupakan syarat
mutlak yang harus dilakukan oleh guru. Strategi pembelajaran berbasis
aktivitas adalah sebagian dari strategi yag ditawarkan dalam proses
belajar mengajar, (a) meningkatkan kreativitas siswa dalam memecahkan
masalah. Banyak ahli yang mendeskrpsikan kreativitas sebagai berpikir
kratif atau pemecahan masalah, (b) berpikir kreatif sebagai proses
penyadaran (sensing) adanya gap, gangguan atau unsure-unsur yang
keliru (perkeliruan), pembentukan gagasan-gagasan atau hipotesis,
pengujian kembali atau perbaikan hipotesis, pengkomunikasian hasilhasil, mungkin juga pengujian kembali atau perbaikan hipotesis, dan (c)
kreativitas merupakan bentuk pemecahan masalah yang melibatkan
47
Intuitive leaps, atau suatu kombinasi gagasan-gagasan yang bersumber
dari berbagai bidang pengetahuan yang terpisah secara luas.
Pandangan tersebut pada dasarnya sependapat bahwa kreativitas
merupakan suatu bentuk dan proses pemecahan suatu masalah. Para siswa
dibimbing agar memiliki kemampuan memecahkan masalah. Karena itu,
melalui proses belajar tertentu, diupayakan tercapainya tujuan-tujuan
tersebut. Guru perlu menyediakan kondisi-kondisi belajar yang
memungkinkan terjadinya penambahan aspek keluwesan, keaslian, dan
kuantitas dari abilite kreativitas yang dimiliki oleh siswa. Strategi
pembelajaran berbasis aktivitas merupakan salah satu usaha dalam
pencapaian tujuan pembelajaran.
3. Dampak pendekatan berbasis aktivitas terhadap motivasi belajar
siswa Kelas II SDN Sumberejo 02 Kec. Madiun Kabupaten Madiun
Tahun Pelajaran 2009/2010
Damapk positif, dampak positif yang didapatkan dari strategi
pembelajaran berbasis aktivitas adalahh: (1) siswa lebih termotivasi dalam
belajar, (2) sisa lebih kreatif, (3) siswa lebih berani mengemukakan dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan, (4) siswa lebih bertanggungjawab, dan
(5) prestasi belajar lebih meningkat. Disisi lain dampak positif dari
strategi pembelajaran berbasis aktivitas ini adalah guru akan lebih
meningkatkan kreativitasnya melakukan strategi pembelajaran yang
disampaikan kepada siswa, sehingga kemampuan guru akan terampil dan
48
berkembang lebih baik.
Dampak Negatif. Dampak negatifya adalah siswa yang tidak
memiliki kreativitas dan kemampuan rendah akan selalu tertinggal
dalam proses belajarnya. Disisi lain siswa yang lebih kreatif dan
mempunyai kemampuan lebih akan merasa baik dibandingkan
dengan siswa dibawahnya.
49
BAB V
PENUTUP
Dalam bab ini diuraikan: (a) kesimpulan, dan 9b) saran-saran
berdasarkan pada penelitian dengan judul “Meningkatkan Motivasi
Belajar Pendidikan Agama Islam pokok Bahasan Berperlaku rendah hati
dalam Kehidupan Sehari-hari dengan Metode Pendekatan Berbasis
Aktivitas Terhadap Siswa Kelas II SDN Sumberejo 02 Kec. Madiun.
Adapun penjabarannya sebagai berikut :
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada pembahasan kegiatan pendidikan tindakan
yang telah silakukan oleh peneliti, maka dapat dirumuskan beberapa
kesimpulan, diantaranya:
1. Strategi pembelajaran dengan Pendekatan Pengajaran Berbasis
Aktivitas Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa
Kelas II SDN Sumberejo 02 Kec. Madiun Kabupaten Madiun
Tahun Pelajaran 2009/2010 diupayakan dapat meningkatkan
motivasi, prestasi, kreatifitas, dan pemecahan masalah dalam
belajar.
2. Strategi pembelajaran berbasis aktifitas merupakan salah satu
komponan Contetekstual Teaching and Learning (CTL), strategi
ini dapat dilakukan pada semua mata pelajaran.
3. Straftegi pembelajaran dengan menggunakan strategi
pembelajaran berbasis aktifitas dimungkinkan dapat meningkatkan
50
motivasi belajar siswa Kelas II SDN Sumberejo 02 Kec. Madiun
Kabupaten Madiun Tahun Pelajaran 2009/2010 pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam pokok bahasan Bertatakrama
dalam Kehidupan Sehari-hari.
B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan yang tersebut, maka dapat
dirumuskan saran-saran sebagai berikut: (1) Kepada guru mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam agar mempertimbangkan
pemberian materi pembelajaran dengan mengenalkan kepada siswa
dengan menggunakan berbagai macam strategi. Salah satunya adalah
strategi pembelajaran berbasis aktivitas, (2) Kepada guru yang
mengajarkan mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, hendaknya
selalu mempunyai kreativitas dalam menggunakan strategi belajar
yang diberikan kepada siswa, dan (3) Strategi pembelajaran berbasis
aktivitas bukan satu-satunya strategi yang harus digunakan dalam
proses belajar mengajar. Artunya guru perlu mengembangkan strategi
belajar dengan teknik lain agar proses belajar siswa lebih vareatif.
Dengan meningkatkan hasil siswa dalam kegiatan belajar, maka
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar secara optimal.
51
DAFTAR PUSTAKA
Bafadal,. 1994. Proses Perubahan di Sekolah. Disertasi Tidak Dipublikasikan
Program Pascasarjana IKIP Malang.
Bogdan,R.C., 8s Biklen, S. K. 1982. Qualitative Research inEducation. Boston:
Allyn & Bacon
Guba, E. G., &. Lincoln, Y.S 1981 Effective Evaluation. San Fransisco: JosseyBass Publishers.
Hamalik, O.2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hamalik; O, 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Sistem. Jakarta: PT
Bumi Aksara Miles, M. B, 8s Hubermen, A.M.1984. Analisis Data
Qualitatif Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi. Universitas
Indonesia, Jakarta.
Moleong, L. J. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. remaja
Rosdakarya.
Moleong, L. J. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. remaja
Rosdakarya.
Nasution, S. 1988. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung :
Penerbit Tarsito
Nurhadi, 2002. Pendekatan Kontekstual. Malang: Universitas Negeri Malang
Nurhadi, 8s Senduk, G., A., 2003. Pembelajaran Kontekstual dan
Penerapannyadalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.
Spradley, J., P. 1980. Participant Observation. New York: Holt, Rinehart and
Winston
Suparno, p., Rohandi, R., Sukadi, G., Kartono, S. 2001. Reformasi Pendidikan
Sebuah Rekomendasi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Usman, Uzer, M. 2002. Menjadi Guru Profesional. Edisi kedua. Cet,akkan ke
empat belas. Bandung : PT Remaia Rosdakarya.
Zuriah, N. 2003. Penelitian Tindakan dalam Bidang Pendidikan dan Sosial.
Edisi Pertama. Malang: Bayu Media Publishing.
52
0 Response to "Contoh Penelitian PTK PAI -SD"
Post a Comment