Rasionalisme Immanuel Kant (1724-1804)
Monday, August 24, 2015
Add Comment
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di
dalam ilmu filsafat terdapat beberapa aliran-aliran filsafat, diantaranya
adalah aliran rasionalisme, idealism, empirisisme, positivisme, marxisme, dan
yang terakhir adalah aliran yang dibawa oleh Immanuel Kant yaitu aliran
kritisisme.
Karena banyaknya aliran-aliran filsafat inilah
timbul aliran kritisisme yang dibawa oleh Kant.Dimana aliran Kant ini adalah
aliran yang sampai sekarang masih bisa diterima oleh banyak penganut filosofi
dikarenakan pahamnya yang menggabungkan antara paham empirisisme dan
rasionalisme.
Dimana
empirisisme berpendapat bahwa ilmu pengetahuan bersifat a posteriori dan
bukan bersifat a priori. Maksud dari posteriori itu ialah metode yang berdasarkan
atas hal-hal yang datang atau terjadinya atau adanya kemudian (yang terlihat
oleh panca indera/berwujud). Sedangkan priori ialah pengetahuan yang
tidak tergantung pada adanya pengalaman atau, ada sebelum pengalaman. Dan rasionalisme
sendiri adalah pengetahuan yang memadai dan dapat dipercaya oleh akal atau
rasio.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah
singkat mengenai Immanuel Kant (1724-1804)
Sejarah Filsafat
adalah sejarah pertarungan akal dan hati (iman) dalam berebut dominasi
mengendalikan jalan hidup manusia.
Immanuel Kant
lahir di Konisberg, Prusia, pada tahun 1724. Ia tidak pernah meninggalkan desa
kelahirannya kecuali beberapa waktu singkat karena memberi kuliah di desa
tetangganya. Profesor ini sangat doyan memberikan kuliah geografi dan
etnologi. Ibunya amat taat terhadap agama, dan Kant sendiri amat tekun
melaksanakan agamanya.
Pada tahun 1755
Kant memulai karirnya sebagai dosen swasta di Universitas Konisberg. Kemudian
dia diangkat menjadi profesor logika dan metafisika pada tahun 1770. Sebagai
seorang dosen dia menerapkan salah satu prinsipnya ialah perlunya mahasiswa
yang berprestasi sedangan ditolong. Pada usia empat puluh dua tahun ia
menyatakan bahwa ia merasa beruntung karena menyenangi metafisika, dan ia
menaburkan beberapa uraian-uraian filosofis yang mendalam mengenai hal tersebut
bahkan ia berani menyerang metafisikawan. Sebelum tertarik pada metafisika, ia
lebih dahulu menyenangi pengetahuan yang bukan metafisika. Ia menulis mengenai
planet, gempa, api, angin, eter, gunung, bumi, etnologi dan ratusan objek
lainnya yang tidak berhubungan dengan metafisika.
Kehidupan Kant,
menurut salah seorang penulis biografi berlangsung menurut aturan yang tegas:
bangun, minum kopi, menulis, memberi kuliah, makan, jalan-jalan, masing-masing
mempunyai waktunya sendiri. Secara fisik ia memerlukan perawatan dokter, tetapi
ia hidup sampai usia delapan puluh tahun. Ia memang filosof tulen. Ia berfikir
terlebih dahulu sebelum berbuat. Dan Kant pada umur dua puluh tahun telah
menyatakan, “Saya sudah menetapkan jalan yang pasti. Saya ingin belajar, tidak
satu pun yang dapat menghalangi saya dalam mencapai tujuan ini.” Melalui
berbagai kondisi ia terus menyelesaikan karya besarnya selama lima belas tahun.
Buku pertamanya yang berjudul Critique Of Pure Reason (pembahasan mengenai akal murni) merupakan
suatu pembahasan yang mengenai pembelaan terhadap sains dan serangan skeptisme.
B. Rasionalisme Immanuel Kant
Immanuel
Kant merupakan filsuf Jerman yang hidup pada tahun 1724-1804 M. Kant melakukan
pendekatan kembali terhadap pemikiran rasionalisme (David Humme) dan
empirisisme (Descrates) kemudian mencoba untuk menghubungkan antara keduanya. Kant sebenarnya
"meneruskan" perjuangan ThomasAquinas yang pernah melakukannya. Immanuel Kant
sendiri mulanya sangat berpegang teguh dengan Rasionalisme, secara dia adalah
seorang Jerman, namun dia tersadarkan akan Empirisme dari bukunya David Hume
(filsuf Inggris).
Dan sejak itulah Immanuel Kant merasa
Rasionalisme dan Empirisme bisa digabungkan dan merupakan sebuah bagian yang
dapat melengkapi satu sama lain.
Immanuel Kant mengkritik Empirisme harus dilandasi dengan teori-teori dari rasionalisme sebelum di anggap sah melalui proses Epistomologi, itu merupakan isi dari buku pertama Immanuel Kant yang berjudul Critique Of Pure Reason (Kritik Atas Rasio Murni). Selain itru Kant juga menelurkan 2 buku lainnya yang juga menyatakan filsafat kritisisme, yaitu adalah Kritik atas Rasio Praktis (Etika) dan yang terakhir adalah Kritik atas Pertimbangan (Judgment) -Estetika- -beauty. Immanuel Kant menganggap Empirisme (pengalaman) itu bersifat relative bila tanpa ada landasan teorinya.
Immanuel Kant mengkritik Empirisme harus dilandasi dengan teori-teori dari rasionalisme sebelum di anggap sah melalui proses Epistomologi, itu merupakan isi dari buku pertama Immanuel Kant yang berjudul Critique Of Pure Reason (Kritik Atas Rasio Murni). Selain itru Kant juga menelurkan 2 buku lainnya yang juga menyatakan filsafat kritisisme, yaitu adalah Kritik atas Rasio Praktis (Etika) dan yang terakhir adalah Kritik atas Pertimbangan (Judgment) -Estetika- -beauty. Immanuel Kant menganggap Empirisme (pengalaman) itu bersifat relative bila tanpa ada landasan teorinya.
Ilmu pengetahuan atau Science haruslah bersifat
berkembang, todak absolute atau mutlak dan tidak bertahan lama karena akan
melalui perubahan yang mengikuti perkembangan zaman yang terus maju. (mungkin
Sir Issac Newton bila hidup kembali bakal merevisi teroi Gravitasinya kembali).
Immanuel Kant menggabungkan dunia Ide Plato "a priori" yang artinya
sebelum di buktikan tapi kita sudah percaya, seperti konsep ketuhanan dengan
pengalaman itu sendiri yang bersifat "a posteriori" yaitu setelah di
buktikan baru percaya, kata lainnya adalah kesimpulan dari kesan-kesan baru
kemudian membentuk sebuah ide.
Immanuel Kant juga beranggapan bahwa data
inderawi manusia hanya bisa menentukan Fenomena saja. Fenomena itu sendiri
adalah sesuatu yang tampak yang hanya menunjukkan fisiknya saja. seperti Benda
pada dirinya, bukan isinya atau idenya. seperti ada ungkapan "The Think in
it self" Sama halnya dengan Manusia hanya bisa melihat Manusia lain secara
penampakannya saja atau fisiknya saja, tetapi tidak bisa melihat ide manusia
tersebut.
Inderawi hanya bisa melihat Fenomena (fisik)
tapi tidak bisa melihat Nomena (Dunia IDE abstrak--> Plato). Immanuel Kant
memang cenderung mendapatkan "ilham" atau terinspirasi dari Plato,
tapi tidak semuanya, dia "menyempurnakannya" dengan menggabungkan
dengan Pengalaman Empirisme ajaran Aristoteles.
Plato beranggapan Fenomena yang membentuk
Nomena, Ide di atas segalanya, Ide yang membentuk sebuah yang nyata, seperti
halnya TUHAN menciptakan Manusia.
C.
Tiga Pokok Pemikiran Immanuel Kant
1.
Panca
indera,akal budi,rasio.Kita sudah tahu tentang imperisme yang mementingkan
pengalaman inderawi dalam memperoleh pengetahuan dan rasionalisme yang
mengedepankan penggunaan rasio daam memperoleh pengetahuan. Tetapi,rasio yang kita
ketahui adalah sama dengan akal dan logis. Namun Kant memberi definisi berbeda
menurut Kant rasio mempunyai arti kata baru bukan lagi langsung kepada
pemikiran tetapi, sebagai sesuatu yang
ada di “belakang akal budi” dan pengalaman indera. Dari sini dapat di pilah
bahwa ada 3 unsur ; akal, budi, rasio dan pengalaman inderawi.
2.
Dalam
filsafatnya Kant mencoba mensinergikan antara rasionalisme dan empirisme.
Bertujuan untuk membuktikan bahwa sumber pengetahuan itu diperoleh tidak hanya
melalui satu unsur saja melainkan dari 2 unsur yakni pegalaman inderawi dan
akal budi. Pengetahuan a priori merupakan sebuah pengetahuan yang datang
lebih dulu sebelum di alami.seperti misalnya, pengetahuan tentang bahaya.
Sedangkan a posteriori sebaliknya,yaitu di alami dulu baru
mengerti misalnya dalam menyelesaikan rubix
cube . Kalau salah satunya saja yang di pakai misalnya empirisme saja atau
hanya rasionalisme saja maka pengetahuan yang di peroleh tidak sempurna bahkan
bias berlawanan. Filsafat Kant menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan gabungan
(sintesis) antara keduanya.
3.
Dari sini
timbullah bahwa Kant adalah seorang yang member nuansa baru dalam bidang
filsafat. Sebelum Kant filsafat hampir
selalu memandang bahwa setiap orang ( subjek ) yang mengamati objek, tertuju
pada objek, penelitian objek dan sebagainya. Kant memberikan arah yang sama
sekali baru. merupakan kebalikan dari filsafat sebelumnya yaitu bahwa objeklah
yang harus mengarahkan diri kepada subjek. Kant dapat dikatakan sebagai seorang
revolusioner karena dalam ranah pengetahuan ia tidak memulai pengetahuan dari
objek yang ada tetapi dari yang lebih dekat terlebih dahulu yaitu si pengamat
objek (subjek).
Dengan
ini tambah lagi satu fungsi filsafat yaitu membongkar pemikiran yang sudah dianggap
mapan dan merekonstruksikannya kembali menjadi satu yang fresh, logis
dan berpengaruh.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Tujuan utama dari filsafat kritis Kant adalah untuk menunjukkan, bahwa
manusia bisa memahami realitas alam (natural) dan moral dengan menggunakan akal
budinya. Pengetahuan tentang alam dan moralitas itu berpijak pada hukum-hukum
yang bersifat a priori, yakni hukum-hukum yang sudah ada sebelum
pengalaman inderawi. Pengetahuan teoritis tentang alam berasal dari hukum-hukum
a priori yang digabungkan dengan hukum-hukum alam obyektif. Sementara
pengetahuan moral diperoleh dari hukum moral yang sudah tertanam di dalam hati
nurani manusia.
Kant menentang empirisme dan rasionalisme. Empirisme adalah paham yang
berpendapat, bahwa sumber utama pengetahuan manusia adalah pengalaman inderawi,
dan bukan akal budi semata. Sementara rasionalisme berpendapat bahwa sumber
utama pengetahuan adalah akal budi yang bersifat apriori, dan bukan pengalaman
inderawi. Kant juga berpendapat bahwa
moralitas memiliki dasar pengetahuan yang berbeda dengan ilmu pengetahuan
(science). Di dalam bagian pengantar dari Kritik atas Rasio Murni,
Kant menyatakan bahwa “walaupun metafisika banyak dimaksudkan sebagai
ratu dari ilmu-ilmu, tetapi rasionalitas metafisis kini dihadapkan pada sebuah
pengadilan. Sekali lagi, “kita harus menelusuri kembali langkah-langkah yang
telah kita rumuskan. Perdebatan di dalam refleksi metafisika telah membuat
metafisika itu sendiri menjadi semacam medan pertempuran, di mana setiap pihak
yang berperang tidak berhasil mendapatkan satu inci pun dari ‘teritori’ yang
ada.
Konsekuensinya metafisika kini ‘terombang ambing’ di antara dogmatisme
dan skeptisisme. Metafisika telah menjadi pemikiran
spekulatif yang meraba-raba secara acak. haruslah dikombinasikan dalam satu
bentuk sintesis filosofis yang
sistematis. Immanuel Kant berpikir lain.
Pada Kant metafisika dipahami sebagai suatu ilmu tentang batas-batas
rasionalitas manusia. Metafisika tidak lagi hendak menyibak dan mengupas
prinsip mendasar segala yang ada tetapi metafisika hendak pertama-tama
menyelidiki manusia (human faculties) sebagai subjek pengetahuan.
Pengetahuan ini hendak
menjelaskan bahwa Kant berpikir bukan melalui objek-objek tetapi subjek. Kant
hendak menyelidiki struktur pengetahuan subjek sendiri yang membentuk
pengetahuan tentang segala yang ada. Dengan cara ini Kant sekaligus suddah
menunjukkan apa sesungguhnya yang menjadi sumber dan struktur pengetahuan
manusia. Pengetahuan itu bersandar pada pengalaman inderawi dan bergerak dalam
wilayah kenyataan yang bisa dialami manusia. Dan pengetahuan itu invalid bila
bergerak di laur kenyataan yang bis adialami manusia. Itulah sebabnya maka Kant
menolak metafisika-metafisika sebelumnya yang mengganggap realitas das ding an
sich bisa dicerna oleh rasionalitas manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Mustansyir, Rizal dan Munir, Misnal. Filsafat Umum, Yogyakarta; Pustaka
Pelajar, 2000.
Abdul Hakim, Atang dan Ahcmad Saebani, Beni. Filsafat Umum, Bandung; Pustaka Setia, 2008.
Abdul Hakim, Atang dan Ahcmad Saebani, Beni. Filsafat Umum, Bandung; Pustaka Setia, 2008.
http://perpustakaan-online.blogspot.com/2008/04/filsafat-metafisika-immanuel-kant.html
http://rezaantonius.multiply.com/journal/item/235
0 Response to "Rasionalisme Immanuel Kant (1724-1804)"
Post a Comment