Hadits tentang menuntut Ilmu
Thursday, August 20, 2015
Add Comment
A. PENGANTAR
Dalam sebuah majalah yang pernah
penulis baca, dikisahkan bahwa ada seorang muballigh dari Cina tatkala
berceramah di hadapan jama’ah Indonesia, dia mengemukakan hadits ini seraya
berkomentar: “Bapak-bapak, ibu- ibu, seharusnya banyak bersyukur, karena bapak
ibu tidak perlu repot-repot pergi ke Cina, karena orang Cina-nya sudah datang
ke sini”!!!
Sepanjang ingatan penulis juga,
hadits ini tercantum dalam buku pelajaran kurikulum sekolah Tsanawiyyah masa
penulis (entah kalau sekarang), sehingga dulu pernah ada seorang kawan
menyampaikan hadits ini tatkala latihan ceramah, kemudian ada seorang ustadz
yang menegur: “Untuk apa menuntut ilmu ke China? Ilmu apa yang mau dicari di
sana? Ilmu dunia atau agama?”.
Nah, apakah hadits yang kondang ini
shohih dari Nabi? Inilah yang akan menjadi pembahasan kita pada edisi kali ini.
Semoga bermanfaat.
.
B. TEKS HADITS
اطْلُبُوْا الْعِلْمَ وَلَوْ بِالصِّيْنِ
Carilah
ilmu sekalipun di negeri Cina.
BATHIL. Diriwayatkan oleh;
- Ibnu Adi (2/207),
- Abu Nu’aim dalam Akhbar Ashbahan (2/106),
- Al-Khotib dalam Tarikh (9/364) dan Ar-Rihlah
1/2,
- al-Baihaqi dalam al-Madkhal (241, 324),
- Ibnu Abdil Barr dalam Jami’ Bayanil Ilmi (1/7-8)
dari jalan Hasan bin Athiyah, menceritakan kami Abu A’tikah Tharif bin
Sulaiman dari Anas secara marfu’ (sampai kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam).
- Mereka semuanya menambahkan:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Menuntut
ilmu itu wajib bagi setiap muslim
- Kecacatan
hadits ini terletak pada Abu A’tikah. Dia telah disepakati kelemahannya.
- Bukhori
berkata: “Munkarul hadits”.
- Nasa’i
berkata: “Tidak terpercaya”.
- Abu Hatim
berkata: “Haditsnya hancur”.
- Al-Marwazi
bercerita: “Hadits ini pernah disebut di sisi Imam Ahmad, maka
beliau mengingkarinya dengan keras”.
- Ibnul Jauzi
mencantumkan hadits ini dalam al-Maudhu’at (1/215) dan berkata, “Ibnu
Hibban berkata: “Hadits bathil, tidak ada asalnya.” Dan disetujui
as-Sakhawi[1].
C. MENGKRITISI MATAN HADITS
Syaikh Abdul Aziz bin Baz berkata
setelah menjelaskan lemahnya hadits ini:
“Seandainya hadits ini
shahih, maka tidaklah menunjukkan tentang keutamaan negeri Cina dan
penduduknya, karena maksud hadits ini -kalaulah memang shahih- adalah
anjuran untuk menuntut ilmu sekalipun harus menempuh perjalanan yang sangat
jauh[3],
sebab menuntut ilmu merupakan perkara yang sangat penting sekali, karena ilmu
merupakan sebab kebaikan dunia dan akherat bagi orang yang mengamalkannya.
Jadi, bukanlah maksud hadits ini adalah negeri Cina itu sendiri, tetapi karena
Cina adalah negeri yang jauh dari tanah Arab, maka Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam menjadikannya sebagai permisalan. Hal ini sangat jelas sekali
bagi orang yang mau memperhatikan hadits ini”.[4]
.
D. TAMBAHANNYA SHOHIH?
Adapun tambahan dalam hadits ini
dengan lafadz:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Menuntut
ilmu itu wajib bagi setiap muslim.
- Syaikh Al-Albani
berkata: “Lafadz ini diriwayatkan dari banyak jalur sekali dari Anas
sehingga bisa terangkat ke derajat hasan sebagaimana dikatakan oleh
Al-Hafizh al-Mizzi. Saya telah mengumpulkan hingga sekarang sampai delapan
jalur. Selain dari Anas, hadits juga diriwayatkan dari sejumlah sahabat
lainnya seperti Ibnu Umar, Abu Sa’id, Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud, Ali. Saya
sekarang sedang mengumpulkan jalur-jalur lainnya dan menelitinya sehingga
bisa menghukumi statusnya secara benar baik shohih, hasan, atau lemah.
Setelah itu, saya mempelajarinya dan mampu mencapai kurang lebih dua puluh
jalur dalam kitab Takhrij Musykilah Al-Faqr (48-62) dan saya
menyimpulkan bahwa hadits ini derajatnya hasan”.[5]
- Al-Hafizh As-Suyuthi
juga telah mengumpulkan jalur-jalur hadits ini dalam sebuah risalah khusus
“Juz Thuruqi Hadits Tholabil Ilmi Faridhotun Ala Kulli Muslimin”,
telah dicetak dengan editor Syaikh Ali bin Hasan al-Halabi, cet Dar
“Ammar, Yordania.
Namun perlu kami ingatkan di sini
bahwa hadits ini memiliki tambahan yang yang populer padahal tidak ada asalnya
yaitu lafadz “dan muslimah“.
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ
Menuntut
ilmu itu wajib bagi setiap muslim dan muslimah.
- Tambahan lafadz وَمُسْلِمَةٍ tidak ada asalnya dalam kitab-kitab
hadits. Syaikh al-Albani mengatakan, “Hadits ini masyhur pada zaman
sekarang dengan tambahan وَمُسْلِمَةٍ padahal tidak ada asalnya sedikitpun. Hal ini
ditegaskan oleh al-Hafizh as-Sakhawi. Beliau berkata dalam al-Maqashid
al-Hasanah (hal. 277): “Sebagian penulis telah memasukkan hadits ini
dengan tambahan وَمُسْلِمَةٍ, padahal tidak disebutkan dalam
berbagai jalan hadits sedikitpun”.[6]
Sekalipun demikian, makna
tambahan ini benar, karena perintah menuntut ilmu mencakup kaum pria dan
wanita juga. Syaikh Muhammad Rasyid Ridho berkata: “Hadits “menuntut ilmu wajib
bagi setiap muslim” mencakup wanita juga dengan kesepakatan ulama Islam, sekalipun
tidak ada tambahan lafadz “dan muslimah”. Akan tetapi, matan-nya
adalah shohih dengan kesepakatan ulama“.[7]
Semoga Allah merahmati Al-Hafizh
Ibnul Jauzi tatkala berkata:
“Saya selalu menganjurkan manusia
untuk menuntut ilmu agama, karena ilmu adalah cahaya yang menyinari, hanya saja
saya memandang bahwa para wanita lebih utama dengan anjuran ini, dikarenakan
jauhnya mereka dari ilmu dan menguatnya hawa nafsu pada diri mereka”. Lanjutnya:
“Wanita adalah manusia yang dibebani seperti kaum pria, maka wajib olehnya
untuk menuntut ilmu agar dia dapat menjalankan kewajiban dengan penuh
keyakinan”.[8]
Sejarah telah mencatat nama-nama
harum para wanita yang menjadi para ulama dalam bidang agama, Al-Qur’an,
hadits, syair, kedokteran dan lain sebagainya.[9]
.
E. HADITS-HADITS LEMAH TENTANG ILMU
Tidak ragu lagi bahwa menunut ilmu
merupakan suatu keharusan bagi seorang muslim. Namun, bukanlah hal itu berarti
kita menganjurkan mereka dan menggalang semangat mereka dengan hadits-hadits
dusta yang disandarkan kepada Nabi yang mulia seperti yang dilakukan oleh
banyak penceramah dan penulis, seperti hadits:
اطْلُبُوْا الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ إِلَى اللَّحْدِ
Carilah
ilmu sejak bayi hingga ke liang kubur.
- TIDAK ADA ASALNYA. Demikian
ditegaskan Samahatus Syaikh Abdul Aziz bin Baz.[10]
.
Seperti juga:
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ, وَمَنْ أَرَادَ الأَخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ, وَمَنْ
أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
Barangsiapa
yang menghendaki dunia, maka hendaknya dia berilmu. Dan barangsiapa yang
menghendaki akherat, maka hendaknya dia berilmu. Dan barangsiapa yang
menghendaki dunia akherat, maka hendaknya dia berilmu.
- TIDAK ADA ASALNYA.
- Yang benar ini adalah ucapan Imam Syafi’i, bukan
ucapan Nabi.
.
Dan masih banyak lagi lainnya
hadits-hadits lemah yang sering dibawakan untuk menganjurkan manusia agar
semangat menuntut ilmu[11].
Sekali lagi, kita tidak butuh dengan
hadits-hadits lemah, cukuplah bagi kita dalil-dalil dari Al-Qur’an, hadits yang
shohih dan ucapan para ulama[12].
.
F. PENUTUP
Berbicara tentang ilmu sangat
panjang sekali, namun ada satu point penting yang ingin kami tekankah di sini
bahwa banyak para penulis dan penceramah tatkala membawakan dalil-dalil
Al-Qur’an dan hadits baik yang shohih maupun tidak shohih, mereka
memaksudkannya kepada ilmu dunia. Ini adalah suatu kesalahan, karena setiap
ilmu yang dipuji oleh dalil-dalil tersebut maksudnya adalah ilmu agama, ilmu
Al-Qur’an dan sunnah[13],
sekalipun kita tidak mengingkari ilmu-ilmu dunia seperti kedokteran, arsitek,
pertanian, perekonomian dan sebagainya, tetapi ini bukanlah ilmu yang dimaksud
dalam dalil-dalil tersebut, dan hukumnya tergantung kepada tujuannya, apabila
ilmu-ilmu dunia tersebut digunakan dalam ketaatan maka baik, dan bila digunakan
dalam kejelekan maka jelek. Perhatikanlah hal ini baik-baik, semoga Allah
menambahkan ilmu bagimu.[14]
.
.
CATATAN KAKI
[1]
Al-Maqashid al-Hasanah hal. 63
[2]
Silsilah Ahadits adh-Dha’ifah: 416
[3]
Oleh karenanya, Rihlah (melakukan perjalanan jauh) untuk menuntut ilmu
adalah kebiasaan para ulama salaf terdahulu dari kalangan sahabat, tabi’in dan
orang-orang setelah mereka, bahkan tak sedikit diantara mereka yang menempuh
perjalanan berbulan-bulan hanya untuk mencari satu hadits. Kisah-kisah tentang
mereka begitu banyak sekali, sebagiannya telah dikumpulkan oleh al-Khathib
al-Baghdadi dalam kitabnya “Ar-Rihlah Li Thalib Hadits”. Cukuplah
sebagai contoh, perjalanan Nabi Musa untuk menemui Nabi Hidhir dalam rangka
menuntut ilmu yang disebutkan oleh Allah dalam surat Al-Kahfi. Wallahu A’lam.
[4]
At-Tuhfatul Karimah fi Bayani Ba’dhi Ahadits Maudhu’ah wa Saqimah hal.
60
[5]
Silsilah Ahadits Adh-Dho’ifah 1/604.
[6]
Takhrij Musykilatul Faqr hal. 48-62.
[7]
Huquq Nisa’ fil Islam hlm. 18.
[8]
Ahkam Nisa’ hal. 8-11
[9]
Lihat kisah-kisah mereka dalam kitab Huquq Mar’ah Dr. Nawwal binti
Abdullah hal. 285-293, ‘Inayah Nisa’ bil Hadits Nabawi oleh Syaikh
Masyhur Hasan Salman.
[10]
Ahadits Mardudah Sa’id bin Shalih al-Ghamidi hal. 12
[11]
Lihat buku penulis “Hadits-Hadits Dho’if Populer” hlm. 53-61, cet Media
Tarbiyah, Bogor.
[12]
Lihat kitab Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadhlihi oleh Imam Ibnu Abdil Barr dan
Miftah Dar Sa’adah oleh Ibnul Qoyyim al-Jauziyyah.
[13]
Al-Hafizh Ibnu Rajab al-Hanbali berkata:
0 Response to "Hadits tentang menuntut Ilmu"
Post a Comment